Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tidak lagi mengemban sebagai bank sentral dengan suku bunga rendah di tahun 2022. Suku Bunga BI dari semula bertahan pada level 3,5%, dalam kurun waktu lima bulan pada 2022 langsung naik ke level 5,5%.
Bank sentral terus menaikkan suku bunga BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR). BI tercatat telah menaikkan suku bunga hingga 200 bps atau 2% sepanjang 2022, dalam waktu lima bulan di tahun ini. Suku bunga acuan BI yang mencapai 5,5% tersebut mencatatkan rekor tertinggi sejak Agustus 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Masing-masing sebesar 25 bps pada Agustus menjadi 3,75%. Kemudian naik lagi masing-masing 50 bps pada September menjadi 4,25%, Oktober menjadi 4,75%, dan November suku bunga BI tercatat sebesar 5,25%.
Kenaikan suku bunga kebijakan BI yang cukup agresif, tersebut seiring langkah bank sentral untuk meredam inflasi di Indonesia.
Inflasi yang digambarkan lewat Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari level 6% (yoy) pada September, 5,7% (yoy) pada Oktober, dan turun lagi menjadi 5,4% (yoy) pada November 2022.
Terakhir, BI kembali menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,5% pada keputusan Rapat Dewan Gubernur BI 21-22 Desember 2022.
“Rapat Dewan Gubernur BI Pada 21-22 Desember 2022 memutuskan menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 basis poin menjadi 5,5%, suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,25%,” jelas Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pekan lalu, dikutip Senin (25/12/2022).
Melihat proyeksi tren inflasi di tanah air yang akan melandai ke depan, BI pun menegaskan pihaknya tidak akan lagi berlebihan dalam menaikkan suku bunga acuan, seperti yang sudah dilakukan dalam lima bulan terakhir di tahun ini.
“BI tidak akan menaikkan suku bunga berlebihan. Ini berkaitan dengan proyeksi inflasi untuk ke depannya,” jelas Perry. BI memperkirakan inflasi Indonesia hingga akhir tahun ini akan turun hingga di bawah 5,4% (year on year).
BI memperkirakan, inflasi inti pada semester I-2023 tidak akan lebih dari 4%. Kemudian akan menurun lagi pada semester II-2023. Adapun hingga November 2022, inflasi inti tercatat sebesar 3,3% (yoy) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,31% (yoy).
Seperti diketahui, sejak Februari 2021 hingga Juli 2022 suku bunga BI berhasil tertahan pada level 3,5%. Untuk pertama kalinya, pada Agustus 2022, bank sentral memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, menjadi 3,75%.
Kenaikan suku bunga BI untuk pertama kalinya pada Agustus 2022 silam sebagai langkah bank sentral untuk menahan gejolak ekonomi domestik di tengah lonjakan inflasi dan sebagai pengetatan kebijakan moneter di beberapa negara.
Maklum, BI termasuk salah satu bank sentral yang terlambat atau paling belakang dalam menaikkan suku bunga acuannya, dibandingkan bank sentral negara lainnya, baik itu dengan negara maju ataupun dengan negara kawasan ASEAN.
Bank sentral AS (The Fed) sudah lebih dulu menaikkan suku bunga acuannya sejak Maret 2022. Hingga November 2022, suku bunga acuan di AS tercatat mencapai 4% hingga 4,5%.
Begitu juga dengan Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang sudah menaikkan suku bunga sejak Desember 2021. Saat ini suku bunga kebijakan BoE tercatat sebesar 3,5% pada Desember 2022.
Kemudian, bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang secara historis mencatatkan suku bunga tertinggi. Suku bunga ECB yang biasanya selalu berada pada level 0%, kini menjadi 2,5% pada Desember 2022.
Dibandingkan dengan negara kawasan ASEAN, Bank Indonesia juga menjadi bank sentral yang paling ‘bontot’ dalam memperketat kebijakan moneternya.
Singapura misalnya, Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) telah mengetatkan kebijakannya sejak Oktober 2021. Sejak akhir tahun lalu, MAS sudah 5 kali mengetatkan kebijakannya.
Tak seperti banyak bank sentral lainnya, Singapura menggunakan Singapore dollar nominal effective exchange rate (S$NEER), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width), dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Sementara bank sentral Filipina telah menaikkan suku bunga acuannya sejak Mei 2022. Suku bunga kebijakannya saat ini tercatat menyamai posisi BI7DRR, yakni pada level 5,5% yang efektif pada 16 Desember 2022.
Sementara itu, Bank Negara Malaysia (BNM) telah menaikkan suku bunga kebijakannya sejak Mei 2022, dari 1,75% menjadi 2% dan hingga Desember 2022, suku bunga kebijakan BNM berada pada level 2,75%.
Sama seperti Bank Indonesia, Bank of Thailand (BOT) pertama kali menyesuaikan suku bunga kebijakan moneter pada Agustus 2022, dari 0,5% menjadi 0,75%. Hingga November 2022, interest rate di negara dengan julukan lumbung padi Asia Tenggara itu mencapai 1,25%.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT