Bahan Bakar Fosil: Minyak Bumi, Batu Bara, dan Gas Alam
KOMPAS.com – Bahan bakar fosil memiliki jenisnya masing-massing, yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas alam. Masing-masing bahan bakar fosil digunakan untuk kebutuhan seharu-hari.
Misalnya, batu bara digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, sehingga listrik bisa mengalir di rumah-rumah. Kemudian mobil menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Gas digunakan kompor untuk memasak.
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), bahan bakar fosil terbentuk dari tumbuhan dan hewan yang mati jutaan tahun lalu.
Bangkai atau fosilnya terendap di bawah tanah dan membentuk lapisan-lapisan. Tekanan dan panas di bawah tanah mengubah bangkai itu menjadi minyak, biji batu bara, dan gas.
Bahan baakr fosil adalah sumber energi yang tak terbarukan (non-renewable energy). Suatu saat, bahan bakar ini akan habis.
berikut penjelasan masing-masing bahan bakar fosil:
Baca juga: Gas Alam: Proses Terbentuk dan Dampaknya
Gas atau yang biasa disebut gas alam, adalah gabungan dari beberapa gas yang terbentuk secara perlahan di bawah permukaan bumi.
Gas pembentuk gas alam adalah metana, etana, propan, dan butan.
Selain terperangkap di bawah tanah atau di atas cadangan minyak bumi, gas juga bisa terbentuk dari pengolahan batu bara.
Untuk mengambil gas, dilakukan pengeboran untuk membentuk sumur ke dalam cadangan itu, lalu dibangun pipa. Gas akan naik melalui pipa, lalu diproses.
Panjang pipa untuk mengalirkan gas bisa mencapai ratusan kilometer. Gas alam juga bisa dibekukan menjadi cairan, lalu didistribusikan ke berbagai negara.
Rusia adalah wilayah dengan cadangan gas terbesar di dunia. Bersama Amerika Serikat, keduanya adalah penghasil 40 persen dari total produksi gas di dunia.
Minyak bumi digunakan sebagai bahan bakar kendaraan, pesawat, mesin di pabrik, membuat jalan, pelumas, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Secara umum, minyak bumi terbagi menjadi dua jenis yakni light crude oil dan heavy crude oil.
Light crude oil atau petroleum adalah minyak mentah yang keluar dari bumi.
Minyak ini mengandung senyawa hidrokarbon yang dapat terbakar, sulfur, oksigen, dan nitrogen.
Baca juga: Pemanfaatan Minyak Bumi yang Tepat
Minyak diambil lewat pengeboran lalu dipompa ke atas, mengalir lewat pipa-pipa. Minyak ini kemudian diangkut menggunakan truk atau kapal ke kilang minyak,
Di kilang, minyak ini dipanaskan untuk memisahkan komponen penyusunnya berdasarkan titik didih.
Sementara heavy crude oil adalah minyak yang terkandung di dalam bebatuan atau pasir minyak yang bercampur dengan air dan banyak mengandung sulfur.
Jenis minyak ini sekitar 70 persen dari total cadangan minyak yang ada di bumi.
Ekstraksi dilakukan dengan menggali tanah dan pasir menggunakan alat berat. Batuan dan pasir minyak dicampur dengan air panas dan uap untuk diambil kandungan bitumennya lalu diubah menjadi minyak mentak untuk selanjutnya diolah di kilang minyak.
Batu bara merupakan bahan bakar fosil paling besar di dunia, melebihi minyak bumi.
Produksi batu bara dilakukan dengan membabat hutan dan menggali tambang. Proses produksinya mencemari tanah, air, dan udara.
Ketika dibakar, batu bara melepaskan sulfur dalam bentuk gas belerang dioksidan (SO2).
Batu bara juga menghasilkan partikel katbon hitam dalam jumlah banyak. Ini sebabnya batu bara merupakan bahan bakar yang paling kotor.
Bagi makhluk hidup khususnya manusia, partikel hasil pembakaran batu bara dapat masuk ke paru-paru dan menyebabkan penyakit pernapasan.
Masalah lainnya, pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi, menghasilkan zat radioaktif 100 kali lebih banyak daripada pembangkit listrik tenaga nuklir.
Baca juga: Daerah Penghasil Batu Bara di Indonesia
Limbah padat batu bara juga beracun sehingga harus dibuang ke tempat khusus.
Saat ini, negara pengguna batu bara terbesar adalah China, Amerika Serikat, dan India. Ketiga negara itu sekaligus menjadi penyumbang pemanasan global terbesar dibanding negara lainnya.
Bahan bakar fosil ternyata memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Bahan bakar fosil termasuk dalam teknologi tidak ramah lingkungan. Dampak bahanya mulai dari ekstraksi, proses pengolahan, dan konsumsinya.
Hutan ditebang untuk dijadikan pertambangan. Aliran airnya dikeringkan dan sungai dialihkan. Tambang mengambil habitat hewan dan tumbuhan.
Sementara konsumsinya yang berlebihan, melepaskan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya ke atmosfer.
Akibatnya, bumi mengalami pemanasan global dan menjadi lebih panas. Polusi udara semakin parah. Begitu pula es yang mencair, menyebabkan permukaan laut naik.
Mengutip dari situs Union of Concerned Scientists, gas alam juga berdampak pada lingkungan meski tak sekotor dua bahan bakar lainnya.
Pengeboran dan ekstraksi gas alam lewat sumur dan perpipaan, selalu terjadi kebocoran metana.
Dalam pemanasan global, metana 34 kali lebih kuat dari karbon dioksida dalam menahan panas di bumi. Ini berdasarkan skala waktu 100 tahun.
Baca juga: Batu Bara dan Dampak Buruknya
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.