Ritmee.co.id—Mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan tentunya banyak hal yang harus dipertimbangkan secara matang sebelum melakukan kegiatan eksplorasi, kajian, pengembangan dan memasuki tahapan pertambangan selanjutnya.
Sudah menjadi rahasia umum jika kehadiran sebuah perusahaan pertambangan akan membawa dampak diberbagai lini kehidupan, diantaranya perekonomian, lingkungan, dan ekosistem baik hayati maupun hewani.
Di wilayah Indonesia, sedikitnya ada 6 daerah yang menjadi lokasi pertambangan yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Ke 6 wilayah pertambangan ini masing-masing memiliki hasil barang tambang.
Untuk wilayah Sulawesi, khususnya bagian timur dari Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur. Sekitar 54 tahun silam atau pada tahun 1968, investor mulai melirik dan memasuki Sorowako yang memiliki luas 480,27 kilometer dan membangun sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan bijih nikel.
Pada tahun yang sama, perusahaan yang dulunya dikenal dengan nama PT Internasional Nickel Indonesia (Inco) dan kemudian berganti nama menjadi PT Vale Indonesia Tbk bersama pemerintah mulai menadatangani Kontrak Karya (KK) untuk melakukan ekplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel dengan luas KK sekitar 70.655 hektar.
PT Vale Indonesia Tbk sendiri merupakan bagian dari perusahaan global yang berpusat di Negara Brasil. Dalam proses kegiatan penambangannya, PT Vale menggunakan teknik pertambangan terbuka dengan metode open cast dan prinsip pertambangan berkelanjutan. Dalam satu tahun, PT Vale menguasai 5% pasokan nikel di pasar dunia atau sekitar 78.000 metrik ton nikel dalam matte.
Dewasa ini, PT Vale merupakan pemegang hak konsesi kontrak karya di atas lahan seluas 118.017 hektar yang terbagi di tiga daerah atau blok diantaranya, Sorowako Sulawesi Selatan, Pamalaa Sulawesi Tenggara dengan luas 24.752 hektaer dan Bahodopi Sulawesi Tengah dengan luas 22.699 hektar.
Meski telah memiliki tiga blok kontrak karya, lokasi penambangan dan pabrik pengolahan nikel PT Vale masih berpusat di blok Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Di blok Pomalaa, pada 28 April 2022, PT Vale dan Huayou Cobalt Co telah menandatangani kerangka kerjasama (Framwork Cooperation Agreement). Sejauh ini PT Vale secara resmi telah bermitra dengan Ford Motor Co pada 26 Juli 2022 lalu. Kerjasama ini bertujuan untuk melakukan pengembangan pertambangan di pada blop Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Sementara pada blok Bahadopi di Sulawesi Tengah, PT Vale pada blok ini bermitra dengan TISCO dan Shandong Xinhai Technology. Kaputusan Investasi Final (Investment Decision) ini telah diumumkan pada 29 Juli 2022 lalu. Dan telah memasuki tahapan pra-konstruksi yang ditargetkan akkan mulai beroperasi pada 2025 mendatang.
Selama 54 tahun melakukan aktivitas penambangan bijih nikel di Sorowako, PT Vale Indonesia Tbk tentunya tidak sekedar menambang. Dengan prinsip keberlanjutan, PT Vale terus berupaya untuk mencapai target net-zero emisi karbon pada tahun 2050 mendatang.
Beberapa waktu lalu, PT Vale Indonesia Tbk mengundang puluhan jurnalis sebagai perwakilan dari beberapa media cetak, siber maupun televisi dari berbagai daerah hingga luar negeri seperti HKN Jepang untuk mengikuti kegiatan Media Visit yang berlangsung kurang lebih sepekan.
Kepada perwakilan media yang berkesempatan mengikuti kegiatan itu, PT Vale mengajak para jurnalis secara langsung melihat proses penambangan yang di lakukan PT Vale dengan metode tambang terbuka berkelanjutan.
Melalui kegiatan media visit, PT Vale menjelaskan komitmen perusahaan tambang bijih nikel dalam mewujudkan pertambangan yang ramah lingkungan berkelanjutan dengan menggunakan teknologi hidrogen untuk menuju target zero emisi karbon pada tahun 2050.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT Vale dalam memenuhi komitmen keberlanjutan secara global mencapai zero emisi karbon pada tahun 2050 yaitu pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 33% demi mencapai kemandirian energy 100% di tahun 2030.
Pada forum yang disorot oleh dunia yaitu COP26 yang laksanakan di Glasgow, Skotlandia tahun 2021 silam, Chief Exencutive Officer (COE) PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy menegaskan komitmen perusahaan tersebut dalam upaya pencapaian Net-Zero Emisi Karbon di tahun 2050.
Dalam pertemuan yang dihadiri sebanyak 197 negara tersebut, kehadiran PT Vale pada forum COP26 menjadi komitmen PT Vale untuk menetapkan prioritas dalam mengatasi perubahan iklim.
Sejauh ini, perusahaan tambang bijih nikel di Sorowako itu telah memiliki peta jalan dan aksi konkrit menju target nol emisi. Di tahun 2019, PT Vale mengambil langkah cepat untuk penggunaan boiler listrik, penggunaan biodiesel dan konservasi energy.
Pada tahun 2020, PT Vale kemudian pengembangan tahap I Proyek terkait optimalisasi energy bersih yang sudah ada atau pengembangan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), konservasi energy, penggunaan modular screnning station dan pengembangan proyek-proyek energy lainnya.
Di tahun 2023 mendatang, PT Vale akan melakukan pengecekan terhadap kemajuan proyek stabilisasi daya IBMW, solar PV 110 MWp, Efisiensi energy-implementasi energy cerdas, pengembangan rencana pergeseran bahan bakar, dan elektridikasi untuk peraltan tambang.
Program berkelanjutan lainnya yaitu, di tahun 2025 mendatang, PT Vale memastikan kemajuan proyek-proyek sebelumnya dalam peningkatan persediaan, pengeringan (dryer) bahan bakar/batu bara ke LNG/biodisel, hingga pemanfaatan limbah panas.
Keseluruhan proyek-proyek yang dilakukan oleh PT Vale direncanakan capai final pada tahun 2028. Sehingga di tahun 2030 PT Vale dapat merealisasikan komitmen perusahaan untuk melakukan pengurangan absolute emisi Gas Rumah Kasa (GRK) hingga 33% dan kemudian melakukan pengembangan proyek tahap II seperti pergeseran bahan bakar menuju hydrogen, yang keseluruhannya merupakan prisip keberlanjutan PT Vale untuk menuju Net-Zero Emisi Karbon di tahun 2050.
Untuk mendukung program menuju Net-Zero Karbon itu, saat ini PT Vale telah memiliki 3 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang merupakan modal terbesar dalam mengurangi emisi karbon.
Fasilitas energy pertama yang dibangun oleh PT Vale adalah PLTA Larona yang airnya dipasok dari tiga danau yaitu Danau Matano, Mahalona, dan Danau Towuti. Sehingga, dengan adanya ke 3 PLTA ini, secara perlahan PT Vale beranjak meninggalkan bahan bakar batubara.
Masing-masing dari ke 3 PLTA ini memproduksi daya listrik yang berbeda-beda. PLTA Larona yang dibangun pada 1979 dengan ketinggi puncak bendungan 322,2 meter di atas permukaan laut. PLTA ini bertipe Rock Fill with Concrete Face (RFCF) dengan kapasitas daya tamping air maksimun 10 juta meter kubik dan memiliki tiga turbin sehingga mampu memproduksi daya listrik rata-rata sebesar 165 megawatt (MW).
PLTA Larona ini merupakan Fasilitas energy bersih pertama yang dibangun oleh PT Vale dimana saat itu perusahaan tambang bijih nikel ini masih menggunakan nama PT Internasional Nickel Indonesia (Inco).
Fasilitas energy bersih ke 2 dibangun oleh PT Vale yiatu PLTA Balambano berada di Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur. PLTA ke dua ini dibangun pada tahun 1995 dan mulai dioperasikan sejak tahun 1999.
Koordinator Sip Operation Balambano, Andi Sunandar kepada rombongan media Visit menjelaskan, bahwa puncak pada bendungan PLTA imi memiliki tinggi 167 meter di atas permukaan laut dengan tipe yang sama dengan PLTA Larona, bendungan ini memiliki kapasitas tampung air maksimal 31,5 juta meter kubik, menggunakan dua turbin sehingga mampu mengahasilkan daya listrik rata-rata 110 megawatt (MW).
“Fasiltas energy bersih yang dibangun oleh PT Vale sebagai komitmen menuju Net-Zero Emisi Karbon tahun 2050 yaitu PLTA Karebbe. Bendungan ini dibangun dan mulai dioperasikan pada Oktober 2011. PLTA ini juga berada di Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur dengan ketinggian puncak pada bendungan 79,5 meter di atas permukaan laut,” ungkap Andi Sunandar.
“Bebeda dengan 2 bendungan PLTA lainnya, bendungan PLTA Karebbe ini bertipe Low Conventional Concrete (LCVC) dengan kapasitas tampung air maksimun 13,58 juta meter kubik. Dengan menggunakan dua turbin, PLTA ini mampu memproduksi daya listrik rata-rata 90 megawatt (MW),” ucap Andi Sunandar.
Pada kesempatan itu, Andi Sunandar mengatakan juga mengatakan bahwa dengan hadirnya tiga PLTA ini, setiap tahunnya, PT Vale mampu menghilangkan potensi emisi karbon hingga 1 juta ton CO2eq dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar batubara.
“Ke tiga PLTA yang dioperasikan oleh PT Vale berkontribusi hingga 94% dari pasokan energy terbarukan ke pabrik pengolahan bijih nikel. Tak hanya itu, berkat kehadiran dan Corporate Social Responsiility (CSR) PT Vale juga menyalurkan listrik dari ketiga PLTA untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya. Bahkan tahun lalu, perseroan memasok 10.7 megawatt untuk penduduk di luar tambang. Keseluruhan hasil dari tiga PLTA yang dialokasikan oleh perusahaan diberikan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur,” beber Andi Sunandar.
Prinsip keberlanjutan PT Vale lainnya dalam memenuhi komitmen keberlanjutan secara global mencapai Net-Zero Emisi Karbon tahun 2025 yaitu, menjaga Danau Matano dan Mahalona yang bersinggungan langsung dengan lokasi operational PT Vale.
Meski bersinggungan langsung dengan lokasi operasional PT Vale, hingga kini air di kedua danau itu masih jernih dan keanekaragaman hayati dan ekosistem di danau itu masih terjaga dengan baik.
Salah satu danau yang lokasinya sangat dengan area tambang dan pabrik pengoahan bijih nikel PT Vale yaitu danau Matano. Di danau dengan luas 164,1 kilometer dan kedalaman mencapai 690 meter itu, selain menyajikan panorama alam yang menarik, di danau tersebut juga dapat kita jumpai spesias endemic seperti burung.
Pada penelitian tahun 2013, sebanyak 70 jenis burung yang ada di sekitar danau Matano, 9 diantara merupakan spesies endemic dan 4 spesies lainnya sering berimigrasi dan banyak ditemukan di sekitar danau Matano. Sehingga PT Vale berkomitmen untuk terus melestarikan jenis burung dan ikan yang merupakan endemic kebanggaan danau di Kabupaten Luwu Timur.
Untuk menjaga kelestarian dan kebersihan danau Matono, bersama masyarakat dengan melibatkan komunitas penyelam, PT Vale akif melakukan pembersihan sampah yang terjebak di dalam danau.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT Vale dalam melestarikan spesies endemic dan alam sekitar lokasi penambangan yaitu pengelolaan air limpasan tambang yang sesuai standar kualitas effluent di bawah baku mutu.
Prinsip Keberlanjutan PT Vale dalam hal pemantauan kualitas limpasan air tambang didua danau yaitu, Matano dan Mahalona ini dilakukan secara regular dengan parameter Total Suspended Solid (TSS) dan Choromium Hexavalent (Cr6+).
Sejauh ini, PT Vale memiliki unit-unti pengelolaan air limpasan yang di kontrol oleh operator yang berkompeten. Sedikitnya, ada 100 unit kolam sedimen yang tersebar di area Sorowako-Petea dan 1 unit treatment terintegrasi bernama Lamella Gravity Settler (LGS) dengan kapasitas total seluruh unit mencapai 16 juta kubik air limpasan.
Pada unit treatment LGS dari PT Vale ini, mampu mengolah Total Suspended Solid (TSS) dan Cr6+ yang keruh menjadi air yang jernih sesuai dengan kualitas effluent di bawah baku mutu. Teknologi yang diterapkan di LGS ini merupakan inovasi PT Vale yang bertujuan untuk mengelola air limpasan tambang, agar memenuhi baku mutu yang disyaratkan sebelum di-release ke badan air.
Manager Mine Infrasturcture Maintenace di PT Vale Indonesia Tbk, Hasliana Alimuddin yang ditemui di lokasi LGS saat mengikuti media visit, menerangkan, kekeruhan air limpasan tambang disebabkan adanya aktivitas pembukaan lahan.
“Yang mana pada saat turun hujan, zat-zat tersuspensi akan terbawa oleh air limpasan tambang, yang biasanya di sebut total suspended solid (TSS),” ujarnya pada awak media.
“LGS didesain sedemikian rupa agar air limpasan mengalir ke satu titik konsentrasi. Setelah air limpasan terkonsentrasi ke satu titik kolam pengendapan di situlah kita melakukan treatment untuk beberapa parameter baku mutu yang dipersyaratkan pemerintah, selain TSS, PT Vale juga melakukan pengelolaan untuk Cr+6 atau chromium hexavalent serta parameter lainnya,” ujarnya Hasliana.
Dalam beberapa kesempatan, PT Vale selalu menegaskan jika kedua danau yang bersinggungan langsung di lokasi operationalnya tidak tercemar dan selalu bersih. Karena rahasia dari PT Vale adalah terletak pada strategi pengelolaannya.
Dari 100 unit kolam pengendapan, LGS merupakan salah satu kolam pengendapan dari PT Vale yang terintegrasi, dimana LGS sendiri merupakan teknologi pertama Indonesia untuk pertambangan yang dilakukan oleh PT Vale dan merupakan hasil riset dan kerjasama BPPT yang di lakukan selama 2 tahun.
Selain ratusan kolam pengendapan dan pengelolaan Total Suspended Solid (TSS) dan Choromium Hexavalent (Cr6+), PT Vale dalam mewujudkan komitmen-komintmennya dengan penerapan program prinsip keberlanjutan, juga telah memiki laboratorium air terakreditasi ISO 170225 yang difungsikan untuk pengujian air limpasan tambang sesuai prosedur standar Indonesia (SNI) maupun American Public Health Assosiation (APHA).
Selama lebih dari 5 dekade melakukan aktivitas pertambangan bijih nikel di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, PT Vale Indonesia Tbk menggunakan sistem penambangan terbuka, melakukan penggalian dari lubang terbuka di tanah.
Meski demikian, PT Vale tidak lantas meninggalkan lubang terbuka tersebut, dengan sistem penambangan yang sama. PT Vale melakukan rehabilitasi dan reklamasi lahan sebagai upaya mengembalikan tanah ke kondisi semula yang merupakan bagian dari Rencana Pasca Tambang (RPT) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Rehabilitasi Pasca tambang.
Senior Geologist PT Vale Indonesia Tbk, Jasman saat di temui di lokasi mining kepada awak media mengatakan, rehabilitasi dilakukan melalui pembentukan tanah dan penanaman pasca tambang atau revegetasi.
“Sementara restorasi pembentukan tanah dilakukan berdasarkan kemiringan lereng, dimulai dengan pemetaan tanah, pembentukan tanah dengan menggunakan bantuan alat berat serta pembentuan tanah lapisan atas,” kata Jasman.
Proses rehabilitasi dan reklamasi lahan pasca penambangan kata Nisma Yani, Junior Rehabilitation Engineer PT. Vale Indonesia tbk, melalui beberapa proses diantaranya, pengendalian erosi, penghamparan tanah pucuk, penanaman tumbuhan pioner, pemupukan terhadap ekosistem dan pemeliharaan secara berkelanjutan.
“Rehabilitasi dilakukan dengan cara pembentukan tanah sebelum melakukan penanaman tumbuhan pioner seperti pada hutan buatan yang kami sebut hutan Himalaya,” bebernya saat di temui di lokasi hutan buatan PT Vale.
“Hutan Himalaya ini dulunya lokasi tambang nikel yang dilakukan oleh PT. Vale, dan setelah pasca penambangan, perusahaan berkomitmen untuk melakukan reklamasi, sehingga hutan buatan ini ada ditengah-tengah kegiatan penambangan. Di hutan buatan ini terdapat sebanyak 40 jenis pepohonan yang terdiri dari tanaman lokal, tanaman daur panjang dan tanaman yang multi guna seperti buah-buahan yang tentunya, selain buah, pohonnya juga dapat dimanfaatkan” terang Nisma.
Hingga November tahun 2022 ini, kita telah melakukan reklamasi pasca tambang seluas 3,471 hektar. Selain melakukan rehabilitasi dan reklamasi terhadap lahan terbuka pasca tambang, PT. Vale juga melakukan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) lintas batas, di atas lahan seluas 10.000 hektar yang tersebar di 13 Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.
13 Kabupaten yang menjadi rehabilitasi DAS lintas batas dari PT. Vale yaitu, Luwu Timur, Lutra, Luwu, Tana Toraja, Toraja Utara, Enrekang, Pinrang, Soppeng, Barru, Maros, Gowa, dan Takalar. “Melalui kegiatan rehabilitasi pasca tambang, di tahun 2025 mendatang, PT. Vale juga berkomitmen dengan menargetkan 15.000 hektar lahan menjadi hutan serta rehabilitasi lahan kritis dan daerah aliran sungai,” ungkap Nisma.
Menambang Sumber Daya Alam dengan metode “Pertambangan Terbuka” tentu ada beberapa fasilitas lain yang harus disediakan setelah melakukan penambangan dan sebelum melalukan rehabilitasi dan reklamasi lahan terbuka.
Salah satunya yaitu menyediakan lahan sebagai tempat untuk pembibitan tumbuhan. Sebagai perusahaan global, PT Vale Indonesia Tbk tentu sangat memahami hal itu dengan prinsip keberlanjutan, PT Vale memfasilitasi pembibitan tumbuhan lokal dan pioner yang disebut Nursery.
Di Nursery ini kita bisa melihat ratusan ribu bibit-bibit tumbuhan dengan kapasitas 700.000 bibit per tahun. Dimana jumlah tersebut melibihi kebutuhan perusahaan.
Nursery yang dikembangkan oleh PT Vale ini sudah beroperasi sejak April 2006 dengan memproduksi berbagai jenis tanaman asli serta tanaman endemik yang merupakan bagian dari konservasi keanekaragaman hayati.
Untuk bibit tanaman lokal yang dikembangkan di Nursery, PT Vale memporolehnya dari areal pertambangan yang di buka dan bekerjasama dengan masyarakat setempat.
“Di Nrsery ini, kurang lebih 80 jenis tanaman yang dirawat baik tanaman lokal maupun eksotis dan pioner. Dan salah satu tanaman pohon endemik daerah sini yang kami kembangkan adalah Gaharu ,” . Harun Tandioga, Team Leader Nursery PT Vale.
Tanaman tersebut tumbuh menjadi pohon yang kuat sejak 16 tahun lalu, ketika nursery pertama kali dikembangkan. Pohon-pohon yang ada di nursery juga bisa didonasikan ke masyarakat dan pemerintah.
“Pembibitan di Nursery dilakukan secara generatif dan vegetatif. Tanah yang digunakan dicampur dengan kompos ayam dan sapi, dan bekerjasama dengan masyarakat lokal. Saat akan menambang, kami tidak menebang semua pohon, tapi mengambil anakannya untuk disimpan di nursery,” ujar Harun Tandioga.
Fasilitas di nursery ini sangat lengkap, mulai dari green house, pengadaan pupuk, dan museum tambang yang disekelilingnya merupakan hutan pioner pertama yang dikembangkan oleh PT Vale. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati kesegaran hutan sambil melihat peralatan PT Vale.
Museum Tambang ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang kegiatan tambang. Selain museum tambang, terdapat pula kandang rusa dengan budget Rp 1,6 miliar. Rencananya, dalam waktu dekat ini, PT Vale akan kembali membuka museum tersebut untuk umum setelah sebelumnya di tutup karena pandemi Covid-19.
“Selain membuka kembali museum tambang untuk umum, kami juga berencana membangun helipad di area PT Vale,” ungkap Harun Tandioga.
Dengan hadirnya fasilitas pembibitan Nursery ini, selain sebagai bagain dari upaya PT Vale mendukung kelestarian alam, juga sebagai bentuk realisasi komitmen perusahaan tambang itu dalam melakukan rehabilitasi dan reklamasi lahan pasca tambang.
Eksistensi operasional suatu perusahaan tambang bisa dibilang maju ketika kehadiran perusahaan itu mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan karyawannya. Terkhususnya mereka yang berdomisili di sekitar area kontrak karya.
Hal ini pula yang membuat PT Vale Indonesia Tbk lebih mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan tambang berkelanjutan yang sesuai dengan kerangka kerja International Council of Mining and Metals (ICMM).
Bagi PT Vale, karyawan dan masyarakat yang tinggal di area kontrak karya merupakan keluarga. Bersama mereka, PT Vale membangun perusahaan dan hidup berdampingan untuk tumbuh, berdaya dan menjaga kesehatan, lebih mengutamakan keselamatan dalam kegiatan pertambangan dengan jargon “No Savety no Production” serta menjaga alam agar tetap lestari.
Dalam aspek membangun kesejahteraan, PT Vale melibatkan masyarakat lokal secara berkelanjutan dengan menggulirkan program-program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dengan cara membentuk masyarakat yang mandiri.
Seajuh ini, PT Vale telah mengembangkan sedikitnya 10 wilayah di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur yang tersebar di empat kecamatan yaitu Nuha, Towoti, Wasoponda dan Kecamatan Malili.
Tercatat, hingga April 2022, PT Vale memberikan 129 pendampingan usaha yang diprioritaskan untuk menggali kearifan lokal daerah Kabupaten Luwu Timur. Program-program pendampingan dengan prinsip berkelanjutan yang dilakukan oleh PT Vale yaitu, memberikan pelatihan peningkatan sumber daya manusia, dan memberikan pelatihan empat pilar manajeman usaha.
Selain memberikan pendampingan, PT Vale juga memberikan fasilitas untuk produk para pelaku usaha binaannya yang tetap menerapkan prisip masyarakat mandiri.
Untuk pemberdayaan masyarakat mandiri dibidang UMKM, PT Vale memberikan fasilitas pemasaran dengan menghadirkan Galeri Kareso Anatowa sebagai pusat oleh-oleh khas Kabupaten Luwu Timur.
“Sejauh ini, PT. Vale sangat mendukung pemberdayaan masyarakat mandiri khususnya perkembangan UMKM. Secara pribadi, yang menjadi target utama kita di UMKM Galeri ini ialah bagaimana masyarakat lokal, khusunya Sorowako cinta pada produk UMKM yang di produksi di galeri ini, kata Zulfikar Arna, Direktur Utama UMKM Galeri binaan PT. Vale.
“Untuk produk yang ada di galeri ini sekitar 100 lebih dari empat kecamatan Towuti, Wasuponda, Nuha dan Malili, namun untuk produk UMKM sekitar 58 UMKM,” tambahnya.
Program keberlanjutan pemberdayaan masyarakat mandiri di bidang kesehatan, sejak 2016 silam PT Vale memberikan gebrakan berbasis herbal berupa Program Upaya Kedesahatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Pada program ini, PT Vale tentunya memberikan pelatihan cara pengelolaan obat-obatan herbal dan mendirikan panti sehat yang juga dikelola oleh masyarakat setempat secara mandiri.
Saat melakukan riset terkait UKBM Tim Social Development Program PT Vale menemukan 100 jenis tanaman lokal yang tumbuh liar di sekitar Kecamatan Nuha yang berpotensi dan dapat dimanfaatkan sebagai olahan produk obat maupun suplemen herbal.
Saat wabah pandemi Covid-19 melanda dunia, program UKBM PT Vale ini berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap supmen herbal sebagai booster daya tahan tubuh yang alami.
Pada Program pemberdayaan masyarakat mandiri di bidang pertanian, PT Vale mendorong para petani setempat beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik ramah lingkungan dengan sistem berkelanjutan dan menggunakan pupuk organic.
Program Pertanian Sehat Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PSRLB) ini menggunakan metode System of Rice Intensification (SRI) yang dikelolah oleh kelompok Karunsie Urako Lestari di desa Lebu-lebu, Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur.
Menurut Ketua Kelompok Karunsie Urako Lestari, Afrida Podandi, yang ditemua media pada Sabtu 17 Desember 2022 di lokasi persawahaan organik binaan PT Vale. “Sejak lima tahun lalu, kami mulai menanam padi organik dengan system of rice intensification dengan pendampingan konsultan dari Aliksa yang ditunjuk langsung oleh perusahaan tambang bijih nikel tersebut,” kata Afrida.
Penggunaan pupuk organik pada program ini, merupakan beberapa dari sekian banyak upaya yang dilakukan oleh PT Vale dalam menyehatkan dan mensejahterakan masyarakat lokal serta salah satu bentuk konkrit dukungan perusahaan untuk memandirikan masyarakat yang berprofesi sebagai petani serta secara langsung melibatkan mereka dalam mempraktikan gaya hidup sehat.
Selain pertanian sawah organik, PT Vale juga memberdayakan metode System of Rice Intensification terapkan di peternakan dan perkebunan sayur. Selain kelompok Karunsie Urako Lestari, PT Vale juga membina kelompok Woliko yang bergerak di bidang ternak ayam yang juga menerapkan system of rice intensification.
Dimana, kelompok ternak ayam dengan sistem organik ini dikelola oleh para pemuda penyandang disabilitas atau mereka yang berkebutuhan khusus yang ada di kecamatan Wasuponda. Ketua kelompok Woliko, Sulaiman yang merupakan penyandang disabilitas saat di temui di lokasi ternak mengungkapkan bahwa ratusan ayam yang ia budidaya bersama kelompoknya keseluruhannya mengunakan bahan organil.
“Seperti pemberian jamu yang kami racik menggunakan rempah seperti serai, jahe, kencur dan bahan-bahan lainnya semuanya organik,”. Kata Sulaiman.
Dalam menjalankan perusahaan, PT Vale Indonesia Tbk tak hanya mempekerjakan ribuan karyawan tanpa menaruh perhatian sebagai upaya terciptanya budaya kerja tinggi.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh PT Vale untuk menciptakan budaya kerja tinggi yaitu dengan cara menghormati keberagaman, mendorong semangat inklusivitas, menjunjung tinggi kesetaraan serta keadilian yang tergabung dalam komitmen Diversity, Equity, dan Inclusion (DEI).
Pada unsur kesetaraan, PT Vale memberikan pembuktian dengan mempekerjakan karyawan perempuan dengan persentase 8,6% atau sebanyak 256 karyawati yang bekerja di perusahaan itu.
Dari 256 karyawati di PT Vale, beberapa diantaranya bekerja sebagai operator dumb truk yang notabanenya, pekerjaan itu kebanyakan dilakukan oleh kaum pria. Salah seorang diantaranya yakni Yulianti Marcelina yang bekerja di PT Vale sejak tahun 2011 silam dengan posisi sebagai operator dumb truk listrik.
Bagi Yulianti, mengoperasikan mobil truk bukanlah hal yang susah, ia membuktikan diri dengan kemampuan dan skill yang ia miliki serta meyakini bahwa perempuan juga bisa bekerja dan berkarir sejajar dengan kaum perempuan.
“Sebelum menjadi operator truk listrik, awal bekerja di perusahaan ini saya sudah dipercaya untuk menjadi operator truk biasa, perbedaan antara truk listrik dan truk berbahan bakar solar tentu lebih nyaman truk listrik, dan ini bukan hal yang memalukan, saya justru bangga, karena bisa sejajar dengan para pria dalam hal pekerjaan,” katanya.
Menurut Yulianti, ada sekitar 30 orang perempuan dengan posisi pekerjaan yang sama dengannya. Pada kesempatan itu, Yulianti yang merupakan seorang ibu dari dua anak itu memotivasi perempuan-perempuan lain untuk terus bekerja, mengembangkan skil dan kemampuan mereka. “Jangan ragu untuk terus berkaya, setarakan kedudukan kita dengan kaum pria dalam berkarir,” ucapnya.
Tak hanya itu, PT Vale juga mempekerjakan beberapa orang karyawan lainnya dengan posisi berbeda diaman mereka adalah berkebutuhan khusus. Hal ini membuktikan bahwa, PT Vale Indonesia yang merupakan perusahaan global lebih mengutamakan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia dari pada fisik dan kecantikan.
Keberagaman, kesetaraan dan keadialan dalam berkarir merupakan hal mendasar bagi PT Vale untuk membangun lingkungan kerja yang transparan, saling menghormati dan kaya akan gagasan.
Dalam merekrut karyawan, PT Vale selalu memberi peluang bagi putra-putir daerah Kabupaten Luwu yang berkompeten, hingga tahun 2022 tercatat 86,6% atau sekitar 2.570 karyawan/karyawati PT Vale merupakan putra-putri daerah. 51,5% diantaranya menempati posisi sebagai staf senior, mitra kerja, dan rantai pasok lokal.
Berkunjung ke Kabupaten Luwu Timur, khususnya di daerah yang dijuluki Kota Nikel itu tentunya tak lengkap jika tidak berkunjung ke tempat wisata dengan panorama alam yang memikat hati.
Selain nikel, Sorowako juga dikenal dengan keindahan tiga danau yaitu Matano dengan kedalaman 590 meter dan menjadi danau terdalam di Asia Tenggara. Danau Towoti yang memiliki luas 561 kilometer. Danau Towoti ini meruapakan danau terluas kedua yang ada di Indonesia. Danau ketiga yang ada di Sorowako yaitu danau Mahalona.
Jika berkunjung ke danau Matano, kita bisa mencoba olahraga air seperti bermain kayak, menaiki yacht untuk berkeliling danau, dan snorkeling. Selain dibeberapa tebing yang menjulang tinggi disekitar danau Matano, kita dapat melihat gua air.
Selain keindahan danau, kita juga dapat menikmati panorama alam dengan berkunjung ke Laa Waa yang berada di Desa Matano. Laa Waa sendiri merupakan hulu air pertemuan antara air sungai dan air danau matano. Sehingga jika berkunjung ke daerah ini kita dapat berendam di air hangat yang merupakan hulu dari danau matano sekaligus air dingin yang merupakan aliran air dari sungai yang oleh masyarakat setempat menyebut Laa Waa adalah kali dingin.
Tak hanya bijih nikel, danau dan panorama alam yang memanjakan mata, Sorowako juga kaya akan peningalan di masa lampau. Tak jauh dari lokasi Laa Waa tepatnya di Dusun Matano, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur dikenal sebagai pusat peradaban pandai besi, yang oleh masyarakat setempat menyubatnya “Bura-bura”.
Di lokasi ini kita akan melihat kolam berukuran 8×12 meter persegi, oleh masyarakat setempat percaya kolam itu merupakan sumber mata air utama dari Danau Matano. Kolam tersebut juga memiliki keunikan tersendiri, dimana di dakam kolam itu terdapat terdapat batu berbentuk bulan sabit yang dipercaya menjadi tumpangan La Matulia yang merupakan awal mula peradaban di Luwu.
Di sekitar kolam bura-bura, juga terdapat makam kuno tempat bersemayam Raja Matano yakni La Matulia dan Lamakandiu. Menurut Sejarawan Anthony Read yang pernah berkunjung ke Bura-bura, ia mengungkapkan bahwa sebagian besar bahan baku pembuatan keris di masa kerajaan Majapahit diperoleh dari Bura-bura. Hal itu dibuktikan dengan kandungan bijih besi laterit senjata peninggalan kerajaan Majapahit yang kadarnya mencapai 50%.
Selain itu, di Bura-bura, Dusun Matono kita juga dapat berkunjung ke galeri Gammara yang membawa kita ke masa lampau. Dimana pada galeri itu terpajang beberapa senjata tajam, terak batu hasil penempaan besi di masa lampau serta beberapa jejak peradaban kampung pandai besi lainnya.
Laporan : Andi Fitria Kambau
Sumber : Dari Berbagai Sumber
Melalui PSRLB, PT Vale Dorong Kemandirian Warga Lokal di Sektor Ketahanan Pangan
Dukung Pengentasan Permukiman Kumuh Kampung Bajo Anaiwoi Kolaka, PT Vale Salurkan Bantuan 1 Miliar Lebih
Gandeng Gerakan Pramuka Bungku Timur, PT Vale Sosialiasi Keselamatan dan Lingkungan
Dukung Pengembangan Pertanian, PT Vale Serahkan Bantuan Handtractor ke Petani Mahalona Raya
Bandar Sabu, Ibu Rumah Tangga di Lutim Ditangkap Polda Sulsel, Barang Bukti Setengah Kilo dan Uang Rp 60 Juta
Cerita Adik Kamaruddin Sebelum Kakaknya Ditikam Terduga Pelaku