Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PT FI) Tony Wenas. (B-Universe Photo/Primus Dorimulu)
GRESIK, investor.id – Setelah pembangunan konstruksi rampung akhir tahun 2023, smelter atau pabrik pemurnian tembaga yang dibangun PT Freeport Indonesia (FI) di Kawasan Industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur ditargetkan beroperasi Mei 2024.
Dengan dana investasi US$ 3 miliar atau setara Rp 45 triliun, pabrik smelter single line terbesar di dunia ini dijadwalkan berproduksi komersial akhir 2024. Saat itu, tidak ada lagi konsentrat tembaga yang diekspor PT FI.
“Pada akhir 2024, Freeport tidak lagi mengekspor konsentrat yang saat ini mencapai 3 juta ton (dry metric ton – Red) setahun,” kata Presdir PT FI Tony Wenas saat bersama sejumlah pemimpin redaksi nasional meninjau pembangunan smelter di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Jumat (13/01/2023).
Baca juga: Komitmen PT Freeport Indonesia Menuju Energi Bersih
Hingga akhir Desember 2022, pembangunan smelter di atas lahan 100 ha itu sudah mencapai 51,7% dan investasi yang sudah digelontorkan US$ 1,6 miliar atau setara Rp 25 triliun.
Selama ini, 40% konsentrat yang dihasilkan PT FI sekitar 3 juta ton (dmt) setahun dikirim ke PT Smelting Gresik, 15% ke Jepang, 9% ke Tiongkok, 7% ke Korsel, 6% ke Taiwan, 6% ke India, 6% ke Malaysia, Filipina 2%, dan Bulgaria 2%. Sisanya, sekitar 7% ke berbagai negara. Tidak ada ekspor konsentrat tembaga ke AS.
“Ini adalah komitmen kami, mendukung penuh program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah,” ujar Tony yang pada tahun 2018, saat pemerintah Indonesia lewat PT Inalum membeli 51,2% saham PT FI, ia menjadi wakil presiden direktur dan direktur perusahaan yang menangani negosiasi Freeport McMoRan dengan pemerintah Indonesia.
Mulai beroperasi di Indonesia tahun 1973 di Mimika, Papua, PT FI sesungguhnya sudah membangun smelter, pabrik hilirisasi konsentrat tembaga, yakni PT Smelting Gresik di Surabaya. Dibangun tahun 1996, PT Smelting Gresik menyerap 40% konsentrat yang dihasilkan PT FI. Di perusahaan ini, PT FI bekerjasama dengan Mitsubishi dengan komposisi kepemilikan 40% PT FI dan 60% Mitsubishi.
Komposisi ini acap berubah sesuai harga konsentrat tembaga dunia. Tapi, tujuan ekspor utama konsentrat Indonesia adalah tiga besar, yakni Jepang, Tiongkok, dan Korsel. Saat ini, 3 juta ton konsentrat tembaga dari PT FI mengontribusi sekitar 7% konsentrat tembaga dunia. Dengan memproduksi 5,6 juta, Chili mengontribusi sekitar 5,6% kebutuhan konsentrat tembaga dunia. Produsen tembaga terbesar asal Chili adalah Codelco, perusahaan milik negara.
Baca juga: Divestasi Vale (INCO) Bakal seperti Freeport?
Melaksanakan amanat UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) dan kebijakan pemerintah, PT FI – yang mengantongi izin usaha pertambangan khusus (IUPK) – membangun lagi smelter di Kawasan Industri Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur di atas lahan seluas 100 ha.
Walaupun nilai tambah konsentrat sudah mencapai 95%, kata Tony, PT FI tetap berkomitmen merampungkan pembangunan smelter untuk mencapai nilai tambah 100%. Pada 12 Oktober 2021, Presiden Jokowi melakukan groundbreaking pabrik smelter PTFI.
Ketika beroperasi penuh, kapasitas pabrik smelter baru PT FI di JIIPE adalah 1,7 juta ton (dmt). Selain itu, ekspansi PT Smelting Gresik akan menghasilkan tambahan kapasitas pengolahan 0,3 juta ton. Pabrik smelter baru akan menghasilkan 550.000 ton katoda tembaga per tahun, 6.000 ton emas dan perak murni batangan platinum group metal (PGM) setahun, 1,5 juta ton asam sulfat setahun, 1,3 juta tin terak tembaga setahun, dan 150.000 ton gipsum setahun.
Katoda akan dipasarkan dalam negeri selain ekspor. Emas dan perak yang diproduksi smelter akan diserap PT Antam Tbk selain ekspor. Sedangkan produk samping seperti asam sulfat diserap oleh PT Petrokimia Gresik, terak tembaga oleh PT Semen Indonesia Tbk, dan gipsum juga oleh PT Semen Indonesia Tbk.
Pada akhir Desember 2022, kemajuan pembangunan pabrik smelter di JIIPE Gresik sudah mencapai 51,7% dan biaya yang sudah dikeluarkan US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 25 triliun. Tony optimistis, dengan rencana kerja yang jelas, teknologi yang bagus, dukungan finansial dan pemerintah, serta partisipasi sekitar 11.000 pekerja, proyek smelter akan selesai sesuai target.
Saat ini, sudah 17.434 atau 100% tiang yang sudah dipancangkan. Pekerjaan concrete beton smelter sudah mencapai sekitar 100.000 meter kubik atau 45% dari target. Pekerjaan instalasi baja smelter mencapai hampir 3.000 ton atau sekitar 8% dari total. Instalasi baja di area tangki area smelter, untuk asam sulfat dan air, sudah mencapai 1.000 ton atau 15% dari target.
Baca juga: Investor Baru Masuk, Adaro Minerals (ADMR) Targetkan Smelter Alumunium Rampung di 2025
PT FI juga membangun desalinasi, yakni pabrik pengolahan air laut menjadi air tawar. Sekitar 98% tiang pancang dan 15% concrete beton untuk desalinasi sudah dibangun.
Secara kumulatif, sudah lebih dari 40.000 pekerja yang terserap di pabrik smelter ini. Sedangkan setiap hari, rata-rata ada 11.000 pekerja, 98% di antaranya orang Indonesia dan 50% tenaga lokal, Jawa Timur. “Pembangunan smelter ini adalah proyek terbesar di Jawa Timur,” ungkap Tony.
Pembangunan smelter PT FI, kata Tony, menggunakan teknologi Metso Outotec dari Finlandia. Perusahaan ini memenangi proses tender untuk membangun Proyek Manyar Freeport Indonesia berkapasitas 1,7 juta ton, yang dijadwalkan beroperasi penuh pada akhir 2024. Metso Outotec menggunakan teknologi flash smelting, flash converting, dan lurec.
“Kami tidak bisa disclosed berapa harga teknologi ini. Tapi, Metso Outotec adalah teknologi single-line terbaik di dunia dan kini smelter PT FI adalah single terbesar di dunia,” papar Tony.
Ekosistem
Penghentian 100% ekspor konsentrat tembaga, menurut Tony, sudah menjadi keputusan pemerintah dan komitmen perusahaan. Oleh karena itu, semua upaya untuk meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan harus dilakukan.
“Satu hal yang bisa meningkatkan keuntungan perusahaan adalah pembentukan ekosistem,” ungkap Tony.
Ekosistem yang dimaksudkan adalah pengembangan electric vehicle (EV) secara masif. “Mimpi besar adalah ekosistem electric vehicle di mana Indonesia akan menjadi salah satu pemasok EV dunia dan komponen penting untuk pembuatan motor dan mobil listrik.
Baca juga: Kerap Ditakut-takuti soal Larangan Ekspor, Jokowi: Pertengahan Tahun Mungkin Stop Tembaga
Pengantar listrik terbaik adalah tembaga. Karena itu, pembangunan smelter harus diikuti oleh regulasi yang mewajibkan penggunaaan kabel dalam negeri. Keran impor tembaga, apalagi kabel, perlu ditutup rapat.
Produk mineral yang diperlukan dalam baterai EV adalah grafit (28,1%), aluminium (18,9%), nikel (15,7%), tembaga (10,8%), baja (10,8%), mangan (5,4%), kobalt (4,3%), litium (3,2%), dan besi (2,7%). Sebagian besar logam ini ada di Indonesia.
“Jadi, nilai tambahnya yang paling penting adalah bahwa dengan selesainya smelter ini, akan ada produksi katoda tembaga di dalam negeri dan katoda tembaga itu adalah bagian yang penting juga dalam mendorong lahirnya ekosistem electric vehicle,” papar Tony.
Dengan nilai tambah konsentrat yang sudah mencapai 95%, PT FI tetap komit membangun smelter kedua agar 100% konsentrat yang dihasilkan di Mimika, Papua, tidak lagi diekspor dan semuanya diproses di dalam negeri dengan konsekuensi perusahaan harus menutup kekurangan penerimaan US$ 200 juta per tahun.
“Membangun smelter baru untuk mengolah semua konsentrat tembaga sudah menjadi komitmen kami. Persyaratan smelter adalah bagian dari IUPK yang kami terima,” ujar Tony.
Baca juga: Terungkap, Rencana Bumi Resources (BUMI) terkait Hilirisasi Batu Bara
Pihaknya menghitung untung-rugi dalam satu-kesatuan, dari hulu sampai hilir. Jika profitabilitas naik, tambah Tony, harga komoditas membaik, dengan asumsi harga tembaga bisa di atas US$ 4 per kg dan harga emas bisa US$ 1.800 per kg, profitabilitas PT FI bisa mencapai hampir US$ 4 miliar setahun. Dengan pendapatan yang meningkat, kontrubusi PT FI kepada negara berupa pajak, dividen, dan tenaga kerja juga akan meningkat.
Kontribusi terbesar terhadap pendapatan PT FI, kata Tony, adalah tembaga, yakni sekitar 55%-60%. Sisanya emas dan perak. Ini semuanya tergantung pada pergerakan harga komoditas di dunia.
Kandungan konsentrat tidak sama pada setiap negara. Di tambang tembaga PT FI, setiap satu ton konsentrat terdapat 20-25% tembaga. Sisanya 25 gram emas dan 100 gram perak per ton. Dari sisi pendapatan, 60% pendapatan PT FI dikontribusi tembaga, 40% emas dan perak, terutama emas.
Ketika 100% konsentrat diolah di Gresik, kandungan ini akan terpublikasi lebih jelas. “Selama ini, kandungan konsentrat sudah jelas juga. Ada Sucofindo, surveyor dalam negeri, yang melakukan penilaian. Teknologi sudah mampu mendeteksi komposisi kandungan konsentrat dan pembeli pasti tidak mau rugi. Mereka akan mengecek kandungan konsentrat,” papar Tony.
Baca juga: Gelar IPO, Ini Ambisi Hillcon (HILL) sebagai Kontraktor Tambang Nikel dan Batu Bara
Konsentrat tembaga berasal dari bijih tembaga yang diambil bongkahan bebatuan yang dideteksi mengandung tembaga, emas, dan perak. Bijih tembaga kemudian diproses agar bagian yang tidak mengandung logam, yakni, tailing, dibuang. Sedangkan sisanya, konsentrat diambil. Saat ini, 60% konsentrat diekspor. Pada akhir 2024, ekspor konsentrat dihentikan total.
“Kapasitas smelter tembaga dunia saat ini over capacity. Dengan dihentikan ekspor konsentrat dari Freeport Indonesia, akan banyak smelter dunia yang bermasalah,” ungkap Tony.
Pada tahun 2021, PT FI membukukan laba US$ 2 miliar lebih dan pada tahun 2022, laba bersih perseroan di atas US$ 3 miliar. Dengan kinerja yang bagus ini, utang obligasi MIND ID sebesar US$ 3,85 miliar untuk membeli 51% saham PT FI akan terlunasi dalam waktu dekat. Tony memperkirakan dividen yang dibayar PT FI cukup untuk melunasi utang obligasi MIND ID tahun 2024.
Editor : Jauhari Mahardhika (jauhari@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Baca berita lainnya di GOOGLE NEWS
Berita Terkait
Tony Wenas: Saat Paling Membahagiakan Saya Ketika Presiden Kunjungi Tembagapura
Point of No Return Buat Hilirisasi
Divestasi Vale (INCO) Bakal seperti Freeport?
Komitmen PT Freeport Indonesia Menuju Energi Bersih
Terpopuler
01
Saratoga (SRTG) Disebut Mirip Berkshire Hathaway, seperti Apa Bisnisnya?
Selasa, 17 Jan 2023 | 22:02 WIB
02
Saham GOTO Mulai Jadi Primadona?
Selasa, 17 Jan 2023 | 20:24 WIB
03
‘Utak-atik’ Grup MDKA Jelang IPO Merdeka Battery
Rabu, 18 Jan 2023 | 12:02 WIB
04
Merdeka Battery Bakal IPO, MDKA Lepas Saham Batutua Pelita Rp 1,24 Triliun
Rabu, 18 Jan 2023 | 07:54 WIB
05
Mantan Bankir Ini Banting Setir Rintis Usaha Percetakan, Sekarang Perusahaannya Mau IPO
Rabu, 18 Jan 2023 | 14:07 WIB
Terkini
Pengusaha Dorong Aturan Serapan Produk Industri Hilirisasi Dalam Negeri
Kamis, 19 Jan 2023 | 19:20 WIB
Davos 2023: Jerman Scholz Optimis Energi, Peringatkan Soal Deglobalisasi
Kamis, 19 Jan 2023 | 19:15 WIB
Cara BKI Hadapi Masalah Ekonomi 2023
Kamis, 19 Jan 2023 | 18:40 WIB
Bendungan Hasil Desain Indra Karya Diresmikan Presiden
Kamis, 19 Jan 2023 | 18:34 WIB
RI Kalah dalam Kasus Larangan Ekspor Nikel, Ini Konsekuensinya
Kamis, 19 Jan 2023 | 18:22 WIB
Anda belum login
Anda belum login
Sign InorSign Up
Email
Password
Nama
Email
Password
Ulangi Password
Email
Password
Nama
Email
Password
Ulangi Password
Pencarian
INVESTOR.id
Copyright ©2023 Investor Daily. All Rights Reserved