Di sekitar kita, masih banyak yang sering merayakan maulid Nabi. Sebenarnya, bagaimana hukum maulid Nabi? Simak penjelasan singkat tentang hukum maulid Nabi berikut ini.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjawab:
Pertama, malam kelahiran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak diketahui secara pasti kapan. Bahkan sebagian ulama masa kini menyimpulkan hasil penelitian mereka bahwa sesungguhnya malam kelahiran beliau adalah pada tanggal 9 Robi’ul Awwal dan bukan malam 12 Robi’ul Awwal. Oleh sebab itu maka menjadikan perayaan pada malam 12 Robi’ul Awwal tidak ada dasarnya dari sisi latar belakang historis.
Kedua, dari sisi tinjauan syariat maka merayakannya pun tidak ada dasarnya. Karena apabila hal itu memang termasuk bagian syariat Allah maka tentunya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya atau beliau sampaikan kepada umatnya. Dan jika beliau pernah melakukannya atau menyampaikannya maka mestinya ajaran itu terus terjaga, sebab Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran dan Kami lah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Sehingga tatkala ternyata sedikit pun dari kemungkinan tersebut tidak ada yang terbukti, maka dapat dimengerti bahwasanya hal itu memang bukan bagian dari ajaran agama Allah. Sebab kita tidaklah diperbolehkan beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara-cara seperti itu.
Apabila Allah ta’ala telah menetapkan jalan untuk menuju kepada-Nya melalui jalan tertentu yaitu ajaran yang dibawa oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka bagaimana mungkin kita diperbolehkan dalam status kita sebagai hamba yang biasa-biasa saja kemudian kita berani menggariskan suatu jalan sendiri menurut kemauan kita sendiri demi mengantarkan kita menuju Allah?
Hal ini termasuk tindakan jahat dan pelecehan terhadap hak Allah ‘azza wa jalla tatkala kita berani membuat syariat di dalam agama-Nya dengan sesuatu ajaran yang bukan bagian darinya. Sebagaimana pula tindakan ini tergolong pendustaan terhadap firman Allah ‘azza wa jalla,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian.” (QS. Al-Maa’idah: 3)
Oleh sebab itu kami katakan bahwasanya apabila perayaan ini termasuk dari kesempurnaan agama maka pastilah dia ada dan diajarkan sebelum wafatnya Rasul ‘alaihish shalatu wa salam. Dan jika dia bukan bagian dari kesempurnaan agama ini maka tentunya dia bukan termasuk ajaran agama karena Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian.” Barang siapa yang mengklaim acara maulid ini termasuk kesempurnaan agama dan ternyata ia terjadi setelah wafatnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maka sesungguhnya ucapannya itu mengandung pendustaan terhadap ayat yang mulia ini.
Dan tidaklah diragukan lagi kalau orang-orang yang merayakan kelahiran Rasul ‘alaihis shalatu was salam hanya bermaksud mengagungkan Rasul ‘alaihis shalaatu was salaam. Mereka ingin menampakkan kecintaan kepada beliau serta memompa semangat agar tumbuh perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui diadakannya perayaan ini. Dan itu semua termasuk perkara ibadah.
Kecintaan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ibadah. Bahkan tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menjadikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, anaknya, orang tuanya dan bahkan seluruh umat manusia. Demikian pula pengagungan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara ibadah. Begitu pula membangkitkan perasaan cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga termasuk bagian dari agama karena di dalamnya terkandung kecenderungan kepada syariatnya.
Apabila demikian maka merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta untuk mengagungkan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu bentuk ibadah. Dan apabila hal itu termasuk perkara ibadah maka sesungguhnya tidak diperbolehkan sampai kapan pun menciptakan ajaran baru yang tidak ada sumbernya dari agama Allah. Oleh sebab itu, hukum merayakan maulid Nabi adalah bid’ah dan diharamkan.
Kemudian kami juga pernah mendengar bahwa di dalam perayaan ini ada kemungkaran-kemungkaran yang parah dan tidak dilegalkan oleh syariat, tidak juga oleh indera maupun akal sehat. Mereka bernyanyi-nyanyi dengan mendendangkan qasidah-qasidah yang di dalamnya terdapat ungkapan yang berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam sampai-sampai mereka mengangkat beliau lebih agung daripada Allah –wal ‘iyaadzu billaah-.
Dan kami juga pernah mendengar kebodohan sebagian orang yang ikut serta merayakan maulid ini yang apabila si pembaca kisah Nabi sudah mencapai kata-kata “telah lahir Al-Mushthafa” maka mereka pun serentak berdiri dan mereka mengatakan bahwa sesungguhnya ruh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam hadir ketika itu maka kita berdiri demi mengagungkan ruh beliau.
Ini adalah tindakan yang bodoh. Dan juga bukanlah termasuk tata krama yang baik berdiri ketika menyambut orang karena beliau tidak senang ada orang yang berdiri demi menyambutnya. Dan para sahabat beliau pun adalah orang-orang yang paling dalam cintanya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta kaum yang lebih hebat dalam mengagungkan beliau daripada kita. Mereka itu tidaklah berdiri tatkala menyambut beliau karena mereka tahu beliau membenci hal itu sementara beliau dalam keadaan benar-benar hidup. Lantas bagaimanakah lagi dengan sesuatu yang hanya sekedar khayalan semacam ini?
Bid’ah ini -yaitu bid’ah Maulid- baru terjadi setelah berlalunya tiga kurun utama. Selain itu di dalamnya muncul berbagai kemungkaran ini yang merusak fondasi agama seseorang. Apalagi jika di dalam acara itu juga terjadi campur baur lelaki dan perempuan dan kemungkaran-kemungkaran lainnya. (Diterjemahkan Abu Muslih dari Fatawa Arkanil Islam, hal. 172-174).
Baca juga: Kumpulan Penjelasan Mengenai Perayaan Maulid Nabi
***
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Penerjemah: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel muslim.or.id
Alumni S1 Biologi UGM, Alumni Ma’had Al Ilmi Yogyakarta, penulis kitab “At Tashil Fi Ma’rifati Qawa’id Lughatit Tanzil”.
Bid’ah dalam agama selain terlarang juga memberikan bahaya bagi pelakunya. Di antaranya berikut ini:
Apa yang dimaksud dengan dakwah prioritas dan apa saja buah manis yang bisa dipetik darinya
Pada zaman dulu, banyak dijumpai hadis-hadis palsu atas nama Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam.
Assalamualaikum Pak ustad
Terima kasih atas pencerahannya tentang hal maulid nabi ini dan mudah2 han akan memberi manfaat trhadap yang menyimaknya.Kenapa masih banyak saudara kita yang berani merayakannya padahal para sahabat,tabi’in,salafussholeh sangat hati2 dan takut karena nabi bersabda bahwa semua ibadah baru yang tidak ada tuntunannya dari nabi adalah BID”AH dan setiap BID”AH adalah DOLALAH (SESAT) para sahabat tidak merayakannya karena sabda nabi ini, kenapa masih banyak saudara kita yng berani dan menentang dgn hdist ini?? mungkin mereka latah (ikut-ikutan) dan merasa minder karena kelahiran yesus di rayakan
syukron atas infonya
Seharusnya mereka yg merayakan maulid Nabi merefleksikan diri kepada apa dan mengapa yg membuat maulid itu diadakan. Mereka harus menjadi seperti tentaranya Solahudin Al Ayyubi yg ketika dibacakan sirah Nabi, maka gejolak semangat jihadnya kembali berkobar dan dapat kembali mengalahkan tentara salib serta merebut kembali yerusalem. Tapi sekarang ini, hanyalah perayaan belaka, diiringi syair2 dan tetabuhan yg mereka sedikitpun tak tahu artinya. Bagaimana mungkin ummat Muslim kembali menjadi ummat yg terbaik bila setelah maulidan dan yg semacammnya mereka tidak berubah dan meraih Izzah-nya.
Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.
ikhwan, knapa di antara umat islam masih meributkan hal-hal yang tidak perlu, carilah persamaan bukan perbedaan. Jangan heran bila di antara umat islam banyak perbedaan, tapi buat apa hal itu dibesar-besarkan. masih banyak sesuatu yang harus kita kerjakan untuk membangun umat. kita tidak ingin kehabisan energi hanya untuk saling menyalahkan di antara kita. mereka yang merayakan punya alasan sendiri yang dapat memberikan kebaikan untuk diri mereka dan islam. mereka pun memahami bahwa tidak semua umat islam melakukan hal yang mereka lakukan, tapi mereka tidak mempermasalahkannya. karena mereka menyadari perdaan itu rahmat dari Allah SWT.
Kalau perbedaan itu rahmat tentu Allah tidak akan melarang kita untuk berbeda ! Namun perbedaan akan menimbulkan perpecahan
Bukan perbedaan itu yg bikin perpecahan…sikap kita meresponse perbedaan itulah yg bikin perpecahan.
Simplenya shalat 5 waktu itu ibadah yang wajib, kalo ditambahin jumlah rakaatnya salah engga?
Perbedaan bagaimana yang dimaksud
Disini yang dipermasalahkan adalah mengadakan ibadah yang tidak ada
Coba dipikir kalau misalnya solat subuh ditambah satu rakaat aja sudah salah apalagi mengadakan perayaan yang dasar dalilnya tidak ada?
Secara akal sederhana sebenarnya mudah dipahami bahwa menyangkut ibadah harus ada dasar baik dari Al Quran maupun Alhadits agar mendapat pahala dan redlo Allah dan tdk sia-sia. sering dalil yg digunakan dalam perayaan maulid adalah hadits doif diantaranya ialah hadits yang artinya : Barang siapa yang mengagungkan hari kelahiranku maka ia nanti bersamaku di syurga. tentu hadits ini sangat menggugah semangat adanya perayaan maulid tersebut karenanya perlu waktu bagi masyarakat untuk satu pemahaman secara bertahap sehingpa masyarakat awam menjadi lebih mengerti apalagi sudah menjadi tradisi kuat sejak lama
akhi Ahmad
Hadits : ” Perbedaan pendapat dari Ummatku adalah Rahmat “
Hadits ini dho’if / lemah dalam sanadanya dan matannya. Yang tidak didapati dalam satu karya tulis Hadits pun , suatu yang demikian lafadznya. Dan yang masyhur adalah hadits : ” Perbedaan pendapat para shahabatku adalah Rahmat “, dan ini adalah yang disebutkan sebagian kalangan ahli ushul fiqh, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Hajid dalam ” Mukhtashar ” beliau dalam ushul fiqh.
Berkata As Subki : ” Hadits ini bukanlah hadits yang dikenali oleh Ahlul Hadits, dan belumlah saya jumpai hadits ini dengan sanad yang shohih, tidak juga yang lemah dan juga yang palsu “[1]
Berkata abu Muhammad bin Hazm : ” Adaoun hadits tersebut adalah hadits yang batil dan kedustaan hasil ciptaan orang-orang fasiq ” [2]
Berkata Al Qosimi dalam mengkritik hadits ini –baik itu sanadanya dan matannya- : ” Dan sebagian dari para Ahli Tafsir menyebutkan disini suatu yang diriwayatkan dari hadits : ” Perselisihan ummatku adalah suatu rahmat ” sementara ahdist ini tidaklah dikenali sanad yang shohih padanya. Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dan Al Baihaqi dalam ” Al Madkhal ” dengan sanad yang lemah dari hadits Ibnu ‘Abbas secara marfu’.
