Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara acuan global memang sempat anjlok 5%, tetapi dalam sepekan masih membukukan kenaikan 5,47%.
Harga kontrak batu bara termal ICE Newcastle ditutup di level US$ 390,75/ton pada perdagangan Jumat (3/6/2022).
Pada awal Juni harga batu bara anjlok tajam dan turun ke bawah level US$ 400/ton. Salah satu penyebab harga batu bara turun adalah harganya yang sudah menjulang tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pelemahan harga batu bara juga dipicu oleh kemungkinan menurunnyapermintaan batu bara dari India. Dilansir dariS&P Global, Kementerian Kelistrikan India berencana mengurangi produksidi 81 pembangkit batu bara mereka selama empat tahun ke depan. Pengurangan produksi merupakan bagian dari upaya India untuk beralih ke energi yang ramah lingkungan.
Berdasarkan aturan tersebut, pembangkit listrik batu bara India saat ini beroperasi minimal 55% dari kapasitas. Jika pengurangan produksi diberlakukan maka kapasitas operasional menjadi 40%.
Diperkirakan akan ada pengurangan kapasitas sebesar 58 miliar kWh dari 81pembangkit batu bara tersebut. Pengurangan kapasitas bisa menekan penggunaan batu bara sebesar 34,7 juta ton. Saat ini, India memiliki 173 pembangkit batu bara dengan kapasitas 203,35 Giga Watts (GW).
Pemerintah India kini lebih percaya diri untuk memperbesar penggunaan energi hijau setelah output energi hijau mereka tumbuh 23,5% di Mei. Dilansir dariReuters, shareoutput energi hijau ke dalam total produksi listrik meningkat menjadi 14,1% di Mei dari 10,2% di April. Sebaliknya, batu bara turun dari 76,8% menjadi 72,4%.
Kenaikan produksi energi hijau Negeri Bollywood tentu menjadi kabar positif di tengah lonjakan penggunaan listrik negara tersebut. Permintaan listrik di India meningkat 23,5% di bulan Mei dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan permintaan disebabkan oleh gelombang panas yang membuat penggunaan listrik melonjak serta aktivitas perekonomian yang merangkak naik.
Pelemahan harga batu bara juga didorong oleh meredanya kekhawatiran pasokan, terutama di China. Dibukanya kembali perekonomian Negeri Tirai Bambu diperkirakan akan meningkatkan permintaan batu bara sehingga ada kekhawatiran kekurangan pasokan.
Namun, kekhawatiran tersebut sedikit menurun setelah Mongolia memastikan bahwa mereka akan menyelesaikan pembangunan tiga jalur kereta yang mengangkut batu bara pada akhir tahun ini.
Pengembangan jalur kereta tersebut akan berdampak sangat besar terhadap pasar komoditas terutama di China karena rel tersebut menghubungkan China dan Rusia. Posisi Mongolia sangat penting dalam mendukung konektivitas perdagangan komoditas seperti batu bara dan logam untuk tetangga-tetangganya. Mongolia bahkan berbagi 13 pelabuhan dagang dengan China untuk perdagangan batu bara, bijih besi, dan tembaga konsentrat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT