Selain Pencak Silat, Ini 9 Budaya Indonesia yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda
KOMPAS.com – Pencak silat ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Penetapan ini dilakukan di Bogota, Kolombia, Kamis (12/12/2019) waktu setempat.
Selain pencak silat, sejumlah kekayaan budaya Indonesia sebelumnya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Ada 9 budaya Indonesia yang telah masuk dalam daftar UNESCO.
Dengan masuknya pencak silat, total ada 10 budaya Indonesia yang telah masuk daftar warisan budaya tak benda di dunia.
Baca juga: UNESCO Tetapkan Pencak Silat sebagai Warisan Tak Benda Dunia
Melansir dari laman UNESCO, selain pencak silat, berikut daftar budaya-budaya tersebut:
Pinisi ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2017.
Pinisi atau seni pembuatan kapal di Sulawesi Selatan mengacu pada tali temali dan layar dari “Sekunar Sulawesi” yang terkenal.
Konstruksi dan sebaran kapal-kapal jenis ini telah menjadi tradisi tersendiri dalam pembuatan kapal dan navigasi Austronesia.
Bagi masyarakat Indonesia maupun internasional, pinisi telah menjadi lambang kapal layar pribumi Nusantara.
Saat ini, pusat pembuatan kapal ini ada di Tana Beru, Bira, dan Batu Licin. Di wilayah-wilayah ini, 70 persen warganya memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan pembuatan kapal serta navigasi.
Ada tiga genre tari tradisional Bali yang juga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Penetapan ini dilakukan pada tahun 2015.
Tiga genre tarian yang dimaksud adalah sakral, semi sakral, dan yang dapat dinikmati masyarakat luas.
Tarian tradisional Bali dipertunjukan oleh penari laki-laki dan perempuan berpakaian tradisional, yaitu terdiri atas pakaian berwarna terang dengan motif bunga dan hewan emas, dilengkapi aksesori berupa daun emas dan permata.
Tarian ini terinspirasi dari alam dan menyimbolkan tradisi, adat istiadat, dan nilai-nilai agama tertentu.
Selain teknik, penari harus memiliki karisma, kerendahan hati, dan energi spiritual khusus untuk menghidupkan gerakan dalam tariannya.
Baca juga: Silat Malaysia Juga Masuk Warisan Budaya Tak Benda, Apa Bedanya dengan Pencak Silat Indonesia?
Noken adalah tas anyaman buatan tangan yang berbahan serat kayu atau daun. Tas ini dibuat oleh masyarakat di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Noken ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2012.
Laki-laki dan perempuan menggunakan noken untuk membawa hasil panen, tangkapan dari laut atau danau, kayu bakar, bayi, atau hewan-hewan kecil.
Selain itu, noken juga sering kali digunakan untuk membawa barang belanjaan dan menyimpan barang-barang di rumah.
Dalam perayaan tradisional, noken biasanya dikenakan atau diberikan sebagai persembahan.
Cara pembuatan noken berbeda-beda. Namun, secara umum, cabang, batang, kulit pohon, atau semak kecil dipotong. Kemudian, dipanaskan di atas api dan direndam dalam air.
Serat kayu yang tersisi dikeringkan dan dipintal untuk membuat benang.
Terkadang, benang ini juga diwarnai dengan pewarna alami. Benang ini kemudian digunakan untuk membuat tas jaring dengan berbagai pola dan ukuran.
Proses ini membutuhkan ketrampilan yang luar biasa, kemampuan artistik, dan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menguasainya.
Tari Saman ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2011.
Tari ini merupakan bagian dari kekayaan budaya masyarakat Gayo di Provinsi Aceh, Sumatera.
Laki-laki dan perempuan yang menarikan Saman duduk pada tumitnya atau berlutut.
Masing-masing penari mengenakan kostum hitam bersulam motif Gayo yang berwarna-warni dan melambangkan alam serta nilai-nilai luhur.
Pemimpin duduk di tengah barisan dan memimpin nyanyian, yang kebanyakan dalam bahasa Gayo.
Gerakan-gerakan tari Saman terdiri atas tepung tangan, menepuk dada, paha, tanah, mengayun, hingga memutar tubuh dan kepala sesuai irama.
Gerakan-gerakan ini melambangkan kehidupan sehari-hari masyarakat Gayo.
Angklung ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2010.
Angklung adalah alat musik Indonesia yang terdiri atas dua hingga empat tabung bambu yang disatukan dalam bingkai bambu dan diikat dengan tali rotan.
Setiap angklung menghasilkan satu not atau nada tunggal. Oleh karena itu, para pemain angklung harus berkolaborasi untuk memainkan melodi.
Angklung memiliki kaitan erat dengan adat istiadat, seni, dan identitas budaya di Indonesia. Ia dimainkan selama upacara-upacara adat seperti penanaman padi, panen, hingga khitanan.
Batik Indonesia ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2009.
Batik Indonesia dibuat dengan teknik-teknik, simbolisme, budaya, dan pewarnaan menggunakan tangan.
Batik sedari dulu digunakan dalam kehidupan orang Indonesia, mulai dari untuk menggendong bayi hingga menyelimuti orang meninggal.
Batik diwarnai oleh perajin yang menggambar polanya menggunakan lilin panas dan pewarna lainnya. Kemudian, kain pun direndam dengan air mendidih dalam satu warna untuk menghilangkan lilin.
Pola batik Indonesia pun bermacam-macam. Kerajinan batik sendiri menjadi identitas budaya masyarakat Indonesia dan memiliki makna simbolis, baik dari warna maupun desainnya.
Perajin biasanya mengekspresikan kreativitas dan spriritualitas mereka melalui batik yang dibuat.
Budaya ini dipilih pada tahun 2009 sebagai praktik pelestarian budaya. Praktik membatik kemudian ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO.
Pelatihan dilakukan untuk pelajar dan berkolaborasi dengan museum Batik di Pekalongan.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap kekayaan budaya Indonesia berupa batik, termasuk sejarah dan nilai-nilai budayanya.
Museum Batik menginisiasi program ini pada tahun 2005, bekerja sama dengan dinas pendidikan kota dan berlanjut ke Kabupaten Pekalongan serta wilayah-wilayah tetangga, seperti Batang, Pemalang, dan Tegal.
Kekayaan budaya keris Indonesia ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2008.
Keris merupakan senjata sekaligus obyek spiritual di Indonesia. Keris sering kali dikaitkan dengan kekuatan magis.
Keris biasanya meruncing dengan wadah yang dibuat dari kayu. Ada beberapa pula yang menggunakan gading hingga emas.
Nilai estetika keris meliputi dhapur (bentuk dan desain bilah), pamor (pola dekorasi paduan logam pada bilah), dan tangguh (usia dan asal).
Pembuat keris disebut sebagai empu, membuat bilah dengan lapisan bijih besi dan nikel meteorit yang berbeda-beda.
Keris biasanya dipakai setiap hari dan dalam upacara-upacara khusus. Ia diwariskan dari generasi ke generasi.
Wayang juga ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tahun 2008.
Wayang terkenal karena boneka dan gaya musik yang kompleks dan berasal dari gaya pengisahan cerita di Pulau Jawa.
Selama sepuluh abad, wayang berkembang di istana kerajaan Jawa dan Bali, sebagaimana pula berkembang di daerah perdesaan.
Wayang pun selanjutnya menyebar di pulau-pulau lain dengan gaya pertunjukan lokal dan iringan musik yang telah berkembang.
Boneka yang menjadi wayang memiliki bentuk yang bervariasi.
Akan tetapi, ada dua tipe utama, yaitu wayang klitik atau wayang kulit tiga dimensi dan wayang kulit yang diproyeksikan di depan layar yang menyala dari belakang.
Kedua jenis ini ditandai dengan kostum, fitur wajah, dan bagian tubuh yang diartikulasikan.
Dalang menyajikan cerita dengan boneka wayang dengan diiringi oleh sinden dan gamelan.
Kisah-kisah yang ditampilkan oleh dalang pun bermacam-macam, mulai dari mitos-mitos asli hingga pahlawan India dari kisah-kisah Persia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.