Bauksit menjadi perbincangan hangat setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang ekspornya mulai Juni 2023. Hal itu diumumkan kepala negara di Istana Negara, Rabu (21/12).
“Mulai Juni 2023 pemerintah akan melarang ekspor bijih bauksit. Saya ulang mulai Juni 2023, pemerintah akan memberlakukan pelarangan ekspor bijih bauksit dan mendorong pengolahan dan pemurnian bauksit di dalam negeri,” kata Jokowi.
Jokowi mengatakan ada beberapa alasan kenapa ia melarang ekspor bijih bauksit. Alasan pertama, ia ingin bijih bauksit memberikan nilai tambah bagi ekonomi di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedua, meningkatkan penciptaan lapangan kerja baru. Ketiga, meningkatkan penerimaan devisa. Keempat, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di Indonesia.
Mengutip situs geology.com, bauksit adalah bijih utama aluminium. Mineral utama yang terkandung dalam bauksit adalah boehmite, gibsit, dan diaspora.
Fisik bauksit bervariasi menurut asal dan sejarah geologi endapannya. Ada beberapa endapan yang bersifat lunak, mudah hancur, dan tidak berstruktur. Namun, ada juga yang keras dan padat.
Beberapa warna umum bauksit adalah merah muda, krem, merah, coklat, kuning, dan abu-abu.
Berdasarkan data Ensiklopedia Britannica, bauksit ditemukan di sebagian besar negara, tetapi endapan yang lebih besar muncul di daerah tropis.
Endapan utama kerikil bercampur pasir ini ditemukan di Australia pada 1950-an dan negara tersebut menjadi penghasil bauksit terbesar di dunia pada awal abad ke-21. Produsen top bauksit lainnya, antara lain Indonesia, China, Brasil, dan India.
Sementara itu, mengutip dari situs PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, bauksit mengandung alumina (AI203) dan campuran silika, berbagai oksida besi, dan titanium dioksida.
Khusus di Tanah Air, bauksit pertama kali ditemukan pada 1924 di Kijang, Bintan, Kepulauan Riau. Bauksit yang berasal dari Bintan ditambang dan diekspor sejak 1935.
Kemudian pada 1968, pengelolaan tambang diserahkan kepada Antam dan menjadikannya sebagai perusahaan produsen bauksit tertua di Indonesia.
Bauksit bisa diolah menjadi smelter grade alumina (SGA) dan selanjutnya menghasilkan aluminium ingot.
Aktivitas pengolahan bauksit bermuara pada industri antara dan hilir, seperti kabel, pipa, alat rumah tangga, konstruksi, furnitur, alat olah raga, otomotif, dan industri aviasi alias penerbangan.
Selain itu, bauksit bisa diolah menjadi chemical grade alumina yang dimanfaatkan untuk pemurnian air, kosmetika, farmasi, keramik, dan plastic filler.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan cadangan bauksit Indonesia sangat besar, bahkan bisa bertahan untuk 100 tahun ke depan.
“Terkait dengan produknya, tentu sesudah dari bauksit akan masuk ke alumina. Dari alumina akan masuk ke aluminium atau pemurnian aluminium ingot,” jelasnya di Istana Negara saat mendampingi Presiden Jokowi mengumumkan larangan ekspor bijih bauksit.
“Dari situ akan turun, keturunannya dalam bentuk batangan atau dalam bentuk flat, tentu nanti akan turun lagi dalam bentuk industri yang sekarang sudah punya ekosistem, yaitu industri permesinan, industri konstruksi,” sambung Airlangga.
Oleh karena itu, Airlangga menekankan larangan ekspor bijih bauksit yang baru saja diumumkan Presiden Jokowi bukan karena cadangan Indonesia menipis, melainkan untuk meningkatkan industri olahan dalam negeri.
Terlebih, industri pengolahan bauksit dalam negeri sudah sangat siap. Setidaknya, saat ini sudah ada empat fasilitas pemurnian bauksit yang masih bisa digunakan dengan kapasitas sebesar 4,3 juta ton.
“Selain itu, pemurnian bauksit dalam tahap pembangunan itu kapasitas inputnya adalah 27,41 juta ton dan kapasitas produksinya 4,98 juta ton atau mendekati 5 juta ton,” pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT