Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) sempat menembus batas US$ 400 per ton sebagai tanggapan atas pemberian sanksi terhadap Rusia. Kenaikan harga tersebut lebih dari dua kali lipat sejak awal 2022.
Pada 2 Maret 2022, harga batu bara ditutup di US$ 446/ton. Meroket 46,01% dan menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah. Meski kemudian, pada kemarin harga batu bara berada di US$ 358,45/troy ons. Ambles 19,63% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya.
Lembaga analisis energi Wood MacKenzie atau WoodMac menyatakan meroketnya harga batu bara akibat hal itu membawa keuntungan jangka pendek bagi negara eksportir seperti Australia dan Indonesia. Sedangkan untuk jangka panjang, pemberian sanksi terhadap Rusia dinilai dapat melumpuhkan perekonomian dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut WoodMac mengganti volume batu bara Rusia bisa mengakibatkan kejutan harga di pasar batu bara global dan kekurangan batu bara di Eropa
Sebelumnya, berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jepang dan sebagian besar Eropa telah memberikan sanksi tegas atas tindakan Rusia menginvasi Ukraina. Diketahui harga batu bara berada di posisi tertinggi selama 10 tahun terakhir terjadi pada akhir 2021 yakni menembus US$ 220 per ton.
“Batu bara Rusia menyumbang sekitar 30% dari impor batu bara metalurgi Eropa dan lebih dari 60% impor batu bara termal Eropa. Masalah utama dengan mengganti ekspor batu bara Rusia di Eropa adalah ketergantungannya pada kualitas khusus batu bara Rusia,” terang WoodMac dikutip, Jumat (4/3/2022).
Sementara Australia memproduksi batu bara termal demi mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi energi, Rusia mengekspor 170 juta ton batu bara termal tak tergantikan pada 2020.
“Ketergantungan dunia pada Rusia untuk komoditas tertentu sangat besar, mulai dari gas, batu bara, minyak, bijih besi, aluminium, logam golongan platinum dan seng hingga tembaga, timah, petrokimia, dan pupuk,” kata WoodMac.
Disebutkan pula tidak sedikit perusahaan minyak dan gas besar, utilitas, dan penambang diinvestasikan di Rusia. Sementara itu, perusahaan minyak besar British Potreleum (BP) dan Shell telah memberikan sanksi terhadap Rusia, yakni menarik operasional perusahaan di Rusia dengan biaya miliaran dolar.
Selain itu, bukan hanya harga batu bara yang menguat, melainkan juga harga saham batu bara. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 09:23 WIB, harga saham emiten batu bara terpantau terbang.
Misalnya saja, Indika Energy (INDY), naik +8,15%, ke Rp 2.920/unit, Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS), +7,89%, ke Rp 82/unit, Harum Energy (HRUM), +7,76%, ke Rp 12.500/unit, Bumi Resources (BUMI), +7,69%, ke Rp 56/unit, Adaro Energy Indonesia (ADRO), +6,90%, ke Rp 2.790/unit, Bukit Asam (PTBA), +4,00%, ke Rp 3.380/unit, dan Indo Tambangraya Megah (ITMG), +3,38%, ke Rp 29.075/unit.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT