Jakarta, CNBC Indonesia – Harga nikel dunia melejit pada perdagangan awal pekan hari ini karena persediaan yang terus menyusut di gudang penyimpanan.
Pada Senin (5/9/2022) pukul 14:40 WIB harga nikel dunia tercatat US$20.865 per ton, menguat 1,64% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Persediaan nikel dunia di gudang yang dipantau oleh Bursa Logam London (LME) tercatat 54.598 ton. Jumlah tersebut telah turun 47.288 ton atau 46,41% secara point-to-point dibandingkan jumlah awal tahun. Ini juga merupakan posisi terendah sejak September 2008.
Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan permintaan global untuk nikel akan meningkat kuat pada periode perkiraan 2022/2023. Tingkat stimulus fiskal dan moneter akibat krisis virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) akan terus memberikan momentum. Ditambah investasi dalam kapasitas baja anti karat (stainless steel) Indonesia, yang dirancang untuk meningkatkan nilai produksi tambang dalam negeri, akan terus mendukung konsumsi.
Meskipun meningkatnya persaingan dari bahan kimia baterai alternatif, elektrifikasi armada otomotif global akan meningkatkan permintaan nikel untuk digunakan dalam baterai dalam jangka panjang. Hal ini juga merangsang produksi nikel.
“Kami memperkirakan produksi global nikel rafinasi akan tumbuh rata-rata 8,7% per tahun pada 2022/2023 karena produsen menanggapi penambahan kapasitas di sektor baja tahan karat dan baterai lithium-ion.
Larangan ekspor bijih nikel Indonesia yang dimulai pada awal 2020 akan meningkatkan kapasitas pemrosesan lokal di negara tersebut, termasuk proyek konvensional (terutama feronikel) dan non-konvensional, seperti nickel pig iron (NPI). Meski sejumlah produsen mengalami sejumlah kendala teknis, investasi proyek high pressure acid-leaching (HPAL) di Indonesia akan mendongkrak produksi pada 2022/2023.
Produksi pertambangan akan tetap kuat di Filipina karena produsen berusaha untuk meningkatkan ekspor ke China untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Indonesia, tetapi tingkat infeksi Covid-19 yang bangkit kembali di Asia Tenggara menimbulkan risiko penurunan yang signifikan dalam jangka pendek. Hal ini akan membuat nikel menjadi langka dan menopang harga.
Kekhawatiran yang lebih luas tentang ketersediaan bahan kelas baterai juga telah menyebabkan peningkatan tajam dalam investasi dalam rantai pasokan nikel oleh produsen baterai EV, sebuah tren yang kemungkinan akan mendorong investasi dan akuisisi lebih lanjut sehingga akan turut mendorong permintaan. Saat permintaan naik, harga mengikuti.
Commerzbank pun memprediksi rata-rata harga nikel dunia akan mencapai US$24.200 per ton pada 2022, lebih tinggi pada rata-rata 2021 sebesar US$18.467 per ton. Sedangkan pada 2023 diprediksi sebesar US$24.000 per ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT