Harga Komoditas Melonjak, Angin Segar bagi Perusahaan Tambang
JAKARTA, KOMPAS.com – Melonjaknya harga komoditas pertambangan membawa angin segar bagi sejumlah perusahaan tambang. Penjualan komoditas hasil tambang diyakini bakal naik.
PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) misalnya, menangkap peluang positif dari peningkatan harga komoditas yang terus melonjak sejak satu tahun terakhir. Perseroan menargetkan penjualan bijih besi hingga 45 persen di tahun 2022.
Direktur ZINC, Evelyne Kioe mengatakan, dengan kenaikan harga komoditas saat ini, serta adanya peningkatan permintaan untuk komoditas bijih besi, serta logam dasar terutama untuk konsentrat timbal dan seng dari berbagai negara, akan turut mendorong kinerja ZINC hingga akhir tahun.
“Kinerja ZINC hingga akhir tahun ditargetkan mencapai sekitar Rp 1,2 triliun. Pada akhir tahun 2021, kami sudah memproyeksikan di tahun ini kinerja ZINC akan meningkat, dan kini akibat dari konflik di Eropa telah mengakibatkan sejumlah harga komoditas meningkat termasuk yang kami tambang,” kata Evelyne dalam siaran pers, Senin (21/3/2022).
Baca juga: Dirut Pertamina Bangga Produk UMKM NTB Mendunia di Ajang MotoGP Mandalika
Dia mengungkapkan, sentimen tersebut memang dapat memberikan potensi kenaikan, namun perseroan akan tetap fokus untuk menjalankan Good Mining Practice untuk mempertahankan kinerja serta mengejar penyelesaian pambangunan smelter.
Salah satu komoditas ZINC yang ditargetkan dapat memberikan peningkatan kontribusi penjualan di tahun ini yaitu dari bijih besi. Saat ini, harga bijih besi berada di kisaran 145 dollar AS hingga 155 dollar AS per ton (kadar Fe 62 persen).
“Tahun ini, ZINC menargetkan dapat menjual bijih besi sekitar 180.000 ton, dengan target kontribusi pendapatan dari bijih besi dapat mencapai 18-20 juta dollar AS, atau meningkat sekitar 45 persen dibandingkan kontribusi di tahun sebelumnya,” ujar Evelyne.
ZINC memiliki cadangan mineral bijih besi mencapai 23 juta ton yang belum dieksploitasi. Dengan adanya kenaikan harga dan permintaan yang stabil, perseroan akan menggencarkan penambangan bijih besi dalam skala besar untuk target penjualan ke pasar domestik.
Baca juga: Krisis Minyak Goreng, Ekonom Sarankan 3 Cara Ini kepada Pemerintah
Selain bijih besi, ZINC juga akan menggencarkan produksi dan penjualan untuk konsentrat timbal (Pb) dan seng (Zn). Dengan total area eksplorasi yang mencapai sekitar 1.600 Ha dari total luas area pertambangan Perusahaan sebesar 5.569 Ha, ZINC akan terus meningkatkan kapasitas produksi dengan target mencapai sebesar 550.000 – 642.000 ton ore.
Menurut Evelyne, harga komoditas timbal (Pb) dan Perak saat ini cenderung stabil jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara untuk komoditas seng (Zn) telah mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan.
Apabila harga komoditas dapat bertahan di kisaran 3.500 dollar AS per ton, maka dapat memberikan kontribusi berupa tambahan terhadap laba. Namun apabila harga komoditas terus bergerak fluktuatif, dapat memberikan pengaruh terhadap biaya produksi perseroan.
ZINC optimis di tahun 2022 dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Hal ini juga didukung oleh potensi peningkatan pendapatan dari smelter timbal ZINC yang sudah mulai beroperasi di tahun ini.
“Diharapkan kondisi ekonomi maupun politik global kembali pulih dan kondusif, dan tidak berkepanjangan. Sehingga kegiatan usaha baik di dalam negeri maupun global bisa kembali berjalan dengan baik, seiring dengan kondisi pandemi yang semakin terkendali,” tutup Evelyn.
Baca juga: Pemerintah Wajibkan Pengusaha Sediakan Minyak Goreng Curah
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.