JAKARTA – Proyek pembangunan terowongan jalan tol dan pengendalian banjir terpadu Jakarta siap dilaksanakan pertengahan 2018 mendatang. Pembangunan Jakarta Integrated Tunnel (terowongan terpadu) yang menelan dana Rp40 triliun itu diyakini mampu kurangi banjir dan macet sekitar 80%.
Pembangunan integrated tunnel itu merupakan bagian dari pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota, di mana dua trase Balekambang-Manggarai dan Ulujami-Tanah Abang di kerjakan dalam bawah tanah, terintegrasi dengan pengendalian banjir.
Untuk Balekambang-Manggarai akan memotong Sungai Ciliwung, sedangkan Ulujami-Tanah Abang memotong Sungai Pesanggrahan, sehingga banjir dan macet yang menjadi permasalahan utama di Jakarta bisa teratasi dengan integrasi tunnel tersebut.
Baca Juga: 6 Proyek Strategis Nasional Rampung, Nilainya Rp13,1 Triliun
“Banjir dan macet akan berkurang sekitar 80% dengan adanya pembangunan terowongan terpadu ini. Karena urgensi banjir, proyek ini di majukan dari rencana 2023, kemungkinan di pertengahan tahun depan kita akan groundbreaking. Pembangunan sekitar tiga tahun,” ungkap Komisaris Utama PT Antaredja Mulia Jaya ML Wi bisono saat dihubungi kemarin.
Wibisono sudah melaporkan kajian soal kelanjutan integrated tunnel yang dilakukan timnya kepada Wakil Guber nur DKI Jakarta Sandiaga Uno pada Rabu (20/12). Selain bisa berfungi untuk pengendali banjir dan jalan tol, terowongan terpadu ini juga bermanfaat sebagai bahan baku air minum dan power plan, yaitu menyiapkan tenaga listrik sebesar 600 megawatt.
Baca Juga: Banyak Pembangunan Infrastruktur, Dirut Askrindo: Jangan Hanya Jadi Penonton
Wibisono menegaskan, kajian pembangunan terowongan jalan tol dan pengendalian banjir yang merupakan penugasan Pemprov DKI kepada PT Antaredja telah selesai dilakukan. Bahkan, pihaknya sudah mendapatkan pendanaan dari Ryan Project Funding Amerika Serikat sesuai yang dibutuhkan, yakni sekitar USD3 miliar atau sekitar Rp40,6 triliun.
Jadi, soal pembiayaan tidak menggunakan anggaran pemerintah sehingga tidak membebani APBD ataupun APBN. Nantinya, kata Wibisono, pihaknya akan bekerja sama dengan Ryan Project menggunakan skema konsensi seperti jalan tol dengan waktu selama 45 tahun. Untuk itu, dalam laporan kajian yang dilakukannya Rabu (20/12) kepada Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno, dia berharap DKI bisa mempercepat perjanjian business to business-nya.
Baca Juga: 50 Tahun Berkarya, Indomie Konsisten Hidupkan Inspirasi Indomie untuk Negeri
Follow Berita Okezone di Google News
Menurut dia, pro gram ini sudah masuk Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah Pemprov DKI 2013-2017. Terpisah, Wakil Gubernur Sandiaga Uno menegaskan pi haknya sudah memerintahkan Deputi Gubernur Bidang Transportasi untuk mempelajari kajian yang diberikan PT Antaredja sebelum mengambil keputusan.
Menurut dia, ada yang menarik dari integrated tunnel selain fungsi atasi ke ma cetan dan banjir, yakni penyediaan air bersih serta pem bang kit tenaga listrik. “Kami mengapresiasi kajian yang di lakukan PT Antaredja terkait integrated tunnel dengan waktu tiga tahun membuat kajian.
Ini proyek Pak Jokowi yang cukup baik,” ungkapnya. Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Yuke Yurike menilai proyek pembangunan integrated tunnel yang pernah diwacanakan pada kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) merupakan terobosan besar dalam penanganan banjir dan macet di Jakarta.
Baca Juga: Sri Mulyani: Pemerintah Butuh Lebih dari Rp5.400 Triliun untuk Bangun Infrastruktur
Menurut dia, permasalahan banjir dan macet memang membutuhkan sebuah terobosan besar di luar pengintegrasian antarmoda dan normalisasi sungai. Kendati demikian, politikus PDI Perjuangan itu meminta agar kajian perencanaan integrated tunnel dan rencana peraturan daerah (raperda) pemanfaatan ruang bawah tanah dapat diselesaikan sebelum semuanya dibangun dan dioperasikan.
“Kalau memang kajiannya sudah ada, ya harus dipelajari lagi oleh Pemprov DKI sehingga tidak keluar dari rencana pembangunan yang sudah ada,” ungkapnya. Selain itu, lanjut Yuke, proyek integrated tunnel yang juga merupakan bagian dari enam ruas tol dalam kota harus benar-benar dapat saling terintegrasi dan menguntungkan Pemprov DKI.
Jangan sampai, kata dia, Jakarta hanya menjadi tempat lalu lalang kendaraan pribadi yang keluar-masuk dari daerah mitra. “Pada prinsipnya, kami mendukung pembangunan untuk mengurai kemacetan. Tetapi harus dipikirkan jangka panjangnya. Jangan sampai Jakarta cuma dapat asap dan macet dari kendaraan pribadi enam ruas tol dalam kota,” ujarnya.
Malaysia Sudah Membangun
Sudah ada banyak negara yang telah membangun integrated tunnel untuk mengurangi kemacetan dan banjir. Salah satunya adalah Terowongan Stormwater Management and Road Tunnel (SMART Tunnel) beroperasi di Kuala Lumpur, Malaysia yang berfungsi sebagai pengendali banjir dan jalan raya.
Terowongan sepanjang 9,7 km itu merupakan jaringan drainase banjir terpanjang di Asia Tenggara dan kedua terpanjang di Asia. Tujuan utama terowongan ini ialah menyelesaikan masalah banjir singkat di Kuala Lumpur dan mengurangi kemacetan lalu lintas di sepanjang Jalan Sungai Besi dan Loke Yew di Pudu saat jam sibuk.
Ada dua komponen dalam terowongan ini, yakni terowongan air hujan dan terowongan mobil. Ini merupakan terowongan multiguna terpanjang di dunia. Pada 2011, terowongan SMART menerima UN Habitat Scroll of Honour Award atas inovasi dan manajemen unik dalam pengendalian banjir dan kemacetan lalu lintas.
Terowongan ini berawal di Kampung Berembang dekat Sungai Klang di Ampang dan berakhir di Taman Desa dekat Sungai Kerayong di Salak South. Proyek ini dipimpin oleh pemerintah Malaysia dan perusahaan patungan antara Gamuda Berhad dan Malaysian Mining Corporation Berhad (MMC).
Adapun Jepang membangun terowongan besar di utara Tokyo dengan ukuran sangat besar sehingga dapat menampung Patung Liberty di Amerika Serikat. Besarnya skala bangunan bawah tanah itu digunakan untuk melindungi Tokyo dari banjir. Sejumlah terowongan terhubung ke bagian pusat terowongan utama antibanjir yang selesai dibangun pada 2006.
Sistem itu dibangun dengan dana USD2 miliar dan menjadi contoh luar biasa bentuk pertahanan kota-kota global dalam menghadapi cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. “Kami bersiap menghadapi banjir melebihi apa pun yang pernah kita lihat. Hingga sekarang, paling tidak, kami telah berhasil,” kata Kuniharu Abe, yang memimpin pengelolaan terowongan bawah tanah itu.
Selain Jepang, terowongan terpadu juga sudah dibangun di sejumlah negara lain di antaranya di Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Sementara itu, pengamat perkotaan Universitas Trisakti Nirwono Joga menilai pembangunan integrated tunnel belum mendesak dilakukan di Jakarta.
Apalagi, Jakarta belum memiliki rencana induk ruang bawah tanah yang mencakup seluruh wilayah DKI Jakarta. Nirwono menjelaskan, penanganan banjir dan macet dua hal yang berbeda sehingga solusinya juga harus berbeda.
Banjir, kata dia, lebih pada salah kelola air hujan. Untuk kemacetan, lanjut Nirwono, solusinya tetap fokus pada pembangunan transportasi massal yang terpadu, serta didukung trotoar dan jalur sepeda yang aman dan nyaman.
(Bima Setiyadi/Syarifudin)
Berita Terkait
Bagikan Artikel Ini
Berita Lainnya
© 2007 – 2023 Okezone.com,
All Rights Reserved