Konten Premium
Bisnis.com, JAKARTA – Beberapa platform dompet digital mengalami peningkatan trafik untuk layanan donasi digital dalam penyaluran zakat maupun donasi selama Ramadan tahun ini.
Head of Corpoate Communication LinkAja Putri Dianita menyebutkan bahwa pihaknya mencatatkan peningkatan trafik sejak pandemi Covid-19. Selain itu, donasi digital juga meningkat dua kali lipat. Hal itu di dorong oleh tingginya antusias masyarakat dalam menyalurkan zakat dan donasi.
“Tren donasi meningkat signifikan. Kami bekerja dengan berbagai partner strategis seperti Kitabisa, Rumah Zakat, dan Dompet Dhuafa. Adapun untuk dana donasi, terjadi peningkatan signifikan di setiap partner, terutama partner yang menghimpun dana untuk Covid-19, seperti Kitabisa. Terdapat kenaikan hingga empat kali lipat sejak Maret 2020,” ujar Putri, Selasa (19/5/2020).
Setali tiga uang, Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata menyatakan terdapat kenaikan dua kali lipat terhadap donasi digital. Menurutnya, transaksi masyarakat beralih ke ranah digital selama masa pandemi Covid-19 sehingga menjadi potensi untuk mendorong percepatan adopsi zakat digital.
“Data internal kami mencatat pertumbuhan zakat dua kali lipat di saat pandemi, yaitu Maret dan April jika dibandingkan awal tahun. [Adapun] total donasi yang dihimpun via GoPay tembus lebih dari Rp 74 miliar selama Maret dan April 2020,” jelasnya.
Budi melihat terdapat empat tren donasi digital yang dilakukan pelanggan lewat GoPay. Pertama melalui rekan donasi seperti kitabisa.com dan ratusan rumah ibadah. Kemudian, donasi bagi mitra driver Gojek melalui fitur tipping setelah menyelesaikan pesanan di aplikasi Gojek.
Baca Juga
“Ketiga pelanggan melakukan zakat digital di aplikasi Gojek dan terakhir adalah melalui sejumlah konser amal yang tiketnya dapat dibeli melalui loket.com,” kata Budi.
Ketua Pusat Inovasi dan Inkubasi Bisnis Universitas Negeri Jakarta Dianta Sebayang melihat bahwa tren penggunaan dompet digital untuk melakukan donasi dan zakat akan meningkat 30 — 40 persen karena dorongan Covid 19 dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Namun, dia mengatakan bahwa tren ini akan mengalami penurunan setelah pandemi Covid-19 usai. Menurutnya, hal ini didasari karena masyarakat lebih nyaman berdonasi secara langsung.
“Masyarakat tengah kesulitan untuk donasi secara konvensional. Sedangkan, masyarakat kita senang beramal. [Namun, setelah pandemi Covid-19] akan kembali turun [trennya]. Masyarakat masih senang [donasi] langsung, karena alasan kepuasaan sendiri secara langsung,” ujarnya.
Indonesia memang negara yang gemar berdonasi, berdasarkan World Happiness Report 2019 yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), meletakkan Indonesia di urutan ke 2 di dunia sebagai negara murah hati dengan 68,7 persen tingkat masyarakat yang menyumbangkan uang ke lembaga amal.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai bahwa tren donasi digital menandakan dua hal, pertama masyarakat yang memiliki rasa kebersamaan dan teknologi nontunai makin banyak digunakan sebagai jawaban menghadapi Covid-19 mengurangi kontak langsung dan penggunaan uang tunai.
“Bisnis dompet digital bergerak. Ada pemasukan, ada pengeluaran, dan jika ini terus dilakukan, angkanya juga akan meningkat termasuk penggunanya,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :