Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina menambah beban bagi harga dan rantai pasok komoditas termasuk bahan pangan dunia. Yang telah terjadi akibat pandemi Covid-19.
International Food Policy Research Institute (IFPRI) dalam catatan yang diunggah April 2022 menyebutkan, sejak invasi Rusia pertama kali atas Ukraina pada 24 Februari 2022, sejumlah negara melakukan pembatasan ekspor bertambah. Dari 3 menjadi 16 negara per awal April 2022.
Dimana, pada 4 pekan pertama sejak merebaknya pandemi Covid-19, 21 negara tercatat melakukan pembatasan ekspor berbagai produk. Dan mencapai puncak di Mei dan Juni 2020, menyebabkan sekitar 8% sumber pasokan kalori terdampak. Baru kemudian di akhir musim panas, negara-negara mulai melonggarkan pelarangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lima produk pertanian yang paling terkena dampak pembatasan atau pelarangan ekspor diantaranya adalah gandum. Bahan baku utama tepung terigu, yang kemudian diolah jadi produk pangan seperti mi instan dan roti.
Dimana Indonesia adalah negara pengimpor gandum juga salah satu konsumen dan produsen mi instan terbesar di dunia.
Sumber pasokan gandum Indonesia diantaranya adalah Australia, Rusia, Ukraina, dan India. Namun, sejak perang, pasokan dari Rusia dan Ukraina pun terhenti. Terbaru, India menutup keran ekspor akibat gelombang panas yang merusak panen gandum di negara tersebut.
Akibatnya, produk olahan berbasis gandum/ terigu di dalam negeri diprediksi akan terpengaruh.
“Yang pastinya karena berkurangnya suplai akibat larangan tersebut, ini akan meningkatkan harga di tingkat internasional, dan di dalam negeri bakal ada peningkatan impor. Akan meningkatkan input bagi industri yang berbahan baku gandum, mulai dari mi instan, roti,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal kepada CNBC Indonesia, Selasa (17/5/22).
Sebelumnya, harga mi instan sebenarnya terpantau sudah mengalami kenaikan harga, begitu juga produk pangan berbasis gandum lainnya seperti roti.
Meski, tidak ada pernyataan resmi produsen untuk menaikkan harga, terutama saat pasokan gandum dunia menipis akibat gangguan panen di negara pemasok dunia dan perang Rusia-Ukraina.
Yang memicu lonjakan harga gandum internasional, disertai kenaikan harga terigu secara bertahap di dalam negeri.
Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga terigu per Selasa, 24 Mei 2022 bertengger di Rp11.500 per kg. Ini adalah rata-rata nasional harga terigu.
Harga ini sudah melonjak 8,49% dibandingkan 14 Januari 2022 yang masih bertengger di Rp10.600 per kg.
Faisal mengatakan, ketatnya pasokan dunia akibat perang Ukraina dan Rusia, ditambah gangguan cuaca, menyebabkan sumber pasokan yang bisa diandalkan berkurang. Dan meningkatkan beban bagi pemasok yang tersedia, seperti India.
Karena itu, imbuh dia, penghentian sementara ekspor oleh India akan berdampak bagi Indonesia.
“Itu terjadi baru-baru ini. Artinya akan ada ke peningkatan harga dalam jangka pendek, tapi bisa diredam dengan mengalihkan kembali impor dari India ke negara-negara yang sebetulnya lebih terdiversifikasi, hanya saja memang tingkat harganya lebih mahal yang kita impor dari India. Tapi masalah pengalihan, sumber impor gandum saya rasa ini cukup terdiversifikasi sumber gandum supplier di dunia itu,” kata Faisal.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT