BLANGKEJEREN – Kabupaten Gayo Lues yang berada di kaki hutan Leuser ternyata memiliki banyak harta karun. Ada logam, nonlogam, hingga batu bara. Semua potensi harta karun itu belum semua digali dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat.
Ridwan, S.T., Kepala Dinas Perindustrian Kabupaten Gayo Lues, Kamis, 2 Juni 2022, mengatakan daerah Seribu Bukit Gayo Lues sebenarnya sangat kaya akan alamnya, tapi belum dimanfaatkan secara benar untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
“Ada banyak harta karun yang belum di gali di Gayo Lues, seperti jenis logam yaitu emas, besi, timah hitam, dan logam mulia lainnya. Begitu juga dengan nonlogam seperti feldspar, dolomit, kwarsit dan sirtu, serta batu bara, padahal banyak di Gayo Lues,” kata Ridwan di rumahnya saat ditanya apakah benar banyak harta karun tersimpan di bumi Gayo Lues.
Ridwan menjelaskan harta karun jenis logam terdapat di seluruh Kecamatan Gayo Lues dan belum pernah dilakukan penambangan. Saat ini hanya ada beberapa perusahaan yang sedang melakukan eksplorasi.
“Emas yang sedang dilakukan tahapan eksplorasi oleh PT Bumi Mineral Resos sekarang berlokasi di Kecamatam Pantan Cuaca, kemudian ada eksplorasi emas dilakukan oleh koperasi di Kecamatan Tripe Jaya untuk mengetahui cadangan terukur, sehingga hasilnya nanti dapat ditambang atau tidak. Ada juga emas di Desa Badak Uken yang sudah dilakukam eksplorasi, tinggal cadangan emas di Desa Agusen yang belum dieksplorasi,” jelasnya.
Untuk kandungan biji besi, Ridwan mengatakan banyak terdapat di Desa Pepelah, Kecamatan Pining. Saat ini, salah satu perusahaan dari Banda Aceh sudah mendapatkan izin eksplorasinya.
Begitu juga dengan timah hitam yang ada di Desa Pasir Putih, Kecamatan Pining, salah satu perusahaan dari Jakarta sudah berencana melakukan penelitian seberapa banyak timah hitam berada di daerah tersebut.
“Untuk nonlogam seperti feldspar, itu terdapat di Kecamatan Rikit Gaib, dengan perkiraan cadangan yang terukur sebanyak 25 juta M3 ton, masa tambang 20-25 tahun. Feldspar potasium ini kualitas terbaik/kualitas ekspor, dimana harganya saat ini mencapai 90 sampai 120 US dolar per ton dengan ukuran 20 mesh, bila ditambang, hasilnya bisa mencapai 31 triliun – 50 triliun, dan ini sangat berpotensi mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) kita, dan masalah izinya bisa kita urus bersama-sama asalkan semua pihak sepakat,” katanya.
Kemudian kandungan dolomit yang sangat diminati perusahaan sawit ternyata ada di Kecamatam Tripe Jaya, kandungan Caco3-nya di atas 97%, dan hingga hari ini belum dilakukan penambangan.
“Kwarsit berada di Atu Peltak, Kecamatan Rikit Gaib. Kwarsit ini berfungsi untuk membuat tenaga surya, ini juga belum dikelola, dan rencananya dalam waktu dekat, ini akan dikelola oleh Pusdiklat Geologi Bandung,” tambahnya.
Sementara batu bara berada di kawasan hutan lindung Desa Ekan, Kecamatam Pining. Kata Kadis Perindustrian, jika melihat dari segi fisiknya, diperkirakan batu bara di Kecamatan Pining memiliki kalori di atas 5.000, dan belum dikelola hingga hari ini.
“Bisa dipastikan, jika semua sumber itu dikelola oleh perusahaan maupun BUMD, maka akan menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkan banyak PAD, dan akan menyejahterakan masyarakat. Untuk itu, saya berharap agar masyarakat Gayo Lues menyambut baik perusahaan yang ingin berinvestasi di Gayo Lues, supaya harta karun itu bisa dinikmati seluruh masyarakat Gayo Lues juga,” pintanya.[]
© 2021 PORTALSATU.com
© 2021 PORTALSATU.com