Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga saat ini setidaknya baru terdapat dua fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) bauksit yang ada di Indonesia. Adapun pada tahun depan, ditargetkan ada 11 unit smelter yang akan beroperasi.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan bahwa hingga tahun 2023, akan ada tambahan 9 unit smelter bauksit yang akan beroperasi. Dengan begitu, maka di tahun 2023 total smelter bauksit yang beroperasi ditargetkan mencapai 11 smelter.
“Rencana 9, jadi total sampai 2023 itu sekitar 11. Nah ini memang satu hal yang perlu kita perhatikan kendala nya apa. Kalau kita bandingkan nikel yang eksis sekarang 15 rencana 15 total 30 unit dibandingkan bauksit nikel dominan,” kata dia dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (30/5/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Bauksit & Bijih Besi Indonesia (APB3I) mengatakan butuh sekitar lima smelter bauksit lagi untuk menyerap produksi bauksit dalam negeri.
Adapun dua smelter bauksit yang sudah ada saat ini milik PT Well Harvest Winning Alumina dan PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat.
Ketua Harian Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I), Ronald Sulistyanto mengatakan butuh sekiranya lima smelter lagi untuk mencukupi penyerapan produksi bauksit di dalam negeri.
“Butuh sekitar 5 smelter (lagi). Jadi alasan penyetopan ekspor tak tepat, cadangan bauksit begitu besar sampai 1,3 miliar metrik ton,” terang Ronald kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/2/2022).
Menurut catatan Ronald, saat ini smelter grade alumina (SGA) di tanah air hanya mampu menyerap kapasitas maksimal bauksit mencapai sekitar 15 juta ton. Sementara produksi bauksit mencapai 30 jutaan-ton.
Pihaknya sendiri setuju dengan program hilirisasi pemerintah untuk peningkatan nilai tambah. Hanya saja, untuk menuju ke hilirisasi tersebut tidak mudah. Di Indonesia sendiri tantangan dalam pembangunan smelter berkutat pada biaya investasi yang cukup jumbo.
Setidaknya, untuk membangun satu smelter bauksit di Indonesia bisa memakan biaya senilai US$ 1,3 miliar dengan kapasitas mencapai 2 juta ton ore.
Berkenaan dengan kebijakan penyetopan ekspor bauksit, Ronald bilang, bahwa perusahaan bauksit sudah tidak peduli dengan rencana pemerintah menyetop keran ekspor bauksit. Sebab, dalam hal penyetopan ekspor bauksit ini, pengusaha harus siap apapun yang ditetapkan.
“Pengusaha tambang harus punya nyawa dua. Karena kami juga sebelumnya bangun tidur tau-tau IUP dicabut tanpa alasan,” ungkap Ronald kepada CNBC Indonesia, Selasa (31/5/2022).
Ia tak menampik bahwa penyetopan ekspor ini akan berimbas parah ke perusahaan bauksit. Setidaknya akan ada pengurangan produksi besar-besaran lantaran di dalam negeri juga belum ada yang bisa menyerap karena kuota yang terbatas.
“Sebenarnya berhenti (perusahaannya) tidak, tapi mengurangi produksi karena kalau memungkinkan jualan dalam negeri yang harga jualnya suka-suka smelter, dimonopoli karena baru ada 2 Smelter kapasitas 4 juta ton setahun , sedangkan cadangan 1,4 miliar metrik ton,” ungkap Ronald.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT