ADVERTISEMENT
Tak hanya dari gaya berpakaian maupun gadget yang digunakan, tetapi juga raut wajah rupanya bisa menunjukkan kualitas diri seseorang loh.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology mengemukakan ada kemungkinan besar seseorang dapat mengetahui apakah orang lain kaya atau miskin dengan cara melihat wajahnya. Dalam studi tersebut, peneliti memilih subjek foto hitam dan putih yang terdiri dari 80 foto pria dan wanita, tanpa menggunakan tato atau tindikan.
Setengah dari foto-foto tersebut merupakan orang-orang yang berpenghasilan lebih dari 150.000 dollar per tahun atau kelas atas. Setengah lainnya adalah orang-orang yang berpenghasilan di bawah 35.000 dollar atau kelas pekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hubungan antara kesejahteraan dan kelas sosial telah ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya,” kata R Thora Bjornsdottir, seorang mahasiswa pascasarjana di University of Toronto dan rekan penulis studi tersebut kepada CNBC Make It, dikutip Kamis, (26/5/2022).
Foto-foto tersebut kemudian ditunjukkan pada subjek penelitian. Mereka diminta untuk menebak kelas sosial dari masing-masing orang. Hasilnya, sebanyak 68 persen menjawab dengan benar.
“Kalau ditanya kenapa, mereka tidak tahu. Mereka tidak menyadari bagaimana mereka melakukan ini.” lanjutnya lagi.
Para peneliti pun akhirnya melakukan studi lebih lanjut dengan memperbesar fitur wajah. Mereka menemukan bahwa subjek masih bisa menebak dengan benar ketika melihat mata dan mulut.
Hal ini kemungkinan terjadi karena pola emosi yang dapat terlihat di wajah seseorang dari waktu ke waktu. Kontraksi kronis otot-otot tertentu sebenarnya dapat menyebabkan perubahan struktur wajah yang dapat dilihat oleh orang lain, bahkan jika mereka tidak menyadarinya.
“kemungkinan karena pola emosi terukir di wajah mereka dari waktu ke waktu,” kata Bjornsdottir.
“Seiring waktu, wajah Anda secara permanen mencerminkan dan mengungkapkan pengalaman Anda. Bahkan ketika kita berpikir kita tidak mengekspresikan sesuatu, peninggalan emosi itu masih ada di sana,” salah seorang peneliti lainnya, Nicholas O Rule.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT