Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berharap agar pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit di dalam negeri bisa segera tuntas pada tahun ini.
Pasalnya, dari target 12 smelter yang dicanangkan terbangun, baru 4 yang terealisasi. Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana menyetop ekspor bijih bauksit pada Juni 2023 mendatang.
“Kita harapkan sisa dari 8 (smelter) itu segera menyelesaikan ya penyelesaian pembangunan pengolahan dan pemurniannya. Sehingga jumlah bijih bauksit hingga diproduksi bisa terserap semua diproses di dalam negeri,” kata Arifin saat wawancara eksklusif bersama CNBC Indonesia, dikutip Selasa (3/1/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Arifin produksi bijih bauksit di dalam negeri saat ini adalah sebesar 25 juta ton per tahun. Namun dari jumlah tersebut, setidaknya sebesar 90% masih diekspor ke luar negeri.
Ia menilai apabila 8 smelter dapat rampung pada Juni 2023 mendatang, maka bijih bauksit yang diproduksi di dalam negeri dapat terserap semuanya. Bahkan dari produksi 25 juta ton saat ini dapat meningkat lagi menjadi 40 juta ton.
Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) sebelumnya membeberkan terdapat puluhan juta ton bijih bauksit RI yang berpotensi tidak terserap di dalam negeri. Hal tersebut menyusul rencana pemerintah yang bakal menutup keran ekspor bijih bauksit mulai tahun ini.
Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto menilai pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) menjadi solusi agar puluhan juta ton bauksit di Indonesia dapat terserap.
Pasalnya, produksi bijih bauksit di dalam negeri saat ini jumlahnya mencapai 58 juta ton per tahun. Sementara, fasilitas pengolahan Smelter Grade Alumina (SGA) yang ada baru sebatas 2 unit smelter dengan konsumsi bijih bauksit 12 juta ton per tahun.
Artinya masih terdapat selisih 44 juta ton bijih bauksit yang belum terserap. Terutama apabila kebijakan larangan ekspor benar-benar akan diberlakukan mulai Juni 2023.
“Sudah ada RKAB sebanyak 28 perusahaan dan kalau rata rata produksi 2 juta ton per tahun akan mendapatkan 56 juta ton per tahun, konsumsi dalam negeri dengan 2 Smelter SGA yang ada sekitar 12 juta ton per tahun, maka akan ada selisih 44 juta ton per tahun, mau dikemanain,” ujar Ronald kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/12/2022).
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT