Jakarta, CNBC Indonesia – Efek domino perang Rusia-Ukraina masih berlanjut hingga sekarang. Termasuk ke Indonesia.
Salah satunya adalah berdampak ke harga mi instan, yang bahan baku hulunya adalah gandum. Di mana, Indonesia merupakan importir gandum terbesar di dunia. Dan, Indonesia merupakan pasar mi instan terbesar kedua di dunia setelah China termasuk Hong Kong.
Departemen Pertanian AS (USDA) mencatat, impor gandum Indonesia berasal dari Australia, Ukraina, Argentina, Kanada, dan AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena itulah perang Rusia-Ukraina berdampak langsung dan tidak langsung ke harga mi instan Indonesia. Pasalnya, Ukraina merupakan pemasok gandum Indonesia hingga 28,7% di periode tahun marketing 2021/2022.
Selain pasokan dari Ukraina dan Rusia yang terhenti, perang juga menyebabkan pengiriman terhambat akibat gangguan ketersediaan kapal dan jalur logistik.
Kondisi ini memicu lonjakan harga gandum internasional. Ditambah, memanasnya perekonomian pascapelonggaran aktivitas ekonomi di tengan pandemi Covid-19.
Tradingeconomics mencatat, pada sesi perdagangan hari ini (Rabu, 10/8/2022 pukul 10.33 WIB), bergerak naik ke US$7,85 per bushel. Posisi ini tidak jauh berbeda dari harga gandum internasional sebelum perang Rusia-Ukraina pecah.
Sebelumnya, saat perang kedua negara memanas, harga gandum melayang cetak rekor jadi US$12,77 per bushel di 17 Mei 2022.
Sementara, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat harga tepung terigu per 9 Agustus 2022 sudah naik jadi Rp12.200 per kg Melonjak 12,96% atau Rp1.400 per kg dari 1 Maret 2022, yaitu setelah terjadinya perang Rusia-Ukraina.
Pada 18 Mei 2022, harga tepung terigu tercatat sudah bertengger di Rp11.500 per kg.
Padahal, di tanggal 1 November 2021, harga tepung terigu masih tercatat di Rp10.300 per kg.
Presiden Joko Widodo sendiri sudah mewanti-wanti efek domino perang Rusia-Ukraina ini.
“Kita impor gandum gede banget, ini hati-hati yang suka akan roti, makan mie. Bisa harganya naik,” kata Jokowi dalam acara Puncak Hari Keluarga Nasional ke 29 di Medan, Kamis (7/7/2022).
Saat melakukan lawatan ke Ukraina dan Rusia, Jokowi mendapat informasi bahawa ada sekitar 77 juta ton gandum di Ukraina tak bisa keluar dan di Rusia ada 130-an juta ton.
Hal itu, katanya, membuat harga melonjak.
Senada, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pun memperingatkan, potensi lonjakan harga mi instan akibat efek domino perang Rusia-Ukraina.
Pasalnya, Indonesia mengandalkan pasokan gandum impor, di mana Rusia dan Ukraina merupakan negara pemasok gandum dunia. Di mana produk turunan gandum salah satunya adalah tepung terigu.
“Belum selesai dengan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia. Di mana ada 180 juta ton gandum nggak bisa keluar, jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya (naik) 3x lipat,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sebuah webinar, dikutip Selasa (9/8/2022).
Catatan CNBC Indonesia, harga mi instan merek Indomie Bawang pada 30 Januari 2022 dan 12 Maret 2022 adalah Rp 2.400 per bungkus.
Namun pada 6 Juli dan 1 Agustus 2022 sudah menjadi Rp 2.700 per bungkus.
Indomie Kuah Rasa Ayam Bawang 1 dus isi 40 bungkus di bulan April 2022 masih dibanderol Rp96.900. Artinya, jika per bungkus harganya adalah Rp2.422,5 atau jika dibulatkan Rp2.500.
Jika mengacu harga di ritel modern saat ini, harganya sudah mencapai Rp.3000 per bungkus. Artinya, ada kenaikan Rp500.
Harga 1 dus Indomie Goreng isi 40 pada 12 Juli 2022 adalah Rp 105.000, namun per 6 Agustus harganya sudah naik jadi Rp 112.000.
Padahal, di bulan April 2022, harganya masih Rp103.900.
Meski belum 3 kali lipat, harga mi instan terbukti naik terus. Seiring dengan terus naiknya harga bahan bakunya.
“Saya bicara ekstrem aja, ada gandum tapi harganya mahal banget. Sementara kita impor terus,” kata Syahrul.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT