Sumber gambar, AFP
Lingkungan tempat tinggal Somad, salah satu wakil Indonesia di Piala Dunia Anak Jalanan 2018.
Somad, 14, tidak pernah bepergian jauh dari rumahnya di daerah Bekasi, Jawa Barat, namun pada bulan Mei dia akan membela Indonesia di laga 'Piala Dunia Anak Jalanan' di Moskow, Rusia.
"Saya merasa sangat beruntung. Tidak banyak anak lain yang seberuntung saya," ujar Somad, yang sehari-harinya membantu orang tuanya memulung sampah.
Somad tinggal bersama orang tua dan empat keluarga lain di sebuah rumah sempit seluas 45 meter persegi.
Ayahnya bekerja sebagai pemulung, sementara ibunya berjualan makanan.
"Saya berharap bisa membuat orang tua saya bangga, sehingga kami bisa punya kehidupan yang lebih baik dan tidak perlu jadi pemulung lagi," tambahnya.
Akhir dari Artikel-artikel yang direkomendasikan
Somad, dan delapan orang anak jalanan lainnya, terpilih mewakili Indonesia dari 90 anak yang masuk seleksi awal. Sembilan anak Indonesia yang disebut Squad Garuda Baru ini telah melalui proses seleksi dan pembinaan sejak 2017 lalu.
Bukan hanya soal keahlian mereka bermain sepak bola, wawasan mereka soal ilmu pengetahuan, hak anak, perilaku positif, inisiatif dan komitmen ikut dipertimbangkan dalam seleksi.
Di Rusia, mereka akan bertarung melawan anak-anak jalanan lainnya dari 24 negara, di turnamen Piala Dunia Anak Jalanan 2018 atau Street Child World Cup (SCWC), yang akan berlangsung 10-18 Mei mendatang.
Bayu, yang juga akan berangkat bersama Somad ke Moskow, bertekad mengibarkan bendera Indonesia di Rusia.
"Saya ingin agar Indonesia menang. Tapi, jika kami menang, kami tidak boleh sombong," kata gelandang serang tim ini.
"Sepulangnya dari Rusia, saya ingin berbagi pengalaman dengan teman-teman lainnya," imbuh Bayu.
Sumber gambar, AFP
Pelatih tim Garuda Baru, Wahyu Kurniawan, menyebut anak jalanan punya semangat yang lebih tinggi dan sangat gigih.
Semangat dan kegigihan anak-anak tersebut dituangkan secara kompetitif oleh pelatih tim Garuda Baru, Wahyu Kurniawan.
"Anak-anak jalanan punya semangat yang lebih tinggi dan sangat gigih," ujar Wahyu kepada kantor berita AFP.
"Tugas saya adalah mengubah semangat dan kegigihan itu menjadi keahlian dan ketangkasan dalam bermain sepak bola di lapangan."
Total, terdapat lebih dari 200 anak jalanan yang berpartisipasi dalam turnamen yang akan digelar menjelang Piala Dunia 2018, yang juga berlokasi di Rusia tersebut.
Selain bertanding di lapangan memperebutkan trofi 'Piala Dunia', anak-anak jalanan itu akan mendapatkan pelajaran seni, pelatihan loka karya, juga mengikuti konferensi yang difokuskan bagi anak-anak yang terhubung dengan jalanan, sebutan bagi mereka yang hidup atau pernah merasakan hidup di jalanan.
Indonesia pertama kali berpartisipasi di ajang Piala Dunia Anak Jalanan pada tahun 2014 di Brasil. Pada waktu itu, turnamen dimenangkan oleh tim dari Tanzania, sementara Brasil membawa pulang trofi sepak bola wanita.
Piala Dunia Anak Jalanan sendiri pertama kali digelar pada 2010 oleh lembaga sosial asal Inggris, Street Child United. Turnamen pertama itu dilangsungkan di Afrika Selatan, yang juga bertepatan dengan ajang Piala Dunia 2010.
Sumber gambar, AFP
Piala Dunia Anak Jalanan bukan hanya soal sepak bola namun memberi ruang untuk mengembangkan diri bagi anak-anak yang kurang beruntung.
Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu
Episode
Akhir dari Podcast
Bukan Hanya Sepak Bola
Di sisi lain, turnamen Piala Dunia Anak Jalanan bukan hanya tentang sepak bola, melainkan cara memberi suara juga ruang untuk mengembangkan diri bagi anak-anak yang kurang beruntung.
"Tujuan kami bukan cuma soal memenangkan turnamen, itu hanya bonus," papar Jessica Hutting dari Yayasan Kampus Diakoneia Modern (KDM), lembaga sosial yang mengupayakan pemilihan dan pengiriman pemain.
Jessica menjelaskan bahwa partisipasi Garuda Baru di turnamen Piala Dunia Anak Jalanan merupakan bagian dari gerakan internasional yang bertujuan membangun kesadaran terhadap hak-hak anak dan menyampaikan pesan bahwa tidak ada anak yang layak hidup di jalanan.
"Kami menggunakan sepak bola untuk membawa anak-anak jalanan ke tempat yang lebih baik dan agar suara mereka bisa lebih terdengar," ujarnya.
Selain KDM, Piala Dunia Anak Jalanan juga didukung oleh dua lembaga sosial lainnya, yakni Yayasan Transmuda Energi Nusantara (TEN) dan Yayasan Sahabat Anak (YSA).
© 2023 BBC. BBC tidak bertanggung jawab atas konten dari situs eksternal. Baca tentang peraturan baru terkait link eksternal.