Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara anjlok setelah terbang sepekan terakhir. Pada perdagangan Rabu (1/6/2022), harga batu di pasar ICE Newcastle (Australia) kontrak Juli ditutup di US$ 390,25 per ton. Amblas 4,84% dibandingkan hari sebelumnya.
Pelemahan harga batu bara memutus rally panjang harga batu bara yang berlangsung sejak sepekan terakhir. Harga batu bara bahkan melonjak 9% dan melewati level US$ 400 pada perdagangan Selasa (31/5/2022).
Secara keseluruhan, harga batu bara masih menguat 6,6% dalam sepekan secara point to point. Harga batu hitam juga melesat 32,2% dalam sebulan dan melonjak 238,6% dalam setahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu penyebab harga batu bara turun adalah harganya yang sudah menjulang tinggi. Tren sepanjang tahun ini menunjukkan harga si batu hitam cenderung berbalik arah jika sudah bergerak dalam arah yang sama, baik kenaikan atau pelemahan, selama lima hari perdagangan.
Pelemahan harga batu bara juga dipicu oleh kemungkinan menurunnya permintaan batu bara dari India. Dilansir dari S&P Global, Kementerian Kelistrikan India berencana mengurangi produksi di 81 pembangkit batu bara mereka selama empat tahun ke depan. Pengurangan produksi merupakan bagian dari upaya India untuk beralih ke energi yang ramah lingkungan.
Berdasarkan aturan tersebut, pembangkit listrik batu bara India saat ini beroperasi minimal 55% dari kapasitas. Jika pengurangan produksi diberlakukan maka kapasitas operasional menjadi 40%.
Diperkirakan akan ada pengurangan kapasitas sebesar 58 miliar kWh dari 81 pembangkit batu bara tersebut. Pengurangan kapasitas bisa menekan penggunaan batu bara sebesar 34,7 juta ton. Saat ini, India memiliki 173 pembangkit batu bara dengan kapasitas 203,35 Giga Watts (GW).
Pemerintah India kini lebih percaya diri untuk memperbesar penggunaan energi hijau setelah output energi hijau mereka tumbuh 23,5% di Mei. Dilansir dari Reuters, share output energi hijau ke dalam total produksi listrik meningkat menjadi 14,1% di Mei dari 10,2% di April. Sebaliknya, batu bara turun dari 76,8% menjadi 72,4%.
Kenaikan produksi energi hijau Negeri Bollywood tentu menjadi kabar positif di tengah lonjakan penggunaan listrik negara tersebut. Permintaan listrik di India meningkat 23,5% di bulan Mei dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan permintaan disebabkan oleh gelombang panas yang membuat penggunaan listrik melonjak serta aktivitas perekonomian yang merangkak naik.
Pelemahan harga batu bara juga didorong oleh meredanya kekhawatiran pasokan, terutama di China. Dibukanya kembali perekonomian Negeri Tirai Bambu diperkirakan akan meningkatkan permintaan batu bara sehingga ada kekhawatiran kekurangan pasokan.
Namun, kekhawatiran tersebut sedikit menurun setelah Mongolia memastikan bahwa mereka akan menyelesaikan pembangunan tiga jalur kereta yang mengangkut batu bara pada akhir tahun ini.
Pengembangan jalur kereta tersebut akan berdampak sangat besar terhadap pasar komoditas terutama di China karena rel tersebut menghubungkan China dan Rusia. Posisi Mongolia sangat penting dalam mendukung konektivitas perdagangan komoditas seperti batu bara dan logam untuk tetangga-tetangganya. Mongolia bahkan berbagi 13 pelabuhan dagang dengan China untuk perdagangan batu bara, bijih besi, dan tembaga konsentrat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT