NIKEL.CO.ID, 13 Januari 2023-Pemerintah Indonesia telah mengumumkan akan menghentikan larangan ekspor bijih bauksit pada Juni 2023. Para pengusaha bijih bauksit mengaku mendukung hilirisasi bauksit, hanya saja mereka kesulitan untuk mendirikan smelter bauksit.
Preisden Joko Widodo ingin membuktikan pernyataannya setelah berulang-ulang disampaikan di beberapa forum pertemuan formal untuk. menghentikan ekspor bijih mineral logam lainnya. Setelah bijih nikel distop ekspor pada 1 Januari 2020, giliran bijih bauksit dihentikan langkahnya dijual ke luar negeri mulai Juni 2023.
Kebijakan pemerintah melarang ekspor bijih nikel sempat menuai gelombang pro kontra. Namun, pemerintah bulat melaksanakan keputusannya. Begitu pun dengan penghentian ekspor bijih bauksit. Ada suara-suara “keberatan” dari pengusaha pertambangan bijih bauksit yang tergabung dalam wadah Asosiasi Pengusaha Bijih Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I).
Plh. Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto berpendapat, kebijakan larangan ekspor bijih bauksit untuk mendulang kesuksesan program hilirisasi yang telah dicapai komoditas nikel. Namun, katanya, proses mendirikan smelter bauksit berbeda dengan smelter nikel.
Ronald mengutarakan, untuk bauksit proses pengolahannya hanya sampai di alumina dan aluminium. Bijih nikel produk olahannya beragam, dan umumnya tergantung kebutuhan. Jadi, ada step-step yang berbeda antara pengolahan nikel dengan bauksit. Hal ini mengakibatkan pengeluaran modal atau belanja modal (capital expenditure atau capital spending /Capex) sangat tinggi.
“Untuk mendirikan satu smelter bauksit membutuhkan dana sekitar 1,2 miliar dolar AS. Itu bukan uang kecil, karena saat ini dunia investasi kondisinya tidak sedang baik-baik saja, akibat adanya perang Rusia dan Ukraina, pandemik, dan krisis moneter global,” ujar Ronald saat menjadi narasumber di salah satu TV Nasional, baru-baru ini.
Ia menegaskan, bukan pengusaha bauksit tidak mau membangun smelter, namun ada kendala-kendala lain yang dirasakan berat. Maka, pihaknya mencoba untuk menggali lebih dalam, apakah tidak seyogyanya program hilirisasi itu tidak disamaratakan.
Ronald memastikan pengusaha bauksit sepakat hilirisasi, tidak ada satu pun pengusaha di Indonesia menolak hilirisasi. Tapi prosesnya yang berbeda. Jika semua disamakan dengan suatu komoditas yang sudah berjalan saat ini, namun tidak lantas menjadi role model yang bisa jadikan perbandingan aple to aple.
Karena itu, anjurnya, perlu ada penyelerasan road map hilirisasi khusus untuk bauksit. Paling tidak dalam komoditas bauksit harus ada evaluasi kembali tentang perjalanan road map-nya.
“Kami sendiri untuk bisa mendapatkan 1,2 dolar AS dari delapan perusahaan yang sedang berkutat untuk menyelesaikan klimaks dari Juni 2023 hampir angkat tangan. Namun, sampai titik darah penghabisan kita akan terus mencoba mengejawantahkan perintah dari pemerintah,” tuturnya.
Ronald mengakui langkahnya membangun smelter bauksit sangat berat sekali. Salah satu kendalanya, bank-bank pemerintah tidak ada satu pun yang bisa mem-backup salah satu dari perusahaan anggota APB3I.
“Artinya apa? Artinya, proyek ini tidak feasible menurut kaca mata bank. Karena keuntungannya sangat tipis dan BEP-nya panjang, antara 10 sampai 15 tahun. Kalau dibandingkan nikel, BEP-nya jauh lebih cepat nikel dibandingkan bauksit,” jelasnya.
Dirinya juga mengutarakan ongkos produksi bijih bauksit yang terbilang tinggi, mencapai 300 dolar AS per ton, sedangkan harga jual alumina sekitar 385 sampai 400 dolar AS per ton.
Ronald bilang, jika dibandingkan dengan hilirisasi nikel yang sudah berjalan 43 pabrik pengolahan, bauksit hanya baru ada dua pabrik pengolahan yang terbaun. Dua pabrik itu kapasitas inputnya 1,2 juta ton bauksit. Deposit bauksit di Indonesia sebesar 1,4 miliar ton bijih bauksit. Jika diperebutkan oleh 30 pemegang IUP yang sudah mempunyai RKAB yang rata-rata kapasitas produksinya 2 juta per tahun, maka akan menghasilkan produksi 60 juta ton per tahun. Sementara saat ini yang diserap pabrik hanya 12 juta ton bijih bauksit.
“Jika Indonesia sudah membangun delapan sampai sepuluh smelter dari ata-rata produksi 2 juta, mungkin dari produksi yang ada tidak akan ke mana-mana. Kami akan suplai ke produksi lokal,” imbuhnya. (Syarif).