PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
JAKARTA, Investor.id – PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan lonjakan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi US$ 155,11 juta pada 2021, dibandingkan rugi tahun berjalan pada 2020 senilai US$ 28,39 juta.
Manajemen Adaro Minerals melalui laporan keuangan yang diterbitkan di Jakarta disebutkan bahwa lonjakan laba bersih tersebut didukung atas kenaikan pendapatan usaha dari US$ 123,30 juta menjadi US$ 460,17 juta.
Kenaikan tersebut berimbas terhadap laba usaha mencapai US$ 217,55 juta pada 2021, dibandingkan rugi usaha senilai US$ 29,01 juta pada 2020. Kenaikan tersebut menjadikan laba per saham ADMR meningkat menjadi US$ 0,0096, dibandingkan rugi per saham US$ 0,0022.
Baca juga: Tak Hanya Adaro Minerals (ADMR), Gain Saham-saham Grup Saratoga Ini juga Fantastis
Sebelumnya, Adaro Minerals telah menuntaskan IPO saham dengan melepas sebanyak 6,05 miliar saham atau setara dengan 15% saham. Saham tersebut dilepas direntang harga Rp 100, sehingga total dana yang diraup dari aksi korporasi ini Rp 604,86 miliar. Sedangkan harga saham ADMR telah mengalami lonjakan signifikan menjadi level Rp 1.280 pada penutupan kemarin.
Terkait prospek bisnis perseroan, Adaro Minerals melalui prospektus yang diterbitkan sebelumnya menyebutkan bahwa permintaan batu bara metalurgi berkaitan erat dengan peningkatan permintaan besi baja. Sedangkan permintaan besi baja dipengaruhi atas peningkatan aktivitas perekonomian negara. Dengan kondisi ekonomi global yang terus membaik setelah dihantam pandemi Covid-19, permintaan besi baja diperkirakan kembali meningkat.
Batu bara metalurgi dijual ke produsen baja yang digunakan untuk memproduksi pig iron/baja. Produsen baja mengubah batu bara menjadi kokas dalam oven kokas, kemudian memasukkan kokas ke blast furnace bersamaan dengan bijih besi dan fluks. Sedangkan jenis batu bara yang diproduksi perseroan adalah hard coking coal (HCC), semi hard coking coal (SHCC), dan green coal (GC).
Kondisi tersebut akan berimbas terhadap kenaikan permintaan batu bara metalurgi ke depan. Permintaan impor terbesar diperkirakan tetap berasal dari Tiongkok, India, Vietnam, dan Turki setidaknya dalam 10 tahun mendatang. Permintaan batu bara metalurgi juga diperkirakan datang dari sejumlah negara lainnya.
Editor : Parluhutan (parluhutan@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Daftar Saham Kandidat Kuat Penghuni Baru LQ45
Harga Saham Emiten Batu Bara Kompak Parkir di Zona Hijau
Trimegah Sekuritas: IHSG Masuk Level Menarik, Sejumlah Saham Ini Layak Dicermati
Saham Batu Bara Bergerak Bervariasi, Apakah masih Ada Peluang Cuan Tahun Ini?
Terpopuler
01
Diam-diam, Raja Batu Bara Low Tuck Kwong Rambah Bisnis Baru
Minggu, 29 Jan 2023 | 19:01 WIB
02
Saratoga (SRTG) Bidik Saham Bank Digital
Minggu, 29 Jan 2023 | 22:01 WIB
03
TERPOPULER: Saham Favorit Lo Kheng Hong, Hotman Paris Jual ELIT, hingga Kekayaan Lisa Blackpink
Minggu, 29 Jan 2023 | 15:02 WIB
04
Harga Saham Bisa Sentuh Rp 1 di Papan Pemantauan Khusus
Minggu, 29 Jan 2023 | 07:00 WIB
05
Saratoga (SRTG) Beri Info soal Rencana IPO Merdeka Battery
Minggu, 29 Jan 2023 | 21:01 WIB
Terkini
Sukses Cuan 100 Kali Lipat, Ini Jejak Portofolio Robert Susilo Murid Lo Kheng Hong
Senin, 30 Jan 2023 | 20:00 WIB
bank bjb Gelar Promo bjb Tandamata Berjangka
Senin, 30 Jan 2023 | 19:56 WIB
BPJS Kesehatan Diprediksi Kembali Defisit pada 2024
Senin, 30 Jan 2023 | 18:51 WIB
Kementerian PPA Sebut RUU PPRT Solusi Tekan Kekerasan Perempuan
Senin, 30 Jan 2023 | 18:35 WIB
BCA Digital Bidik 20 Ribu Pengguna MRT Jakarta Jadi Nasabah
Senin, 30 Jan 2023 | 18:05 WIB
Anda belum login
Anda belum login
Sign InorSign Up
Email
Password
Nama
Email
Password
Ulangi Password
Email
Password
Nama
Email
Password
Ulangi Password
Pencarian
INVESTOR.id
Copyright ©2023 Investor Daily. All Rights Reserved