Jakarta, CNBC Indonesia – Berbeda dengan nikel yang cadangan terbesarnya ada di Indonesia, untuk komoditas bijih besi, Indonesia memiliki cadangan yang sangat kecil, yakni hanya 0,11% dari cadangan bijih besi dunia.
Hal tersebut disampaikan oleh Donny P. Simorangkir, Ketua Pokja Konservasi Minerba/ Inspektur Tambang Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM.
Dia mengatakan, mengulas soal hulu, perlu disadari bahwa cadangan bijih besi Indonesia tidak terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Harus disadari bahwa sebenarnya dapat kami sampaikan Indonesia mungkin tidak terlalu banyak bahan baku bijih besi. Sebaran dari sisi global kita hanya memiliki 0,11% cadangan bijih besi dunia dari sebaran seluruh dunia,” ungkapnya dalam sebuah webinar, Kamis (04/11/2021).
Cadangan total besi di Indonesia diperkirakan mencapai 927 juta ton logam. Sementara Australia yang menguasai 21,08% cadangan bijh besi dunia memiliki cadangan bijih besi mencapai 50 miliar ton.
“Negara terdekat kita Australia memiliki cadangan terbesar bijih besi diperkirakan mencapai 50 miliar ton, di mana posisi Indonesia 927 juta ton,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dari sisi sumber daya dan secara keterdapatan ada bijih primer, pasir besi, dan besi laterit. Bijih dan pasir besi Indonesia belum digunakan dengan optimal untuk industri besi baja domestik.
“Kita mungkin ada isu hulunisasi, kita dapat katakan belum digunakan dengan optimal, komoditas atau potensi bijih besi kita dukung industri besi baja,” lanjutnya.
Menurutnya, setidaknya ada empat usulan program utama untuk besi ini, pertama peningkatan industri, kedua peningkatan optimalisasi dan efisiensi industri pengolahan dan pemurnian.
Ketiga, pengembangan industri fabrikasi, manufaktur dan peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Lalu terakhir yaitu optimalisasi penggunaan produk dalam negeri dan pencanangan sistem daur ulang.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT