Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) gencar melakukan kegiatan eksplorasi “harta karun super langka” alias Logam Tanah Jarang (LTJ) selama beberapa tahun terakhir ini.
Sejak 2021, setidaknya ada beberapa lokasi yang sudah dieksplorasi, yakni Bangka dan Belitung pada 2021 dan Mamuju, Sulawesi Barat dan Parmonangan di Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada 2022 lalu.
Plt Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan, eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui potensi keterdapatan LTJ area potensi laterit di luar Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ini dalam rangka penyiapan WIUP mineral Logam Tanah Jarang. Ada beberapa usulan WIUP berupa Logam Tanah Jarang atau LTJ,” ungkapnya saat konferensi pers, Rabu (01/02/2023).
Dia menjelaskan, pada 2021 kegiatan eksplorasi LTJ di Bangka dan Belitung telah dilakukan pemetaan, geokimia dan radiometri, sumur/parit uji, pengeboran, dan pengambilan sample (sampling).
Hasilnya, estimasi sumber daya LTJ di Blok Keposang, Kabupaten Bangka Selatan pada area potensi seluas 255 ha sebesar 35.627,3 ton.
Lalu, pada 2022 telah dilakukan eksplorasi awal dan detail LTJ di Mamuju dan Parmonangan. Untuk eksplorasi detail, pihaknya melakukan pengeboran lebih rapat di 60 titik bor spasi 100-250 meter dan kedalaman 10-30 meter. Lalu, dilakukan uji ekstraksi seperti karakterisasi, konsentrasi, dan ekstraksi.
Berdasarkan eksplorasi tersebut, kadar total LTJ tertinggi di Mamuju mencapai 4.571 ppm. Hasil pengeboran LTJ di Mamuju di 12 titik bor (650 m) membuktikan terdapat volume laterit sebesar 3,8 juta m3 dan volume bedrock sebesar 74 juta m3.
Sementara di Parmonangan, terdapat 3 titik pengeboran dengan total LTJ tersimpan sebanyak 1.549 ppm.
“Kita punya beberapa rencana dari usulan WIUP Logam Tanah Jarang sampai 2024,” ucapnya.
Dia menyebut, pada 2023-2024, pihaknya akan kembali melakukan eksplorasi LTJ di beberapa daerah, antara lain di Melawi, Sibolga, Mamuju, Papua, dan Bangka Belitung pada 2023. Kemudian, di Ketapang, Sibolga, Pegunungan Tiga Puluh, dan Papua pada 2024.
Perlu diketahui, LTJ merupakan bahan baku untuk peralatan berteknologi canggih, mulai dari elektronik, baterai kendaraan listrik, pembangkit energi baru terbarukan, alat pertahanan hingga peralatan kendaraan tempur seperti tank, senjata, pesawat, dan lainnya.
Banyaknya manfaat dari LTJ ini tak ayal bahan baku ini kini menjadi incaran dunia.
Mengutip buku “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia” yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM 2019, logam tanah jarang (LTJ) merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk “critical mineral” yang terdiri dari kumpulan dari unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Keterdapatan LTJ umumnya dijumpai dalam sebaran dengan jumlah yang tidak besar dan menyebar secara terbatas. Seperti halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu), kedua unsur ini merupakan dua unsur yang terkecil kelimpahannya di dalam kerak bumi, tetapi 200 kali lebih banyak dibandingkan kelimpahan emas (Au).
Meskipun demikian, unsur-unsur tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk ditambang secara ekonomis. Ketujuh belas unsur logam ini mempunyai banyak kemiripan sifat dan sering ditemukan bersama-sama dalam satu endapan secara geologi.
Sejumlah mineral yang mengandung LTJ seperti monasit, zirkon, dan xenotim, merupakan mineral ikutan dari mineral utama seperti timah, emas, bauksit, dan laterit nikel.
Tidak hanya itu, ternyata logam tanah jarang juga berpotensi terdapat pada batu bara.
Adapun sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat di beberapa tipe endapan. China merupakan penghasil LTJ terbesar di dunia. Pasalnya, China memiliki endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan aluvial dan endapan lateritik.
Mineral yang mengandung LTJ utama adalah bastnaesit, monasit, xenotim, zirkon, dan apatit.
Berdasarkan endapan yang terdapat di Bayan Obo, Tiongkok, LTJ dapat terbentuk sebagai proses pergantian batuan karbonat asal sedimenter, namun larutan hidrotermal bisa berasal dari seri batuan intrusi karbonat alkalin, seperti dikutip dari buku karya Drew (1991) dalam “Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia 2019”.
Selain China, LTJ juga dijumpai di Amerika Serikat, tepatnya Mountain Pass AS, lalu Olympic Dam di Australia Selatan di mana 1980-an ditemukan cebakan raksasa yang mengandung sejumlah besar unsur-unsur tanah jarang dan uranium. Selain itu, tersebar juga di Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan dan Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT