Regional
Kategori
Event
Channels
DOWNLOAD IDN APP SEKARANG!
Revolusi industri mengubah cara manusia untuk bertahan hidup. Berkembangnya teknologi memaksa manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan maksimal, contohnya usaha pertambangan. Dengan pertambangan, manusia dapat mengekstrak bahan yang berguna dari bumi maupun laut. Meskipun menyediakan banyak mineral berharga, pertambangan ternyata dapat membahayakan manusia dan lingkungan, lho.
Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan pertambangan, jenis-jenisnya, manfaatnya, dan bahayanya bagi ekosistem, ya? Mari kita cari tahu!
Dilansir laman National Geographic, penambangan adalah proses penggalian bahan mentah berguna dari bumi yang nantinya akan diproses menjadi sesuatu yang dapat digunakan bagi kebutuhan manusia. Penambang bukan hanya dilakukan di permukaan bumi, tetapi juga di laut. Beberapa contoh zat yang ditambang antara lain batu bara, emas, mangan, tantalum, kasiterit, tembaga, timah, nikel, bauksit (bijih aluminium), emas, perak, bijih besi, dan berlian.
Menurut data sejarah yang ditulis National Geographic, proses penambangan sudah ada sejak zaman prasejarah. Orang zaman prasejarah menambang batu api, yang ideal untuk peralatan dan senjata, karena mampu dipecah menjadi potongan-potongan tajam yang berguna sebagai pengikis, pisau, dan mata panah. Selain itu, penambangan emas dan tembaga juga sudah ada sejak zaman prasejarah.
Britannica menjelaskan bahwa orang Mesir menambang tembaga di Semenanjung Sinai sejak 3000 SM meskipun beberapa perunggu (tembaga paduan dengan timah) berasal dari awal 3700 SM. Besi sudah ditambang sejak 2800 SM. Catatan Mesir tentang peleburan bijih besi berasal dari 1300 SM. Ditemukan di reruntuhan kuno Troya, timbal diproduksi pada awal 2500 SM.
Zat menguntungkan yang ditambang dari bumi ini juga disebut mineral. Mineral adalah zat anorganik yang memiliki komposisi kimia dan struktur kristal tertentu. Mineral ini bercampur dengan batuan dan mineral lain. Kemudian, ia akan diproses dan dimurnikan untuk didapatkan mineral yang diinginkan.
Dikutip laman Mongabay, mineral dan logam adalah komoditas yang sangat berharga. Misalnya, mangan adalah komponen kunci dari baja tahan karat yang murah. Tantalum digunakan untuk ponsel dan laptop. Tembaga dan timah digunakan untuk membuat pipa atau peralatan masak. Emas, perak, dan berlian digunakan untuk membuat perhiasan.
Baca Juga: 5 Dampak Sampah Makanan bagi Lingkungan, Perparah Perubahan Iklim
Ada dua jenis penambangan, yakni penambangan skala besar dan penambangan skala kecil. Penambangan skala besar biasanya melibatkan perusahaan dengan banyak karyawan. Perusahaan menambang pada 1 atau 2 lokasi besar dan akan mengeruk sampai mineral atau logam benar-benar abis. Contoh tambang skala besar di Indonesia adalah Pertamina, PT Freeport Indonesia, dan PT Antam Tbk.
Sementara itu, penambangan skala kecil dilakukan oleh sekelompok orang. Mereka akan melakukan perjalanan bersama dan mencari situs yang menurut mereka bisa menghasilkan emas, logam, atau mineral berharga lainnya. Namun, penambangan skala kecil lebih berbahaya bagi lingkungan dan menyebabkan lebih banyak masalah sosial daripada penambangan skala besar. Ada dua jenis pertambangan skala kecil: pengerukan tanah dan pengerukan sungai.
Selain itu, penambangan juga dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu pertambangan permukaan dan pertambangan bawah tanah. Dalam penambangan permukaan, tanah akan diledakkan hingga bijih di dekat permukaan bumi dapat diambil dan dibawa ke kilang untuk mengekstrak mineral. Sayangnya, penambangan permukaan dapat merusak permukaan sekitarnya dan membuat lubang terbuka yang besar.
Dalam penambangan bawah tanah, bijih dikeluarkan dari dalam bumi. Penambang akan meledakkan terowongan untuk mencapai deposit bijih. Proses ini dapat menyebabkan kecelakaan, seperti terjebaknya penambang di bawah tanah.
Selain kecelakaan, penambang juga menghadapi risiko masalah kesehatan, salah satunya penyakit paru-paru hitam akibat sering terpapar partikel debu yang dihasilkan oleh pertambangan, misalnya debu batu bara dan debu silika. Penyakit ini dapat merusak gangguan pernapasan dan bisa berakibat fatal.
Proses penambangan juga dapat merusak lingkungan, salah satunya karena deforestasi. Untuk membuka lahan pertambangan, pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan akan dibabat habis, lalu dibakar.
Pertambangan skala besar terdiri dari beberapa kelompok industri (cluster), biasanya pertambangan skala besar akan mengekstraksi bahan mentah hasil pertambangan dengan menggunakan bahan kimia, seperti sianida, merkuri, atau metilmerkuri. Bahan kimia ini melewati pipa pertambangan dan akan menghasilkan tailing (limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan). Limbah ini sering kali dibuang sembarangan ke sungai, teluk, dan lautan.
Pembuangan limbah tambang juga dapat menyebabkan pencemaran air yang parah dari logam beracun. Logam beracun yang biasa ditemukan dalam limbah tambang, seperti arsenik dan merkuri, berbahaya bagi kesehatan manusia dan satwa liar jika dilepaskan ke sungai terdekat.
Pertambangan juga menciptakan polusi air yang dikenal sebagai drainase asam tambang. Pertama, penambangan mengekspos sulfida di dalam tanah. Ketika air hujan atau sungai melarutkan sulfida, ia akan membentuk asam. Air asam ini merusak tanaman dan makhluk hidup di air.
Tidak dapat dihindari adanya perubahan tatanan ekonomi, sosial, dan lingkungan semenjak adanya industri pertambangan di dunia maupun di Indonesia sendiri. Akan tetapi, ada baiknya jika kita lebih memanfaatkan energi terbarukan ketimbang mengeksploitasi alam dan bumi secara berlebihan demi generasi dan keberlangsungan hidup di masa depan. Semoga definisi tentang pertambangan dapat memberikanmu beberapa informasi yang kamu butuhkan, ya.
Baca Juga: 5 Temuan Produk Unik yang Mendukung Kelestarian Lingkungan
Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
kamu sudah cukup umur belum ?