Popular
Pernah dengar perhelatan olahraga Asian Mini Football Championship atau Kejuaran Sepak Bola Mini Asia?
Ini merupakan olahraga yang pertama kalinya akan digelar di Asia. Menariknya, Indonesia menjadi negara pertama yang menyelenggarakan kejuaraannya dan Kota Gorontalo menjadi tuan rumah perdana. Pelaksanaannya, Juli 2023.
Gorontalo secara resmi ditetapkan sebagai tuan rumah setelah disepakati Asian Mini Football Confederation [AMFC]. Penetapan berlangsung di Hotel Aston Gorontalo pada tanggal 16 September 2022, dihadiri langsung Presiden AMFC, Muhammad Al-Dusari [Arab Saudi] bersama Menteri Olahraga Zainudin Amali, serta penjabat sementara Gubernur Gorontalo, Hamka Hendra Noer.
Dijelaskan dalam situs AMFC, sepak bola mini dimainkan di stadion kecil, 6 lawan 6 pemain. Sepak bola mini telah dimainkan sejak lama di hampir semua benua, terutama Asia. Sepak bola mini biasanya dimainkan di alun-alun kota, taman, dan sekolah. Turnamen dan liga diselenggarakan dekat komunitas yang memiliki dukungan penonton banyak.
Baca: Dua Spesies Tarsius Baru yang Menginspirasi Yoda, Ditemukan di Sulawesi
Dalam acara tersebut, diluncurkan maskot Asian Mini Football Championship. Menariknya, maskot tersebut seekor tarsius yang belum lama ini diumumkan sebagai jenis baru dari Gorontalo.
Tarsius merupakan primata terkecil di dunia atau sering juga disebut sebagai monyet terkecil di dunia. Di Pulau Sulawesi, terdapat 11 jenis, salah satunya Tarsius supriatnai.
“Maskot ini kami beri nama “Tarsilo” yang merupakan singkatan Tarsius Gorontalo karena memang hanya ada di Gorontalo,” kata Hamka Hendra Noer, Gubernur Gorontalo, dilansir dari Humas Pemerintah Provinsi Gorontalo.
Menurut Hamka, Tarsilo adalah satwa yang memiliki karakter cerdas dan tangkas, cepat dan tepat, waspada dan teliti, komunikatif, serta setia. Karakter Tarsilo menjadi alasan kuat dijadikan maskot Asian Mini Football Championship 2023, mewakili spirit olahraga.
Baca juga: Pertama Kali, Tarsius Putih Leucistic Tertangkap di Minahasa dan Bukan Albino
Seperti apakah spesies Tarsius supriatnai?
Dalam Bahasa Gorontalo, tarsius disebut mimito. Spesies ini juga disebut tarsius Jatna dengan nama ilmiah Tarsius supriatnai, sebuah nama untuk menghormati Profesor Dr. Jatna Supriatna, yang telah mendedikasikan sebagian besar kehidupan profesionalnya untuk konservasi keanekaragaman hayati Indonesia, serta telah mensponsori banyak kerja kolaboratif asing untuk tarsius.
Temuan Tarsius supriatnai dipublikasikan dalam tulisan berjudul “Two New Tarsier Species (Tarsiidae, Primates) and the Biogeography of Sulawesi, Indonesia”, yang ditulis Myron Shekelle, Colin P. Groves, Ibnu Maryanto, and Russell A. Mittermeier. Jenis tarsius ini ditemukan di daerah Bumbulan, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.
Secara morfologi, Tarsius supriatnai memiliki kemiripan dengan Tarsius spectrumgurskyae; jenis tarsius lainnya yang ditemukan di Manado, Sulawesi Utara. Namun perbedaannya lebih pada pangkal telinga tak berambut yang umumya memiliki ukuran lebih besar, kaki belakang lebih pendek, serta ekor yang sangat panjang dan juga jari tengah.
Jurnal tersebut menjelaskan, berdasarkan survei populasi liar menunjukkan berat badan dan panjang ekor jenis ini dalam kisaran beberapa spesies lain dari Tarsius, tetapi ukurannya sampelnya kecil. Seperti berat badan betina 104−114 gram dan berat jantan berkisar 135 gram. Sementara panjang ekor betina antara 232−243 mm, sementara panjang ekor jantan 246 mm.
Tarsius mampu melompat hingga 3 meter berkat rentang kakinya yang panjang. Proporsi panjang kaki dengan panjang tangannya adalah terpanjang di antara primata lain. Tarsius yang bisa ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara, menggunakan kemampuan melompatnya untuk menangkap mangsa dengan ketepatan luar biasa. Sebagai satu-satunya primata karnivora murni di bumi, makanan tarsius sebagian besar adalah serangga dan kadal.
Facebook
Twitter
Instagram
RSS / XML
© 2023 Copyright Mongabay.co.id