Berkata sebagian dari Ahli tahqiq –peneliti hadits – : Hadits ini menyelisihi nash-nash syara’ berupa ayat-ayat dan hadits-hadits, seperti firman Allah ta’ala ;
{ وَلاَ يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفشيْن إِلاَّ مَنْ رَحٍمَ رَبُّكَ }
” Dan mereka akan selalu berselisih terkecuali yang telah mendapatkan rahmat dari Rabb-mu “ – Huud : 18 –
Dan serupa dengannya sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam : ” Janganlah kalian berbeda pendapat yang akan menjadikan hati-hati kalian berbeda “[3]
Dan selainnya dari sekian banyak hadsit yang pasti menunjukan bahwa persatuan lebih baik dibandingkan perselisihan”[4]
Dan hadits yang diisyaratkan oleh Al Qosimiy, diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Al Madkhal[5] dan sanadanya sangat lemah, terdapat padanya tiga illat / penyakit ;
Pertama : Sulaiman bin Abi Karimah, dilemahkan oleh Abu Hatim Ar razi
Kedua : Juwaibir, seorang yang ditinggalkan haditsnya, seperti perkataan An Nasa’I dan Ad daraquthni. Dan ia telah meriwayatkan dari Adh Dhahhak beberapa hadits yang palsu, dan hadits ini termasuk yng ia riwayatkan dari Adh Dhahhak.
Ketiga : Terputusnya sanad hadits ini antara Adh Dhahhak dan Ibnu ‘Abbas.
Dan secara keseluruhan, tidak ada satu dalil pun dari Al Kitab dan As Sunnah yang menunjukkan bahwa perselisihan itu adalah suatu rahmat.
Berkata Al ‘Allamah Muhammad Nashiruddin Al Albani –rahimahullah- : ” Dan dari kesemua pendapat menunjukkan bahwa perselisihan adalah hal yang tercela, maka yang wajib untuk berupaya berlepas diri dari perselisihan sesanggupnya. Dikarenakan perselisihan adalah salah satu dari sebab-sebab lemahnya ummat islam, sebagaimana firman Allah ta’ala ;
{ وَ لاَ تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَ تَذْهَبَ رِيْحَكُمْ }
” Dan janganlah kalian berselisih sehingga kalian menjadi lemah dan hilang pertolongan bagi kalian “
Dan bukanlah hal yang lapang bagiku terkecuali akan saya katakan : Jikalau seandainya perselisihan ummat –ku itu rahmat, apakah persatuan mereka itu adalah suatu adzab ?!
Adapun ridho dengan setiap perselisihan dan menamakannya sebagai suatu rahmat, adalah menyelisihi ayat-ayat Al Qur’an yang mulia dan telah menjelaskan akan tercelanya perselisihan, tidak perkataan itu tidaklah memiliki sandaran melainkan hadits ini yang tidak ada sama sekali sandarannya dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.”[6]
[1] Faidhul Qadir 1 / 212
[2] Al Ihkam 5 / 61
[3] Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan telah disebutkan dalam Shohih Sunan Abu Daud No. 670 oleh Asy Syaikh Al Albani.
[4] Mahasinut Ta’wil 4 / 928
[5] Al Madkhal No. 152
[6] As Silisilah Adh dho’ifah 1 / 77
( Judul Asli : Zajr Al Mutahawin Bidhorurah Qaidah Al Ma’dzarah wat Ta’awun. Penulis : Hamd bin Ibrahim Al ‘Utsman. Muroja’ah : Al ‘Allamah Asy Syaikh Sholeh bin Fauzan Al Fauzan. Rekomendasi : Al ‘Allamah Asy Syaikh ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad. Penerbit : Maktabah Al Ghuraba’ Al Atsariyah. Cetakan Pertama 1419 H / 1999 M. Penerjemah : Abu Zakariya Al Atsary. )
(copas dari : http://kautsarku.wordpress.com/2008/07/07/tentang-hadits-perbedaan-pendapat-dari-ummatku-adalah-rahmat/ ) :Peace:
tambahan nih…
Kalau seandainya perbuatan itu baik dalam rangka mengagungkan Rasulullah dan mendekatkan diri kepada Allah, pastilah para shahabat yang paling mendahului melakukannya.
Karena apa ? Krn orang yg paling berhak untuk rindu dan mengagungkan Rasulullah adalah orang2 yg pernah hidup dalam suka dan duka bersama Rasulullah. yaitu para Shahabat.
Lantas, apakah Para Shahabat melakukan peringatan maulid Nabi ? apakah pula para Tabi’in kemudian Tabi’it tabi’in juga ? Bahkan Imam yg empat itu ?
karena sesungguhnya yaa Akhi… para shahabat telah lulus dari madrasahnya Rasulullah. Generasi mereka adalah orang2 yg paling tahu kadar ‘porsi’ pengagungan terhadap Rasulullah. Tidak sangat melecehkan Beliau dan tidak pula Ghuluw (berlebih2an) dalam mengagungkan Rasulullah.
Jadi Bila ada suatu amalan yang umat 15 abad kemudian mengklaim itu sebagai bentuk pengagungan tapi umat di generasi awal yg paling taat sekalipun malah tidak pernah melakukannya, maka dapat dipastikan dan berhati2lah bahwa amalan2 itu adalah Ghuluw.
bisa jadi kita terkena perkataan Rasulullah berikut :
“Hati-hatilah kalian dari ghuluw dalam agama, karena binasanya orang-orang yang sebelum kalian disebabkan karena ghuluw dalam agama.” (HR. Ahmad, An-Nasai, dan Ibnu Majah, hadits ini dishashihkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam Iqtidla’ hal. 106 dan disepakati oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah 1283, dishahihkan pula oleh Syaikh Ali Hasan dalam Ilmu Ushulil Bida’ hal. 84)
dan perkataan Allah terhadap Ahli kitab berikut :
….
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah, kecuali yang Haq…” (An-Nisaa’: 171)
Wahai Saudaraku, telah kita ketahui bahwa salah satu bentuk kesesatan yang dilakukan oleh kaum muslimin dalam beragama adalah sikap ghuluw, berlebih-lebihan dalam beragama, beramal, dan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh syari’at (Kitab dan Sunnah) sehingga disadari ataupun tidak pelakunya telah masuk ke dalam perkara yang dilarang dalam agama yaitu perkara bid’ah bahkan kesyirikan.
mudah2an bisa jadi teguran bagi kita bersama
Mudah2an bermanfaat bagi yang memahami…
hari senin wapres menghadiri maulid nabi di istiqlal, semalam presiden, wapres, menteri-menteri, duta besar, para ulama’ memperingati maulid di istana negara. Ummat Islam di seluruh penjuru Indonesia banyak yang memperingati maulid.
dan kesimpulannya semuanya ahli bid’ah dan masuk neraka, atau barangkali surga mau dimonopoli kaum wahabi aja ya ?
Buat mas irul,
Allah berfirman:
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. (6:116)
Rasulullah bersabda:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba)” [Diriwayatkan oleh Muslim 2/175-176 -An-Nawawiy]
Jadi, menurut Allah dan RasulNya, banyak tidak sama dengan benar mas. Dan dalam hadits shahih muslim, perbandingan ahli surga dan neraka itu 1:1000 lho.
Setahu saya tidak ada diantara salafiyyun dari sahabat nabi sampai sekarang yang mengatakan orang berbuat bid’ah itu pasti ahli bid’ah. Dan ahli bid’ah itu pasti masuk neraka. Mungkin mas bisa menunjukkan siapa ulama/tokoh yg sampeyan istilahkan “wahabi” yang menyatakan seperti tuduhan sampeyan? Yang saya tahu, bahwa semua bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu adalah dosa. Dan setiap dosa itu hukumannya neraka. Adapun pelakunya, selama bid’ahnya tidak membuatnya keluar dari Islam nasibnya terserah Allah. Jika diampuni maka selamat, jika tidak ya masuk neraka. Tapi yang pasti, gak dapet pahala.
Nah, web ini hanyalah menyampaikan ilmu. Jika tidak sependapat berilah bantahan yang ilmiyah. Adapun bagi mereka yang ngotot mati-matian mau maulidan, ya kita disini juga gak maksa kok. Mau maulidan semalam suntuk, atau seminggu penuh juga terserah. Karena kewajiban kita hanya menyampaikan ilmu. Jika anda mau ambil, maka itu kebaikan bagi anda dan kami, jika anda ngotot toh dosa anda bukan kami yang nanggung. Jika anda menganggap maulid bisa mengantarkan anda ke surga, tunjukkanlah dalil anda.
@irul
maksudnya wahabi itu apa?
yang ngasi kesimpulan semuanya ahli bid’ah dan masuk neraka itu siapa? bukannya irul sendiri yang ngasi kesimpulan itu ya… (liat lagi tulisan irul deh..)
yang namanya ahlu sunnah, ga’ memastikan seseorang masuk surga atau masuk neraka, kecuali yang sudah diberi tahu oleh Rasulullah.. kayak yang 10 sahabat itu, mereka udah dipastiin masuk surga, soalnya Rasul sendiri yang ngasih tahu…
(cek buku aqidah Thahawiyah)
sebagai sesama muslim, sudah kewajiban kita untuk saling menasihati toh (cek surat Al-Ashr)
semoga kita semua diberi kemudahan untuk mendapatkan kebenaran dari Allah.. dan tidak mencari-cari pembenaran dari kesalahan kita..
bismillah..
belum genap 1 tahun saya mengikuti manhaj salaf. Alangkah terkejutnya saya ketika membandingkan Syariat Islam yang haq (Al-Qur’an & Sunnah) dengan realita umat Islam saat ini.
“Seakan-akan sudah terlambat” buat kita menyampaikan kepada saudara-saudara kita tentang bid’ahnya maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam..
“Seakan-akan sudah terlambat” buat kita menyampaikan kepada saudara-saudara kita tentang haramnya musik…
“Seakan-akan sudah terlambat” buat kita untuk mengajak saudari-saudari kita untuk kembali “ke rumah”…
Dan masih banyak lagi…
entahlah…
Mas Irul, semoga Allah menunjuki kita semua akan kebenaran. Kalo yang ingin kita cari adalah kebenaran, cobalah cari dengan nurani kita. Saya yakin kalo yang kita cari adalah kebenaran maka nurani kita menunjukkan kebenaran dengan menerima kebenaran itu sendiri dari manapun datangnya. Yang dikatakan suadara-saudara kita diatas adalah kebenaran yang berdasarkan dalil dan sesuai dengan logika kita. Janganlah mengukur kebenaran itu dengan banyaknya orang yang mengamalkan apalagi diukur dengan hawa nafsu. Sekali lagi semoga Allah memudahkan kita untuk menerima kebenaran.
Assalamu’alaikum…
Bagi saya, orang awam. Secara logika saja, andai Rosul memerintahakan umatnya untuk memperingati kelahirannya:
“SUNGGUH ROSUL GILA HORMAT”, bagi saya memperingati kelahiran Beliau, karena rosul tidak pernah memerintah.
Itulah Rosulullah… tidak ingin di hormati…
Kok pada ngotot sih… , merasa ingin dihormati, merasa pendapat paling benar….mana akhlak Rosul…
“Innama bu’its-tu li utammima makaarimal akhlak..”
Tentang hadits bid’ah: (bukan tentang maulid saja)
“Kullu bid’atin dholalah wa kullu dholalatin fin naar”
Buat ikhwan, mungkin tahu “Kul Jam” dan “Kul Majmu”……
Esensi bid’ah sendiri adalah perbuatan yang tidak ada pada zaman Rosul.
dalam kitab “Jam’ul Jawam’i” dikatakan :
“Al ‘aam jaarun ‘ala ‘umumihi, qoblal bahtsi an mukhossisihi”
Keumuman itu berjalan, sebelum ada yang mengkhususkan.
Jadi tidak semua bid’ah sesat, ada yang hasanah.
Sebagai contoh tentang ke-umuman, seseorang berkata :
“Semua yang ada di RSJ, orang gila” betul?
Apakah dokter gila, tukang sapu gila, dll?
satu contoh saja.
Salam dari saya, orang yang awam.
@irul
hari senin wapres menghadiri maulid nabi di istiqlal, semalam presiden, wapres, menteri-menteri, duta besar, para ulama’ memperingati maulid di istana negara. Ummat Islam di seluruh penjuru Indonesia banyak yang memperingati maulid.>.memang hal itu trjadi di indonesia,tapi pertanyaannya??apakahbila presiden dan wakil presiden mlakukan suatu hal,maka hal itu pasti benar menurut syariat Islam??kalopun banyak umat Islam di Indonesia mlksanakan hal trsbut,pakh brrti hal trsbut benar??
suatu prbuatan dinilai benar ato salah berdasar Al Quran dan As Sunnah sesuai pemahamn generasi trbaik umat ini,jadi standard pathokannya adlh Al Quran dan As Sunnah
prbuatan bid’ah itu jelek,tp blm tntu yg mlakukan prbuatan trsbut masuk neraka atopun surga.Prbuatan bid’ah itu bs mnjadi slh satu pnybab seseorang msk neraka
wallahu a’lam
drmn anda mndpt kesimpulan spt itu??
@Kang Ismet
“Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, niscaya tertolak.” (HR. Muslim).
Lalu tentang Maulid Nabi, adakah tuntunannya dari Al-Qur’an?
Adakah tuntunannya dari as-Sunnah, baik itu berupa ucapan atau perbuatan atau persetujuan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Untuk Kang Ismet, baarakallahu fiikum
Anda benar tentang kaidah bahwa keumuman itu berjalan selama tidak ada yang mengkhususkan. Dan yang mengkhususkannya adalah dalil. Namun masalahnya, dalam hal bid’ah dalam agama, tidak ada dalil yang mengkhususkannya. Maka semua bid’ah dalam agama itu buruk dan tercela, tidak ada yang hasanah. Jika anda tahu ada dalil yang mengkhususkan bid’ah sehingga tidak tercela, tolong bawakan dalil tersebut…
Contoh yang anda bawakan tidak pas jika mau membahas hadits “Kullu bid’atin dholalah“. Perkataan:
“Semua yang ada di RSJ, orang gila”
Ini perkataan siapa? Apa yang dia maksud? Dan perkataan ini pun bisa benar dan bisa salah. Bisa diterima dan bisa diingkari. Jadi kalau kita mau menyanggah dengan mengatakan: “Pernyataan ini salah karena dokter dan tukang sapu tidak gila”, sah-sah saja.
Sedangkan hadits:
“Kullu bid’atin dholalah”
Ini perkataan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam Ash Shadiqul Masduq, orang yang benar dan dibenarkan oleh Allah Ta’ala. Perkataannya wajib kita terima dan tidak boleh kita ingkari.
Nah, ada baiknya anda menyimak beberapa artikel berikut:
Pengertian Bid’ah
Adakah Bid’ah Hasanah?
Berbagai Alasan Dalam Membela Bid’ah
Dampak Buruk Bid’ah
@irul :
Hampir sebagian besar ummat islam di indonesia menabung di bank dan mengambil bunga ribanya, apakah dgn begitu anda katakan mereka berada di pihak yg haq ? Sedangkan hanya sebagian kecil saudara mrk berusaha menasehati utk meninggalkan riba…
Ancaman dosa riba jelas sekali dalam hadits ?
Lalu apakah kita langsung katakan bhw mereka pasti masuk neraka ?
Begitu juga dgn musik yg sdh melekat di dalam hati saudara2 kita, apakah anda ingin mengatakan mereka jg berada dlm haq?
ya akhi masih banyak lagi hal yg bs menjadi contoh…
berarti orang yang naik haji sekarang bid’ah donk?khan pada naek pesawat?ngak naek onta?
ustad, lantas bagaimana dengan sholawat2 yang diucapkan saat perayaan maulid ? bukankah kita memang diperintahkan untuk bersholawat kapan saja dan dimana saja ? mhn pencerahannya, saya masih awam hal2 spt ini
Bang Jaung, dalam bershalawat pun kita harus ikut tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajarkan umatnya lafaz shalawat, dan lafaz-lafaz shalawat yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itulah yang kita amalkan sehari-hari. Sedangkan shalawat yang lazim dibacakan dalam perayaan maulid nabi (diantara adalah kitab barzanji) adalah lafaz bikinan manusia yang isinya ghuluw/berlebihan dalam memuji dan menyanjung beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Buat akhi Sururi: Tidak bosan-bosannya kami memberi penjelasan… Pokok bahasan bid’ah adalah dalam permasalahan agama (ibadah & muamalah), jadi tidak seperti yang Anda bayangkan dan Anda tangkap. Jadi, tidak ada hubungannya dengan perkara duniawiyah yang hukum asalnya memang boleh boleh saja dilakukan. Silakan Anda pakai mobil, komputer, sepeda, internet, dll… selama Anda menggunakannya dalam koridor yang boleh secara syariat (dalam artian tidak menjadi wasilah/perantara untuk melalukan hal-hal yang haram) silakan saja Anda gunakan…
Pak Sururi semoga Allah menjaga anda…
Rasulullah atau para sahabatnya memang pernah berhaji memakai pesawat. Namun bagaimana mungkin bisa terjadi? Padahal pesawat belum ditemukan.
Coba anda bandingkan dengan Maulid Nabi. Menurut anda apakah Rasulullah mampu membuat hajatan Maulid Nabi setiap tahunnya?
Anda tentu menjawab: “Ya. Tentu beliau mampu”. Lalu mengapa beliau tidak melakukannya?
Mungkin anda menjawab: “Karena beliau tidak gila hormat”. OK, lalu mengapa setelah beliau wafat, para sahabat beliau tidak ada yang merayana Maulid Nabi? Apakah para sahabat Rasulullah tidak mencintai beliau?
Nah, selanjutnya mengenai bid’ah. Sudah banyak komentator di website ini yang salah paham tentang bid’ah. Sampai-sampai ada yang mengira piring, gelas, sendok termasuk bid’ah yang dilarang. Sungguh menggelikan. Maka, untuk Pak Sururi, agar tidak ikut salah paham, silakan baca beberapa artikel berikut ttg bid’ah:
Mengenal Seluk Beluk Bid’ah
Adakah Bid’ah Hasanah?
RALAT
“Rasulullah atau para sahabatnya memang pernah berhaji memakai pesawat. ”
seharusnya
Rasulullah atau para sahabatnya memang tidak pernah berhaji memakai pesawat.
Coba kita renungkan kondisi negara kita yang serba carut marut, ini salah satu sebabnya adalah karena umat Islam Indonesia sedang/masih banyak melakukan BID’AH dalam kehidupan beragamanya, bagaimana akan menjadi negeri yang BALDATUN TOYYIBATUN WA ROBBUN GHOFUUR kalau umat negerinya masih banyak yang menyimpang dari ajaran/syariat ALLAH SWT??? mari kita luruskan AQIDAH kita agar kita selamat dunia dan akhirat ………!!! kembali kepada AL-QUR’AN dan ASSUNNAH
Buat: Kang Ismet
Antum benar tentang kaidah “Keumuman itu berjalan, sebelum ada yang mengkhususkan.” Justru karena kaidah inilah maka tidak ada bid’ah hasanah karena sesuai dengan keumuman hadits ini bahwa setiap bid’ah adalah sesat, dan tidak ada dalil yang mengkhususkannya adanya bid’ah hasanah.
Pada hadits “Kullu bid’atin dholalah wa kullu dholalatin fin naar” dan juga hadits-hadits lain yang serupa, ada dalil nyata dan jelas nan tegas bahwa setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat. Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam dalam hadits ini bersabda: كل بدعة ضلالة setiap bid’ah ialah sesat, dalam ilmu ushul fiqih, metode ungkapan ini dikatagorikan kedalam metode-metode yang menunjukkan akan keumuman, bahkan sebagian ulama’ menyatakan bahwa metode ini adalah metode paling kuat guna menunjukkan akan keumuman, dan tidak ada kata lain yang lebih kuat dalam menunjukkan akan keumuman dibanding kata ini كل. [Baca Al Mustasyfa oleh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghozali 3/220, dan Irsyadul Fuhul oleh Muhammad Ali As Syaukani 1/430-432].
Dengan demikian dari hadits ini, kita mendapatkan keyakinan bahwa setiap yang dinamakan bid’ah adalah sesat, demikianlah yang ditegaskan dan disabdakan oleh Nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasallam. Sehingga tidak ada alasan bagi siapapun di kemudian hari untuk mengatakan, bahwa ada bid’ah yang hasanah atau baik. Keumuman hadits ini didukung oleh sabda Nabi shollallahu’alaihiwasallam dalam hadits lain:
“Dari ‘Aisyah, ia berkata: Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusan kami (agama) ini sesuatu yang bukan bagian darinya (syariat), niscaya akan ditolak”. (Riwayat Bukhori 2/959, hadits no: 2550, dan Muslim 3/1343, hadits no: 1718).
Sebagai seorang muslim yang bernar-benar beriman bahwa Nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasallam adalah utusan Allah, dia akan senantiasa bersikap sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
“Dan tidaklah patut bagi seorang mukmin dan tidak pula bagi seorang mukminah bila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, untuk mengambil pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata”. (Al Ahzab 36).
Ibnu Katsir berkata: “Ayat ini bersifat umum, sehingga mencakup segala urusan, yaitu bila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan suatu urusan dengan suatu keputusan, maka tidak dibenarkan bagi siapapun untuk menyelisihinya atau memutuskan atau berpendapat atau berkata lain”. [Tafsir Al Qur’an Al Azhim, oleh Ibnu Katsir 3/490].
Layak dan beradabkah setelah Nabi shollallahu’alaihiwasallam bersabda bahwa setiap bid’ah ialah sesat, kemudian kita, atau yang lain mengatakan, bahwa ada bid’ah yang hasanah?
Imam Syafi’i telah berkata:
“Barang siapa yang menganggap baik sesuatu (dalam agama), berarti ia telah membuat syari’at”. [Lihat Al Risalah oleh Imam As Syafi’i, 25, dan Al Mustasyfa oleh Al Ghozali 2/467].
Sahabat Ibnu Umar rodhiallahu’anhu, beliau berkata:
“Setiap bid’ah itu ialah sesat, walaupun orang-orang menganggapnya baik”. (Riwayat Al Lalaka’i, dalam kitabnya: Syarah Ushul I’itiqad Ahli As Sunnah 1/92).
Wallahualam
Baarokallahufikum..
Bismillah…
“Kullu bid’atin dhalallah…”
semua bid’ah adalah sesat….apabila lafazh “kullu” masih bersifat umum maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam menjelaskannya pada hadits yang lain, seperti yang dijelaskan oleh akhi AbuNajwa :
“Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusan kami (agama) ini sesuatu yang bukan bagian darinya (syariat), niscaya akan ditolak”. (Riwayat Bukhori 2/959, hadits no: 2550, dan Muslim 3/1343, hadits no: 1718).
Dan masih banyak hadits lain yang semakna dengan itu.
Sebagai contoh tentang ke-umuman, seseorang berkata :
“Semua yang ada di RSJ, orang gila” betul?
Apakah dokter gila, tukang sapu gila, dll?
Jawabannya : betul, tidak semua orang di RSJ gila, ada perkecualian, setelah kita meneliti kedalam RSJ, masuk kedalam ruangan2nya, maka kita akan menemukan tidak semuanya gila.
Oleh karena itu setelah diteliti lebih dalam, semua kitab2 hadits dipelajari, semua atsar dibaca, kita akan menemukan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam menjelaskan tentang kategori bid’ah (hal baru) macam apa yang sesat.
“Barang siapa yang mengada-adakan dalam urusan kami (agama) ini sesuatu yang bukan bagian darinya (syariat), niscaya akan ditolak”.
Diterangkan dengan jelas bahwa setiap urusan baru dalam hal agama adalah sesat.
Atau mungkin masih ada yang menganggapnya bersifat umum…??
ana yakin Kang Ismet dan ikhwan yang lain pasti tahu hadits tentang para sahabat r.a. yang meminta pendapat beliau shallallahu ‘alaihi wasalam, (kalo tidak salah) masalah irigasi/pengairan…lalu beliau bersabda “untuk urusan dunia, kalian lebih mengetahui…”
Firman Allah dalam QS. An Nisaa : 115
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (sabilul mukminin),
Kami palingkan (sesatkan) ia, kemana ia berpaling (tersesat)..”
Orang2 pertama yang masuk dalam keumuman ayat diatas (sabilul mukminin) adalah para sahabat r.a. , karena pada saat itu tidak ada orang2 mukmin selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam dan mereka.
maka apabila para sahabat r.a. tidak pernah melakukan maulid (padahal mereka yang paling berhak dan melakukannya pada saat itu lebih utama karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam masih hidup), sudah seharusnya orang2 mutaakhirin mengikuti yang mereka lakukan.
Wallohu ta’ala a’lam
Bismillah…
Diriwayatkan dari Al-Bara’ bin Azib r.a. : Nabi Muhammad Saw. Pernah bersabda kepadaku, “kapan pun engkau hendak tidur berwhudu lah terlebih dahulu sebagaimana engkau hendak shalat, berbaringlah dengan menghadap ke arah kanan dan berdoalah :
‘Allahumma aslamtu wajhi ilaika, wa fawwadhtu amri ilaika, wa alja’tu zhahri ilaika raghbatan wa rahbatan ilaika. La malja’a wa laa manja minka illa ilaika. Allahumma amantu bikitabikal-ladzi anzalta wa Nabiyyikal arsalta’
(ya Allah! Aku berserah diri kepada-Mu, mempercayakan seluruh urusan ku kepada-Mu aku bergantung kepada-Mu untuk memperoleh berkah-Mu dengan harapan dan ketakutanku kepada-Mu, tak ada tempat untuk perlindungan dan keamanan selain-Mu. Ya Allah! Aku percaya kepada kitab-Mu dan aku percaya kepada Nabi-Mu yang telah engkau utus)
maka apabila malam itu engkau mati, kau akan mati dalam keimanan. Biarkanlah kata-kata tadi menjadi kata-katamu yang terakhir”
aku mengulang doa itu di hadapan Nabi Muhammad Saw. Dan ketika sampai pada kalimat “Allahumma amantu bikitabikal ladzi anzalta” (ya Allah! aku percaya kepada kitab-Mu yang telah engkau turunkan) aku melanjutkan,”wa Rasulika (dan Rasul-Mu)”.
Nabi Muhammad Saw. Bersabda,”bukan (‘wa Rasulika’, tetapi); wa nabiyyikal ladzi arsalta”(Nabi-Mu yang Engkau utus).
(HR. BUKHARI)
Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasalam mengkoreksi ucapan Bara r.a., sebab dia merubah kata “Nabiyyika..” menjadi “Rasulika..”
Padahal yang dilakukan al Bara r.a “Hanya” kesalahan di dalam pengucapan lafazh, tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam tetap mengkoreksi Al Bara r.a., karena Beliau tidak mengajarkan seperti itu
Lalu bagaimana dengan kondisi kebanyakan orang-orang mutaakhirin, yang merubah, menambah, menafikan ajaran yang telah Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasalam- sampaikan.
Semoga dapat menjadi pelajaran.
Wallohu ta’ala a’lam
maaf ustadz, jika begitu lantas bagaiman hukum ketika pada masa abu bakar beliau mengumpulkan naskah/membukukan al quran? padahal jelas-jelas rasulullah tidak pernah melakukannya. Ingatkah ustadz bagaimana argumen abu bakar yang pada awalnya juga tidak mau melakukan hal itu karena menganggap bahwa perbuatan itu adalah bid’ah. beliau berkata kepada umar kurang lebih seperti ini ; Demi Allah, aku tidak akan melakukan sesuatu yang Rasulullah tidak pernah melakukannya. Kemudian Umar menjawab : Demi Allah wahai Abu Bakar, jika engkau tidak mengumpulkan naskah-naskah alqur’an (yang pada waktu itu masih tersebar) maka alqur’an akan hilang bersama metinya para huffadz. Kemudian akhirnya Abu Bakar setuju untuk mengumpulkan naskah-naskah al qur’an.kemudian bagaimana hukum memberi titik dan harakat al qur’an sehingga seperti sekarang ini?bukankah al quran pada masa Nabi tidak ada titik dan harakatnya? tapi kenapa ustadz bahkan mau menikmati hasil proses bid’ah tersebut? Tapi memang nikmat bukan.. Alhamdulillah Ya Allah, andai waktu itu tidak ada proses bid’ah, niscaya saya tidak akn pernah bisa membaca alqur’an yang “gundul”..
Mungkin Pak Arief belum paham saja tentang bid’ah.
Silakan baca link berikut:
https://muslim.or.id/manhaj-salaf/mengenal-seluk-beluk-bidah-3.html
Assalaamu’alaikum ….
Tolong jawaban yang jujur berdasarkan pengertian Bid’ah yang sesuai syar’i atas komentar sdr. Arief Murtadlo. Ditunggu jawabannya.
Wassalam…
assalamualaykum
bwt sdr. arief murtadlo dan sdr. sekar
tentang mengumpulkan mushaf alquran dan memberi titik harokat pada ayat alquran yang saudara katakan bidah hasanah, maka siahkan anda baca sabda Rasulullah salallahualaihiwasallam:
…setelah Rasulullah salallahualaihiwasallam menjelaskan banyaknya perselisihan setelah beliau wafat nanti, maka beliau menasehati para sahabatnya:…..WAJIB ATAS KALIAN BERPEGANG TEGUH KEPADA SUNNAHKU DAN SUNNAH “KHULAFAURRASYIDIIN” (KHALIFAH YANG MENDAPAT PETUNJUK), gigitlah dengan geraham kalian….dst.
Para ulama mengatakan bahwa para khalifah yang mendapat petunjuk adalah Abu Bakar, Umar, Ustman dan ALi radhiallahuanhum.
nah, dalil yg anda bawakan (mengumpulkan mushaf) terjadi pada zaman siapa? jwbnya: Abu Bakar.
Memberi titik pada ayat alquran terjadi pada zaman siapa? jwbnya: ALi.
mereka itu adalah para khalifah yang kita diperintah rasul untuk mengikuti SUNNAHNYA yakni sunnah para khalifah. jadi terbantahlah argumen anda dimana anda mengatakan bahwa hal tersebut bidah.
Coba saudara ingat kembali dasar hukum islam itu ada 3: alquran, sunnah nabi salallahualaihiwasallam, dan IJMA'(kesepakatan) PARA SAHABAT !!! jadi apa-apa yang menjadi kesepakatan para sahabat bukanlah bidah.
@arief yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala
selain ijma’ sahabat mengumpulkan dan mengharokati alqur’an adalah salah satu contoh dari masholih mursalah..jadi kita harus bisa membedakan antara masholih mursalah dengan bid’ah..salah satu bedanya adalah jika masholih mursalah itu mempermudah dalam sesuatu urusan agama,sedangkan bid’ah malah membuat repot dan sulit.untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di kitab al=i’thisom karya imam asy syatibi.nb: salah satu masholih mursalah adalah pelebaran tempat sa’i.
jika kalaupun kita mau cermat, di dalam Q.S Al-baqarah ayat 2,nama lain alqur’an adalah al-kitab yang maknanya al-jam’u (mengumpulkan) dari lembaran2.
barakallahu fiekum
apa yang di ajarkan Rasulullah kita ambil, dan apa yang tidak diperintah kan atau tidak di ajarkan kita tinggalkan… selamat deh kita di dunia dan diakherat… kenyataan nya adalah maulid nabi di jadikan ladang bisnis dan pembodohan ummat oleh orang orang yg mengklaim diri mereka ket rasul
Itulah Indonesia , negeri berpenduduk Islam mayoritas tapi penuh dengan ke”Islam-an Plus ” ……….. Bid’ah.
umat islam di indonesia sebenarnya haus akan syiar agama karena dianggap suatu solusi atas segala masalah yang datang silih berganti, sehingga ketika melihat sesuatu yang berbau “islami” maka akan segera menyambutnya, akan tetapi sangat disayangkan dengan sifat qt yang suka akan hal yang serba instant (termasuk saya), sehingga semua yg atas nama putih, sorban, ramai, kharismatik, jadi yang dilihat adalah wujudnya,penampilan (saya tidak menunjuk orang/gol/organisasi, tidak bermaksud mengurangi penampilan yang sesuai sunnah) seharusnya juga dilihat apakah yang disampaikan telah sesuai dengan petunjuk ALLAH SWT,Sunnah Rasuluulah SAW, ijma para Sahabat Ra.
Sebenarnya qt sendiri yg menyusahkan diri dalam beribadah karena atas hadits sesungguhnya sesuatu itu tergantung niatnya (tolong koreksi jika saya salah) sehingga qt melaksanakan ibadah sesuka hati dan hawa nafsu, yang sebenarnya ibadah itu haram sampai ada dalil yang memerintahkan, qt sangat suka menganggap ibadah kurang padahal Rasulullah tidaklah menyembunyikan sesuatu jika itu baik bagi umatnya, kalau memang seperti itu maka terjebaklah qt kedalam dalil “yang penting kan niatnya” akan tetapi tidak pada tempat,waktu dan tata cara yang benar!!! bukan kah dalam ibadah qt juga wajib!!! mengikuti sunnah Rasulullah??!!!
mudah-mudahan qt diberi kemudahan dan kelapangan hati dalam menerima petunjuk ALLAH dan mengikuti sunnah Rasulullah, amiin
(tolong koreksi jika saya salah dan kurang dalam berpendapat)
terima kasih
oo.. begitu,jadi maulid nabi bukanlah sesuatu yang diperbolehkan, berarti ada cara lain tindakan atau perbuatan untuk menunjukkan cinta kepada rasul, kalau bisa mohon dibahas masalah ini, bagai mana cara perbuatan atau tindakakn untuk menunjukkan sikap kita cinta kepada rasul, tetapi tidak menyalai al-qur’an dan sunnah……thanks.
setuju!!!!
kebanyakan yang terjadi di masjid-masjid maupun mushola-mushola di desa-desa di indonesia masyarakatnya beranggapan bahwa memperingati maulid nabi dengan berbagai pementasan berupa membaca ayat suci al qur’an dan kemudian diterjemahkan dengan saritilawah, melantunkan nyanyian qasidah oleh kaum wanita, bahkan melakukan upacara ritual yang sama sekali tidak ada dalilnya dianggap suatu yang baik dan mendatangkan pahala dari Alloh SWT dan mendapatkan safa’at dari Rasullullah SAW, pun segala macam perayaan tersebut tidak mendapatkan respon apa-apa dari saudara kita yang memiliki pengetahuan lebih / ustadz di desa tersebut serta tidak ada keberanian untuk menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan suatu budaya yang salah dan bid’ah…. MASYA ALLOH, dari generasi ke generasi kita telah membiarkan ini terus saja terjadi…. mohon maaf, mungkin benar bahwa memperingati maulid nabi SAW yang tidak ada dalilnya ini telah menjadi budaya Islami ala Negara Indonesia Yang Mayoritasnya adalah Muslim…subhanallahu wabihamdih,,,
Assalamualaikum Pak Ustadz,
Saya sangat setuju dengan pernyataan Pak Ali bahwa umat islam di indonesia sebenarnya haus akan syiar agama dan butuh ajaran yang tidak menyesatkan umat. Sekedar mau berbagi pengalaman nyata, di kampung saya (daerah Buaran – Bukit Sarua, Ciputat), hampir setiap tahun diadakan perayaan Maulid Nabi. Dalam peringatan maulid nabi ini berbagai pementasan dilakukan berupa membaca ayat suci al qur’an dan kemudian diterjemahkan dengan saritilawah, melantunkan nyanyian qasidah oleh kaum wanita. Beberapa kali saya mendengar pernyataan ustadz yang diundang bahwa inti dari perayaan ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, melantunkan puja-puji dan shalawat kepada Nabi SAW. Dan kalau tujuannya seperti itu, kenapa harus dilarang bahkan dianggap bid’ah?
Maaf Pak Ustadz, mungkin keluar dari jalur, saya ada beberapa pertanyaan yang ingin saya sampaikan dan mudah-mudahan akan bermanfaat besar pada kehidupan saya, bila Pak Ustadz bisa menanggapinya.
Begini, di lingkungan kita, ada sebuah keluarga yang memang sangat aktif dalam kegiataan keagamaan, baik pengajian dan kegiatan dakwah. Sang kepala keluarga adalah guru agama Islam dan sang ibu adalah seorang ibu rumah tangga, yang aktif dalam kegiatan pengajian dan sudah dianggap ustadzah oleh ibu-ibu pengajian. Namun di lingkungan kami, sudah bukan rahasia lagi kalau ada ketidakharmonisan antara keluarga ini dengan tetangga-tetangganya. Berbagai isu santer terdengar, perihal akar dari ketidakharmonisan ini. Penyalahgunaan dana masjid/mushola, sikap yang arrogan dan terlihat sombong (saat berpapasan dengan tetangga, jarang sekali menyapa) dan terkesan merasa sangat alim (tidak ingin bergaul dan sinis terhadap tetangga non-muslim). Dan pada saat-saat perayaan Maulid Nabi, Isra’ Miraj, keluarga ini juga yang merasa punya kewajiban dan andil besar dalam menyelenggarakannya. Kenapa saya sebutkan seperti itu, karena memang selain acaranya sendiri dilakukan di area rumah mereka (tidak di mesjid atau musholla), juga tidak melibatkan warga untuk ikut serta dalam penyelenggaraannya. Dan bila rekan-rekan ingin mengecek kebenaran perihal ini, silahkan berkunjung ke daerah kami.
Bagaimana saya bersikap kepada keluarga ini, yang memang masih saya hormati sampai saat ini.
Mohon bimbingan dan nasehat dari Pak Ustadz.
Ass.
Saya org awam yg lg haus2nya bljr ttg islam,saya bca ttg prdebatan ky gni mlh bikin jd pusing..
Trus kesan’a islam itu jd repot y..
Saya pelajarin al-quran dan tafsirannya ja blm abis,dan msh brjuang mengimplementasikannya dlm kehidupan sehari-hari..
mantap….mas Irul…..
wahai ikhwan…..mari kita lihat dgn hati nurani kita,….
jangan lah saling mengklaim ini-itu bid’ah atau apa lah
Rosul kita yang memberi safa’at pada kita, di hari kiamat….dan kita tak pernah bertemu dgn beliau….tapi kita hrs percaya akan ajarannya, oleh krn itu kita harus mencintai beliau…. bgm cara mencintaiinya,,, ya kita lihat/baca biografinya lalu kita akan mengagumi beliau dan merayakan kelahirannya mrpkn ujud kita mencintai beliau (sama kan anak kandung kita, kalo ultah kita rayain)itu tanda kita cinta dan sayang…
artinya knapa tidak nabi kita yg akan menolong/memberi safa’at ke kita, tidak kt cintai dgn tindakan : sprt maulid dan lain2nya
lagi juga di jaman sekarang, yang notebene nya orang yang jarang sholawt….kan bisa jadi rajin sholat dgn acara maulid tsb….
please lah …kita sbg umat sudah tidak bersatu, janganlah memperuncing perselisihan….. yang itu mencap ini, yang ini mencap itu….
iSTIQOMAH LAH DALAM BERBUAT KEBAIKAN DAN AMAL SHOLEH
dan Amal perbuatan itu yang menilai hanya ALLAH
so…. PISSSSS
@mas syahrial
“dan Amal perbuatan itu yang menilai hanya ALLAH”
Setuju mas, tp sebelum kita melangkah dengan menyerahkan semua2nya pada Rabb kita, kita perlu tau syarat2 diterima dan diridhoinya suatu ibadah, pertama adalah dari niatnya ikhlas karena Allah, kedua adalah benar dan sesuai tuntunan syariat Nabi kita. Nah apakah syarat yg kedua ini sudah dipenuhi??? Manakah hujjah bahwa Rasulullah memerintahkan umatnya untuk merayakan hari ultahnya? Maaf mas, mencintai Rasul itu adalah masuk dalam perkara ibadah sedangkan kita tau bahwa perkara dasar masalah ibadah adalah haram kecuali ada dalil yg memerintahkannya.
Kita sebagai umatnya wajib mencintai Rasul, tentunya sesuai dengan cara2 yg dicontohkan oleh para sahabat dan para salafus sholeh yaitu dengan mengikuti sunnahnya -Shallallahu alaihi wassalam- yg skrg telah bnyk ditinggalkan org, dan bukan dengan cara2 tasyabbuh org2 kafir spt merayakan kelahiran.
Saya jadi ingin bertanya pd teman2 yg bersikeras merayakan maulid. Apakah teman2 mengharamkan umat Islam untuk mengucapkan selamat Natal (hari kelahiran yesus) pada org2 nasrani?. Kalau anda mengharamkan, mengapa anda sendiri merayakan maulid Nabi pdhl Nabi tidak pernah mencontohkan hal itu???
1. ustadz menganggap bid’ah pada perayaan maulid, mohon disertai dengan mattan haditsnya yg jelas-jelas melarangnya, bukan sekedar dasar interpretasi pribadi atau kelompok, maaf u/ dasar kami juga menjelaskan pada yang lain.
2. terima kasih atas jawabannya, semoga Allah meridloi langkah dakwah kita, dimana kondisi masyarakatnya terus berubah.
@akh Syahrial
mencintai Nabi dengan maulid ?
Laukanaa Khairan Lasabaquuna Ilaihi : Seandainya perbuatan itu baik, maka mereka (para shahabat) telah lbh dahulu melakukannya.
pegang prinsip di atas dlm memahami bid’ah.
Para shahabat tidak mencintai nabi krn tidak ada perayaan maulid pada zaman mereka ?
taruh lah, InsyaAllah, kalau antum masuk surga lalu bertemu para shahabat, maka tanyakan kpd mereka : ‘Kenapa dulu kalian tidak mengadakan maulid sbg bukti cinta kpd Rasulullah ?’ atau antum beri tahukan dalil2nya kpd para shahabat: ‘Ini loh dalil2nya. Umat di abad ke 15 Islam bisa mencermati dalil2 peringatan maulid, kok kalian nggak melakukannya ?’
Kita katakan, (dgn kaidah di atas), kalau memang dalil2 tersebut adalah benar pemahamannya sebagai dasar pelaksanaan maulid, seharusnya para shahabat lbh tau akan tafsirnya dan segera mengamalkannya utk kebaikan dan rasa cinta kepada RAsulullah.
Sebenarnya mudah utk memahami bid’ah. Cuman…. susah kalau udah terlanjur menjadi kebiasaan, kayak ada yg aneh aja kalau ditinggalkan. he he. semoga kita semua mendapat hidayah dari Allah
Barakallahu Lakum. Ayo lanjuttt…!!!
Hadits yang jelas melarang Maulid itu apa ya Ustadz, tolong infonya.
Terus saya belum mengerti Sebenarnya bid ah itu ada yang baik atau semua bid ah merupakan kejahatan kepada Alloh dan RosulNya.
Lalu apakah Alloh membatasi manusia untuk Bersholawat kepada Rosululloh Muhammad Saw, supaya tidak berlebihan?
Mau tanya Syeh Nashiruddin Al Albani dan Syeh Muhamad Shalih Al Utsaimin itu sebagai ulama, hidup dalam kurun/masa apa?
Lalu Ibnu Taimiyah itu kenapa ada beberapa ulama yg melarang menggunakan fatwa beliau karena dianggap menyimpang.
Terimakasih atas pencerahannya.
Untuk akhi mamat yg dirahmati Allah, semoga penjelasan saya berikut bisa antum mengerti.
Secara nash, tidak ada hadits yg jelas melarang perayaan maulid, namun kita bisa berpatokan pada hadits Rasulullah berikut : “Barangsiapa meniru2 (tasyabbuh) suatu kaum maka ia termasuk bagian dari kaum itu,” (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih). Sudah jelas bagi kita, perayaan maulid adalah bentuk perayaan ulang tahun biarpun itu dikemas dalam bentuk islami dan anda pun tentu mafhum, perayaan ultah adalah salah satu bentuk perayaan kaum kuffar dan bukan perayaan islami. Padahal Rasulullah telah jelas2 melarang kita untuk meniru2 kaum kuffar.
Lalu jika ada yg belum bisa menerima dengan mengatakan, “ah hujjah antum kurang kuat, itu tidak mengindikasikan dilarangnya maulid”, saya boleh dong balik bertanya, manakah hujjah/dalil dari Nabi yg secara jelas beliau memerintahkan kita untuk merayakan hari kelahirannya??? Manakah atsar dari para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in bahwa mereka2 merayakan hari kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wassalam dengan tujuan mencintai beliau, padahal kita semua tahu, mereka -radhiyallahu ‘anhuma- adalah yg paling tau bagaimana cara mencintai beliau, mereka adalah sosok2 yg menjadi panutan kita dalam mencintai Nabi dan mengamalkan sunnahnya. Maaf kawan, maulid adalah perkara ibadah, sedangkan perkara ibadah adalah harus tauqifiyah (mengikuti dalil), ibadah baru disyariatkan bila ada dalil/hujjah yg mendasarinya.
Lalu tentang bid’ah, para ulama terbagi, ada yg berpendapat bahwa ada bid’ah hasanah, dan ada yg berpendapat bahwa semua bid’ah itu sesat (dholalah). Dalam hal ini, jgnlah kita bingung, cukup kita kembalikan pada hadits dari Rasulullah dan berpegangan dengannya, “…sebaik2 perkataan adalah Kitabullah, sebaik2 petunjuk adalah petunjuk Muhammad, setiap perkara baru yg diada2akan adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka,” (HR Muslim, shahih). Lihatlah dhohir haditsnya ya akhi, setiap bid’ah adalah sesat. Jadi, pendapat yg mengatakan ada bid’ah hasanah dengan sendirinya tertolak oleh hadits Rasulullah tersebut. Namun kita tidak boleh mencela pendapat org yg masih tetap mengatakan ada bid’ah hasanah krn setiap org punya pendapat sendiri2.
Bersholawat kepada Rasulullah adalah perkara yg amat sangat ditekankan, Allah berfirman didalam surat Al Ahzab ayat 56 : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Allah Azza wa Jalla dan para malaikatNya saja bersholawat untuk Nabi, apalagi kita sebagai umatnya. Sabda Rasulullah :
1. “Barang-siapa yang membaca shalawat kepada-ku sekali, Allah akan memberikan balasan shalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
2. “Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebut, dia tidak membaca shalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, begitu juga imam hadist yang lain, lihat Shahihul Jami’ 3/25 dan Shahih At-Tirmidzi 3/177).
Namun perlu kita ingat, tidak semua bacaan sholawat itu shahih, bahkan ada yg ghuluw, bathil dan mengandung khurafat contohnya sholawat nariyah, oleh karena itu, cukupkanlah diri kita pada sholawat yg diajarkan Nabi Shallallahu alaihi Wassalam pada para sahabat, yaitu bacaan sholawat yg setiap hari kita baca di setiap tasyahud sholat, “Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad,…dst hingga…innaka hamidum majiid.” Inilah bacaan sholawat yg shahih dari beliau.
Kesimpulan : Allah Azza wa Jalla tidak membatasi kita bersholawat kepada Rasulullah, bahkan amat sangat dianjurkan kita bersholawat setiap hari, setiap kita mendengar nama beliau disebut atau setiap selesai sholat ketika akan berdo’a, dan tidak dengan merayakan maulid. Namun yg perlu kita batasi adalah kalimat sholawatnya, agar jgn sampai kita terjebak pada kalimat2 sholawat yg palsu dan bathil yg tidak bersumber dari beliau.
Maaf, klo ada kata2 yg kurang berkenan. Hanya Allah-lah yg mampu memberi petunjuk. Semoga antum tambah bersemangat mencintai Rasulullah dengan cara2 yg sudah syar’i dan bukan dengan cara2 baru yg diada2kan.
masyaalloh,, lewat tulisannya n koment2 dr ikhwah saya jd paham kenapa maulid tu dilarang .. komentnya bs saya pake u/ hujjah klo ada yg bantah maulid tu g pa2 .. jazakallah khairan katsiron..
Assalamualaikum, saya selalu sibuk mencari info di dunia maya tentang jalan menuju kaya, tiap hari search engine membantu saya, dan hasilnya tidak membuat hati puas tetapi hidup semakin haus dan kering saja. Hingga dengan ijin Allah SWT saya datang di alamat Anda ini. Alhamdulillah, saya telah menemukan kekayaan yang sebenarnya, kekayaan yang memuaskan. Insya Allah, Allah membuka jalan, terima kasih. Jazakumulloh Khoiron jaza.
assalamualaikum…..!!! Saudaraku terimakasih saya merasa dapat hidayah setelah membaca tulisan tersebut smoga kita dapat menegakan kembali syareat2 ALLAH’ mikum
syukron atas infonya
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah, mudah2an website ini bermanfaat bagi semua untuk pencerahan islam…
Ikhwah wa akhowaah yg budiman
Astaghfirullooh.. kenapa semua merasa benar.. kenapa semua merasa pintar.. Ingat..!!! Al haqqu min robbik (kebenaran hanya datang dari Tuhanmu). bukan dari interpretasi kita, pemahaman kita, imajinasi kita.
Ramainya komen soal maulid, ada yg bilang bid’ah dan semua bid’ah neraka, ada yg bilang ghuluw, ada yg bilang wujud dari kecintaan pada rasul, ada yg bilang tasyabbuh etc..mengingatkan saya akan peristiwa Nabi Khidlir dan Nabi Musa alaihimassalaam. Semua yg dilakukan nabi Khidlir (balya bin malkan) dikoreksi dan diprotes oleh Nabi Musa (yg merasa benar). Lalu apa pesan Nabi Khidlir sebelum berpisah dg Nabi Musa?. Beliau Nabi Khidlir berpesan pada Nabi Musa:
لا تعير الخاطئين بخطاياهم وابك على خطيئتك
“Jangan kau cela/kau maki/kau hina orang2 yg salah (menurutmu) dengan kesalahan2nya, tapi tangisilah kesalahanmu sendiri”
Sungguh bijak kata2 itu sampai ditulis pada tongkat nabi Musa.
Jadi…..
Biarlah yg merasa tdk perlu merayakan kelahiran nabi (krn dianggap bid’ah) tidak usah menyalahkan orang yg memperingati kelahiran nabi, toh mereka punya pendapat sendiri.
Demikian juga sebaliknya, yg merayakan dan memperingati kelahiran nabi tidak usah mencela yg tidak merayakan. Semua belum tentu benar dan juga belum tentu salah. Tidak perlu diperdebatkan berkepanjangan sebagaimana hal-hal lain semisal dzikir jahr dan sirri, sholat ied dilapangan apa dimasjid, tarawih 8 rokaat atau 20 rokaat, dg berjama’ah atau sendiri2..dll, itu semua sdh menjadi perdebatan sejak lama.
Jangan risau dengan perbedaan, Khilafu ummati rohmatun. Yg penting mari kita istibaq fil khoiroot..!!!
Hal ini sdh di sinyalemenkan oleh rasulullaah melalui sabdanya:
ستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة الخ
Musuh kita yg sebenarnya dan harus dilawan adalah HAWA NAFSU KITA..!!!
Wallaahu a’lam…
Assalamualaikum
dalam artikel ini di tulis :
1. Hasil penelitian ulama masakini menyimpulkan bahwa kelahiran Rasul Shallallahu ‘alaihi Wassalam terjadi pada malam 9 Rabiul awal bukan 12 Rabiul awal.
2. Perayaan Maulid terjadi setelah berlalunya 3 kurun waktu utama.
pertanyaan saya :
1. Adakah riwayat atau history yang menjelaskan bahwa kelahiran Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam terjadi pada malam 9 Rabiul awal ?
2. Yang dimaksud 3 kurun waktu utama itu apa ?
saya sangat mengharapkan penjelasan dari pertanyaan itu karena keterbatasan pemahaman agama saya. Terima kasih.
iya, kesilapan kita hari ini menyambut maulidur rasul dgn cara yang salah.banyak hal -hal syariat tidak dijaga.baru2 ini saya mendengar ceramah maulid nabi.penceramah itu membicarakan sirah nabi.suaranya menggegar alam penuh semangat.diselangi dgn salawat.tapi ceramah beliau tak menjadikan saya rindu pada Nabi SAW. Saya pelik kerana sebelum ini jika saya ingat Muhammad saya akan rindu.airmata saya akan menitis.Terus saya merayu2 pd Tuhan mohon jumpa Nabi Muhammad dlm mimpi.Puas saya paksa diri saya merasakan kehadiran aura Nabi Muhammad.Bila penceramah kedua mengambil tempat barulah aura rindu itu datang. Saya bertanya pada Allah mengapa berlaku perasaan yang demikian.Iya mungkin penceramah hari ini kata2nya hebat sayang mungkin amalan sunnahnya sedikit.Dia tidak membawa sikap dan sifat nabi dlm ceramahnya. Nabi SAW suaranya lembut.bila bicara matanya tunduk.menyampaikan ilmu kerana sayangkan umat bukan setakat menyampaikan sahaja.
Kalau kedudukan perayaan Maulid sudah sejelas itu, mengapa kita masih ngotot merayakannya?
Yang aku saksikan peringatan maulid nabi pada umumnya hanya dijadikan kemasan yg didalamnya sarat dengan kepentingan, mis kepentingan politik, popularitas dsb. lebih parah lagi acara tsb bila diperhatikan banyak unsur syirik/riya sebab msh ada umat Islam mengadakan acr maulid dikuburan dan banyak dana umat yg diserap hanya semata-mata sampai diperut (konsumtif) sampai ratusan bahkan belasan juta, padahal disekitar kita banyak hal lain yang lbh penting, simiskin menunggu uluran tangan terabaikan begitu saja.
@ barlaman
Pak, yang menjadi tolok ukur ini benar, ini salah (dalam agama) itu apa? akal kita kah?
@barlaman
agama islam agama yang pasti benar. jadi dalam ajarannya tidak ada keraguan didalamnya. dalam masalah peringatan maulid ini tidak ada dasar sama sekali. yang ada hanyalah tasyabbuh belaka.yang anda bawakan hadist Khilafu ummati rohmatun itu hadis palsu coba anda buka you tube “Bahaya Hadith Dhoif Dan Maudhu 8”
Assalamu’alaykum wr wb
mencintai Rasulullah adalah dengan mengamalkan sunnah2 nya bukan dengan memperingati hari kelahirannya yg masih belum diyakini hari pasti kelahirannya. Hidupkanlah sunnah2 beliau didalam kehidupan kita, itulah cara kita mencintai rasullulah
Ass..
Menurut saya dengan munculnya artikel seperti ini adalah bukan menunjukkan, “Ini loh SAYA..” tapi memberikan gambaran untuk kita berlaku atau bertindak apakah sudah sesuai dengan yang di ajarkan kepada kita selama ini..? jika ada perbedaan itu sih wajar saja, tapi jika mempunyai dasarnya. Dengan begitu bagi yang baru belajar seperti saya ini dapat menilai dasar mana yang lebih dekat menurut Al-qur’an dan Hadist.
mohon ma’af jika ada kata yang tidak berkenan.
wass..
Assalamualaikum,
Yang jelas adalah bahwa peringatan maulid dilakukan jauh sesudah zaman nabi saw, sahabat, tabiit/tabiin, alias tidak pernah dilakukan oleh beliau2 tersebut. Saya rasa semuanya menyetujui akan hal ini terutama bagi yang telah mengetahui sejarah awal mula peringatan maulid nabi saw. Kalau demikian dapat disimpulkan bahwa maulid nabi BUKAN suatu amalan yang bersumber dari Al Quran / As Sunah. Tetapi perayaan maulid saw hanya merupakan TRADISI dari segolongan orang mengaku muslim pada pada zaman tersebut dengan suatu niat / maksud tertentu. Kalau didasri suatu TRADISI maka hal itu dapat disimpulkan bukanlah sesuatu yang bersifat mu’amalah, dan sangat tidak bisa diberi suatu label hukum pada yang demikian sebaagi sesuatau amalan sunnah; apalagi wajib !.
Iseng2 saya dan beberapa teman pernah menghitung kira2 berapa jumlah uang yang “menguap” untuk keperluan perayaan maulid nabi saw dan perayaan isra’ mi’raj di daerah jabodetabek saja.
Diperkirakan terdapat 10.000 (sepuluh ribu) masjid di seputar jabodetabek yang merayakan maulid nabi saw + isra’ mi’raj setiap tahunnya. Dilihat dari meriahnya suasana setiap kali perayaan2 tersebut maka dimungkinkan menelan biaya lebih-kurang Rp. 5.000.000,- (Lima juta rph) / masjid untuk setiap perayaan = Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rph) / masjid per tahun. Untuk 10.000 masjid berarti diperlukan biaya sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar rph) / tahun sejabodetabek. Alangkah baiknya dana yang demikian besar (per tahun) dimanfaatkan untuk terwujudnya syiar agama dalam bentuk yang sesungguhnya seperti peningkatan pendidikan islam, pembangunan / pembinaan ekonomi ummat serta usaha2 lain yang lebih mencerahkan secara dunia dan akhirat. Dibanding dengan yang sifatnya perayaan tentu hal itu akan lebih bermanfaat, sedangkan yang bersifat perayaan2 hampir tiadanya rasanya yang membekas selain unsur kemeriahan semata.
Demikian, wallahu’alam. Wassalam.
Untuk akhi Barlaman bukan kah kita seharusnya pegang siapa aja pendapatnya yang memiliki hujjah yang lebih kuat? kalau ternyata apa yang selama ini kita ikuti ternyata berlawanan dengan Alqur’an dan Sunnah kenapa tidak kita ambil yang lebih bisa kita pertanggung jawabkan khususnya di mata Alloh. Bukan ngotot untuk tetap mempertahankan saya benar dia salah tidak, tapi kita liat kita tanyakan pada orang yang lebih berkompeten apa ibadah kita sudah sesuai dgn tuntunan Sunnah atau tidak. Akan tetapi kalo sudah diberikan dalil yang kuat masih tetap melaksanakan acara tersebut itu mah terserah hati nurani kita sendiri bukan?
Kita tidak mau seperti umat Yahudi yang selalu minta diberi tanda kepada nabi untuk ditunjukan bukti (Seperti kisah Nabi Musa atau Nabi Isa yang diminta untuk menunjukan kenabian mereka: minta menghidupkan burung atau orang mati) tapi tetap saja mereka tidak percaya malah ‘kebadegan’ mereka akan selalu begitu sampai akhir zaman seperti yang kisahnya bertebaran terekam dalam Alqur’an padahal sudah jelas keterangan di depan mata mereka. Jadi silahkan aja orang bicara begini begitu tapi yang ber-sunnah karena itu warisan dari Nabi kita yang Mulia. Dan orang harus tahu tentang ibadah yang benar agar kita ga cape2 beribadah tapi ga diterima. Jadi ketika ada orang yang bicara bahwa praktek ibadah ini sesuai/ tdak ya karena kita ingin ibadah kita diterima bukan pula merasa benar sendiri tapi ayo mana yang lebih bersunnah mari kita ikuti, siapapun yang bicara. Maaf bila ada kata2 yang tidak berkenan terima kasih.
Saya pernah punya pengalaman teman yang mengatakan bahwa dia ga pernah merayakan ulang tahun anaknya akan tetapi dia paling getol merayakan muludan. Dalam hati anaknya saja tidak dibolehkan untuk ulangtahunan apalagi itu diperlakukan untuk nabi kita yang mulia Satu lagi ya Muludan itu seperti Natalan bukan? bagi kita Islam itu adalah fashion untuk kita coba kita liat apabila kita melihat wanita dari kejauhan atau wanita yang tidak kita kenal dan dia tidak memakai kerudung (bukan bermaksud yang pakai kerudung itu suci, tidak sama sekali tp ciri fashion lah buat wanita Islam) ya paling tidak kita akan bertanya dia orang Islam atau bukan ya?, way of life juga,. Kita diperintahkan untuk selalu berbeda dengan orang kafir ketika mereka berkumis kita berjenggot, ketika mereka ibadahnya bernyanyi kita jangan bernyanyi apalagi di tempat suci seperti Mesjid, perempuan berpakaian ketat kita jangan pake seperti itu, dalam apapun gaya hidup kita tunjukan Islam beda dengan kafir. Terima kasih maaf saya juga ga terlalu mengerti ilmu agama tapi ingin sekali ibadah yang ber-sunnah, maaf lagi apabila ada yang tidak berkenan karena kebodohan saya tentang agama yang saya sesali sampai kapanpun, terimakasih banyak
Allahumma Shalli ‘ala Sayyidina Wa Maulaana Muhammad
Imam Nawawi membolehkan Hadist Dho`if untuk fadhoilul a`mal, slama tdk terkait hukum halal haram maka harus hadist yg soheh, demikian.
salam ukhuwwah
Sebagai catatan untuk ahdy, yg dibolehkan oleh para ulama yg membolehkan hadits dho’if untuk fadhoil amal adalah hadits yg kadar dho’ifnya tidak dho’if jiddan (dho’if sekali) dan kedho’ifannya telah dijelaskan oleh para ulama terlebih dahulu lalu tidak ada indikasi salah satu perawi tertuduh berdusta (kadzdzab). Coba antum simak buku ushul al hadits ulumuhu wa mustholahuhu karya Dr. Muhammad Ajjaj Al-Khatib, Beirut, Libanon, edisi terjemahan bahasa Indonesia terbitan Gaya Media Pratama.
Kita punya Al Qur’an dan hadits2 shohih jauh lebih banyak daripada hadits2 dho’if. Untuk apalagi menengok yg dho’if klo kita bisa mendapat yg shohih?
Salam ukhuwah,
barokallahu fiikum.
betul sekali tp klo cuma modal kata2 kmbali ke qur`an atw hadist sj tnpa belajar dari pnejelasan para ulama yg sudah diakui dunia islam sejak dahulu gak mungkin kita paham, hafal qur`an sj tidak? Alhamdulillah kami selalu mengkaji dan mengkaji sehingga keislaman kita benar2 sesuai apa yg di inginkan Allah dn Rosulnya, mari kita pahami Qur`an wa `uluumuhu karna tdk semua ayat2 qur`an bisa kita pahami dengn belajar sndiri tanpa merujuk pada kitab2 tafsir yg sudah diakui, mhn maaf ya akhi Allahu yu`thikal `afiah
Yap setuju…belajar memang tidak ada batasnya…penjelasan mengenai tafsir Qur’an dan juga hadits2 shohih telah jg banyak dibahas oleh para ulama baik itu yg salaf maupun khalaf. Tinggal berpulang pada kita untuk belajar dari penjelasan mereka. Tentu kita hormati pendapat mereka yg jg manusia biasa spt kita.
Assalamualaikum…
salam damai
ana izin ngopi artikel ini bwat blog ana
alkhamdulillah tambah ilmu..
salam alaikum…
bagi sy merayakan maulid nabi muhammad saw. sekilas memang tidak pernah diajarkan oleh rasulullah tp kita sebagai ummat islam yg benar2 cinta kepada allah dan rasulullah tdklah mengapa kita mengucapkan N mengimplementasikan kecintaan kita kepadanya dgn merayakan hal tersebut. kita juga jgn terlalu picik dlm berfikir bhwa perayaan itu tdk mesti kita lakukan dgn acara makan2 tp bisa jga dgn memperbanyak sholawat dll. adapun org yg merayakannya dgn acara makan2 mk bisa jadi niat mereka adl utk menyambung tali silaturrahmi dan melakukan sholawat bersama meskipun lewat hati yg tdk kita mendengarkannya…
tp ingat… selama perayaan itu tdk dijadikan sbg syari’at mka sah2 sja utk dirayakan sbg kebanggaan kita memiliki nabi termulia di sisi allah..
wassalam.
#ajata
Wa’alaikumussalam, silakan simak:
https://muslim.or.id/manhaj/kumpulan-penjelasan-mengenai-perayaan-maulid-nabi.html
… SALAFUSHSHALEH… berada diatas sunnah.
ana ingatkan tugas kita menyampaikan bukan memaksakan sebab taupik dan hidayah milik Alloh barang siapa yg Alloh kehendaki kebaikan pada seseorang Alloh akan pahamkan tentang agama ini,bukan kah demikian sebab orang ta,asub bagaikan kerbau yg di cocok hidung..barokallohu fikum
assalamu’alaikum…….. saudaraku agama kita sama,kitab kita sama,nabi kita sama,tuhan kita satu.tidak ada perbedaan antara kita; ingat wasiat rasulullah saw sebelum ia wafat; kalian tidak akan sesat selama kita mengikuti sunnah rasul dan sunnah kulafaur rasyiddin yg diberi hidayah oleh Allah swt.
makasih , , jadi tambah ilmu, , mhon ijin utk di copy, makasih
Sbnrnya ilmu yg tertulis diatas sangat ilmiah dan telah sampai pd qita kbenaran itu.tp kebanyakan mrka tetap melakuknya tanpa dasar,atau dg dalih kebersamaan spy mempersatukan umat islam.pola pikir yg demikian it sdh tertanam pd mns umumnya.bhkan mrka enggan belajar ilmu syariat krn lbh suka ikut2tan pemukanya sj.hingga sy berkeyakinan Cukuplah ALLOH yg mjd saksi qta telah memberi peringatn,dan mereka tetap memilih bergelimang dlm kebodohan
Alhamdulillah, saya jadi paham hukum merayakan maulid Nabi dan maulid yang lain2nya. Mudah2an kita berdo’a bagi yang ngotot merayakan ULTAH mendapat hidayah dari Alloh Subhanahu wa ta’ala.
Assalamu’alaykum,,
Mencintai Rasulullah adalah dengan menghidupkan sunnah-sunnahnya. mencontoh ibadahnya. bukan dengan membuat suatu perkara baru. ingat, …..bid’atun dholalah wakulla dholalatin finnar…Setiap bid’ah adalah sesat. dan kesesatan itu tempatnya dineraka..
wallahu’alam jika salah. itu ilmu yg baru sy ketahui..
skrg bnyk masyarakat yang merayakan muludan,yg berbagi bunga,hingga berebut mkanan yang konon mengandung berkah,bukankah itu udah msuk dlm kesyirikan,tp smw itu akan berlnjut tanp qt hentkan dr skrng krn liat aja dr anakx TK,sd mrka merayakan,STOP,beri pmhaman yang shohih pd calon penerus masa depan….
…. nah kalau sudah tahu—. LAKSANAKAN
Assalamu’alaikum wr.wb.
Menurut para sesepuh didaerah kami peringatan maulid Nabi ini termasuk adat / kebiasaan yg katanya mereka akan puas bila sudah melaksanakan.
Padahal kebanyakan mereka memaksakan diri sampai harus berhutang untuk mengadakan acara tsb. Sehingga kami yg muda-muda menyimpulkan bahwa para sesepuh itu sia-sia usahanya, karena bertentangan dg hukum syariat. semoga mereka sgr mendapatkan hidayahNya.
Membaca kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf itu berpahala, membaca kisah Nabi Yunus dalam surat Yunus itu berpahala, membaca kisah Ashabul kahfi (bukan Rosul) dalam surat al kahfi itu berpahala, kenapa membaca kisah Nabi Muhammad SAW dalam kitab maulid tidak boleh atau malah berdosa???
#Abdul Khalaq
Kalau begitu kami sarankan anda membaca kisah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dalam Al Qur’an. Insya Allah berpahala.
Allah maha tahu, watawa shoubil haqqi watawa shoubishshobr…
tp ana pernah dengar, bid’ah itu ada bid’ah hasanah sama bid’ah dholalah, kalau merayakan maulid nabi ini termasuk bid’ah hasanah, jd merayakan maulid malah mendapat pahala karena di dalamnya kt bersalawat kpd nabi, dan sebagai luapan cinta kt kpd beliau.
#aji
Silakan simak:
https://muslim.or.id/manhaj/kumpulan-penjelasan-mengenai-perayaan-maulid-nabi.html
ass..
alhamdulillah,ada penjelasan mengenai hukum maulid..
saya kadang sedih dengan umat islam, suka akan seremonial..
sehingga jika tidak melakukan maulid atau isra miraj maka dikatakan islamnya belum sempurna..
setahu saya, segala jenis bid’ah y tetap tidak boleh..
Kenapa tdk mendirikan sunah-sunah Nabi saja daripada perayaan yg tdk jelas hukumnya..
Pemerintah jg memperkuat perayaan ini dengan dalih untuk mengingat Nabi dan mendirikan sunahnya..
Jadi kita dsuruh pemerintah buat mengingat Nabi hanya 1 kali setahun saja ya..
Ini kayanya seh program dari agama lain yg ingin melemahkan agama Islam..
Sekarang mulai banyak pemurtadan untuk mengurangi dominasi islam..
Tapi kenapa kita diam saja..atau memang tidak tahu..???
Atau karena pluralisme dan keberagaman agama..
Ya klo itu yg dipegang, tinggal tunggu saja kehancuran Islam di Indonesia..
Wss..
syukron ..
memang merayakan MAULID NABI itu ga d contohkan oleh Rasulullah,tapi kita sebagai umatnya masa kalo kita ulang tahun,anak kita istri kita,orang yang kita cintai dirayain ulangtahunnya,tapi kalo Nabi kita Muhammad yang ulang tahun,kita ga boleh ngarayain ulang tahunnya,to kita ngerayain g ngelakuin hal yang bertentangan dengan Agama Islam,pa G bid’ah kita ngerayain ulangtahun kita,anak istri kita,n orang yang kita cintai,to kita ngerayain maulid untuk mengenang siapa rasul kita dia lahir d mana dan kapan,dan mengenang perjalanan hidup Beliau yang membuat kita tau dan bersemangat buat mencontoh tauladan beliau yang sudah menyelamatkan kita dari jaman JAHILIAH
@Bpk Syamsudin
Penganalogian yang bapak lakukan pun keliru karena merayakan ulang tahun anak, suami, istri, ataupun orang-orang terdekat kita pun tidak dituntunkan dalam Islam, bahkan hal itu merupakan tindakan mengikuti kebiasaan orang kafir. Oleh karenanya, seorang muslim sepatutnya meninggalkan budaya perayaan ulang tahun.
Alhamdulillah dah jelas mana yg boleh mana yg tidak.terima kasih…
alhamdulilah,bertambah ilmu
Assalamualaikum, mohon maaf sebelumnya atas keterbatasan ilmu agama yang saya miliki.
menurut pandangan awam saya, hal-hal semacam ini sudah masuk dalam kategori khilafiyah (perbedaan pendapat) Ulama.
Dalam kaca mata intelektual hal ini perlu terus dibahas, tapi kita tidak bisa terus terusan memperdebatkan ini. masih ada tugas yang berat bagi kita umat islam.Mari kita bersatu mengembangkan pendidikan, mengentaskan kemiskinan dan terus slalu menjaga agar umat islam tidak diremehkan.
#Rona Abdillah Khumaidi
Wa’alaikumussalam. Khilafiyyah bukan pembenaran. Permasalahan ini juga bukan ranah ijtihadiyyah sehingga tidak tepat kita menggunggulkan pendapat ulama padahal tidak didasari dalil hanya anggapaan baik.
bismillah assalamu’alaikum….
Saudara sekalian seandainya memang maulid nabi ini perlu dirayakan pastilah, para sahabat rasululloh yang duluan merayakannya karena cintanya yang begitu bsar kepada rasulullah SAw, dibandingkan dengan kita yg sudah sangat jauh dengan rasulullah kemudian dengan berani dan lancangnya menetapkan suatu syariat dalam agama yang tidak ada tuntunannya dari Al-qur’an maupun hadist,,,
Barng siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak.”
Dan barang siapa yang mengada-adakan suatu dalam urusan kami yang bukan daripadanya maka ia tertolak.”
Kenapasih kita apabila datang suatu kebenaran kepada kita, tidak pernah langsung kita ikuti, malah mencari-cari alasan untuk meninggalkan kebenaran tersebut… Sebenarnya apa yng dipikirkan manusia sekarang…
Wallohu’alam bissawaf….
Di Desa anna rencana ada muludan, dan anna di tarik iuran Rp. 20.000,- , apa sebaiknya anna tidak membayar ya dan kalau membayar hukumnya bagaimana ?
#Abu Ghathfan
Tidak boleh tolong-menolong dalam maksiat
kalau seandainya itu baik, pastilah mereka (para sahabat) telah mendahului kita dalam segala hal (agama). inilah kaidah para ulama, yaitu lau kaana khoiran laa tsabaquna ilahi (afwan kalo lafaz aslinya salah, ana dengar dari kajian ust.abdul hakim bin amir abdat).
kalau mereka (para sahabat) yang dikatakan Allah Ta’ala rodhiyallahu anhum wa rodhu anh (Allah rido kepada mereka dan mereka rido kepada Allah) – lihat surah At-Taubah (9) ayat 100. dan disabdakan oleh Rasulullahu sholallahu ‘alaihi wa sallam sebagai umat terbaik, TIDAK melakukan perayaan maulid dan segala jenis ibadah yang baru-baru dibuat ini, mengapa kita melakakukannya? apalah artinya kita dengan mereka? mengapa kita menganggap itu baik padahal sahabat tidak melakukannya? mengapa kita itu anggap bid’ah hasanah tetapi sahabat tidak melakukannya?
semoga ikhwan/akhwat senantiasa berada diatas sunnah, bukan bid’ah. krn lawan dari sunnah adalah ya bid’ah.
jazakallahu khoir.. (afwan sebagian besar tulisan diatas diambil dari beberapa kajian ust.abdul hakim bin amr abdat)
assalam wr.wb
saya pernah berbeda pendapat dengan salah seorang yg mengaku bermanhaj salafi. salah satuny adalah perbedaan tentang masalah Maulid Nabi. karena perbedaan tersebut akhirnya saya di remove dari pertemanan di FB….
assalammu’alaikum, mudah-mudahan kita semua termasuk kedalam hamba-hamba Allah swt yg selamat. aamiiin.
Bismillah,Artikel diatas menjelaskan tentang ilmu berdasarkan dalil dari Al qur’an dan Hadits2 yang shahih berdasarkan pemahaman salafus shalih,dan yang Ustadz sampaikan adalah mengajak kembali kepada qur’an sunah,InsyaAllah ini adalah ilmu yang bermanfaat,dan sebenarnya sangat mudah sekali kita pahami dan kita terima jika kita mau membuka hati dan menerima kebenaran,Alangkah sedihnya kita jika agama kita yang SEMPURNA ini dipahami dengan LOGIKA,AKAL,dan HAWA NAFSU,sementara dalil sudah jelas.Buat saudara2 yang masih bersikeras untuk merayakan maulid mungkin Ana sarankan agar di rayakan bersamaan dengan perayaan natal saja biar tambah meriah,dan buat saudara2 yang mengatakan maulid baik yang tidak maulid juga baik maka antum sama saja mengatakan shalat baik yang tidak shalat juga baik,,Saudara2ku Yakinlah bahwa yang haq/benar itu hanya satu,yaitu yang sesuai dengan Al qur,an dan Hadits shahih sesuai pemahaman salafus shalih,dan itulah yang wajib kita ikuti,mudah2an Allah memberikan HIDAYAH buat kita semua agar kita selamat dunia dan akhirat dan kelak mendapatkan SURGANYA.Aamiin
Bismillah, mudah2an bermanfaat.
Assalamu’alaikum…
di organisasi kampus sy berada di divis krhanian islam, dan kami yg berada disana memiliki inovasi2 untuk dapat membuat mahasiswa untuk ddapat sering ke masjid, dan membuat masjid menjadi sebuah pusat pertukaran ilmu agama. dan salah satu inovasi kita adalah mengadakan acara ke islaman di masjid, dan bertepatan pada bulan kelahiran Nabi Muhammad ttp tidak bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. di dlm acara ini hanya terdapat ceramah, tetapi kita mengangkat tema bukan maulid Nabi ttp mengenal lebih dekat Nabi Muhammad dan para sahabatnya. inti dari hal ini adalah sebuah acara dakwah untuk mahasiswa. dan kenapa kita mengambil waktu tersebut adalah karena menurut kami tepat watunya pada bulan kelahiran seorang Nabi Muhammad Saw, dan pasdengan tema yang kita angkat.
nb : di kampus saya banyak sekali mahasiswa yang kurang mengenal sejarah Nabi Muhammad dan para sahabatnya ole sebab itu kami melakukan sebuah kegiatan ini, ttp niat kita bukan merayakan mailid nabi.
#ilham
Wa’alaikumussalam, sebaiknya tidak perlu bertepatan dengan bulan Rabi’ul Awal atau sekitarnya karena itu menyerupai acara Maulid Nabi
assalamu’alaikum ustadz, saya dapet hadits seperti ini dari facebook yg mengklaim wahabi sesat
Peringatan Maulid Nabi masuk dalam anjuran hadits nabi untuk membuat sesuatu yang baru yang baik dan tidak menyalahi syari’at Islam. Rasulullah bersabda:
مَنْ سَنَّ فيِ اْلإِسْـلاَمِ سُنَّةً حَسَنـَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ (رواه مسلم في صحيحه)
“Barang siapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara baik maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya tersebut, dan ia juga mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang pahala mereka sedikitpun”. (HR. Muslim dalam kitab Shahihnya).
apa benar ada hadits seperti ini ustadz? mahon jawabannya. Jazakallah
Haditsnya shahih, terjemahannya dipaksakan. Secara panjang lebar sudah kami bahas di: https://muslim.or.id/manhaj/jadilah-perintis-sunnah-hasanah-bukan-bidah-hasanah.html
Selain itu, kita bisa pahami hadits dengan melihat riwayat lain dari hadits tersebut, diantaranya:
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنَ السَّابِقِينَ الْمُسْلِمِينَ , لا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِ الْمُسْلِمِينَ شَيْئًا
“Barangsiapa sepeninggalku yang menghidupkan sunnah-sunnah dari sunnahku (yang aku ajarkan), ia akan mendapat pahala sebesar pahala yang kaum muslimin yang mengerjakan setelahnya, tanpa mengurangi pahala kaum muslimin sedikitpun”
Jadi sunnah yang dimaksud oleh hadits pertama, adalah sunnah-sunnah yang sudah diajarkan nabi, bukan yang diada-adakan. Andai maksudnya adalah sunnah yang diada-adakan niscaya membuat shalat tahiyatul masjid secara berjama’ah akan berpahala.
Assalamu’alaikum,maaf pa ustad aku menemukan hadist yang artinya menuntut ilmu itu wajib bagi muslimin dan muslimat,apa jadi bidah juga bila,di laksanakan dalam kegiatan mauludan,tlng jawabnya
#rsamrok
Yang mengatakan hadits tersebut adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dan didengar oleh para sahabat. Nah, lalu Nabi dan para sahabat Maulidan atau tidak? Apa mereka yang mengatakan dan mendengar langsung dari Nabi tidak menerapkan hadits itu?
Pengajian itu baik, tapi kalau dikhususkan di hari lahir Nabi, setahun sekali, ditambahi dzikir2 dan shalawat2 khusus yang tidak ada ajarannya, ini yang disebut bid’ah.
yulian : memang bid’ah, tapi bid’ah yg berbentuk bid’ah hasanah… bukan bid’ah dholalah
#arsana
Kata Nabi, tidak ada bid’ah yang hasanah. Jadi baiknya kita ikuti kata Nabi. Baca juga: https://muslim.or.id/manhaj/sunnah-hasanah-atau-bidah-hasanah.html
semoga allah membuka hati orang” di sekitar Qt agar kembali ke sunnah Rosul.
allah jalla wa ‘ala…
orang lain dah pada ke bulan, ini ribut masalah maulid…..
kapan mau maju……………????
#toha
Ada tulisan spesial untuk anda: https://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/biarkan-mereka-ke-bulan-mari-kita-ke-surga.html
Ibnu taymiyah iktiraf mengenai pembacaan maulid.
Dalam kitab Iqtidha’ Sirathil Mustaqim “Di dalam kitab beliau, Iqtidha’ as-Shiratil Mustaqim, cetakan Darul Hadis, halaman 266, Ibnu Taimiyah berkata, Begitu juga apa yang dilakukan oleh sebahagian manusia samada menyaingi orang Nasrani pada kelahiran Isa عليه السلام, ataupun kecintaan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم dan mengagungkan baginda, dan Allah mengurniakan pahala kepada mereka atas kecintaan dan ijtihad ini…” Seterusnya beliau nyatakan lagi : “Ia tidak dilakukan oleh salaf, tetapi ada sebab baginya, dan tiada larangan daripadanya.”
Kita pula tidak mengadakan maulid melainkan seperti apa yang dikatakan oleh Ibn Taimiyah sebagai:“Kecintaan kepada Nabi dan mengagungkan baginda.”
#muhammad sofiyan
Jangan menyebarkan berita dusta, sudah kami bahas di sini https://muslim.or.id/manhaj/ibnu-taimiyah-ibnu-hajar-shalahuddin-al-ayubi-pro-maulid-nabi.html
salah itu mengapa menghormati lahirnya nabinya sendiri harus memakai dalil
Silakan baca-baca artikel di sini:
https://muslim.or.id/manhaj/kumpulan-penjelasan-mengenai-perayaan-maulid-nabi.html
kebenaran adalah kebenaran walaupun sedikit yang menyetujuinya.
kesalahan adalah kesalahan walaupun banyak yang melakukannya.
Yang merayakan maulidnya juga banyak yang tidak tepat pada 12 robi’ul awal, lantas masalahnya dimana?
Masalahnya krn tdk ada tuntunan.
Masalahnya krn tdk ada tuntunan.
Masalahnya krn tdk ada tuntunan.
Rupanya orang yg tidk setuju terhadap perayaan maulid nabi itu masih banyak.
Betapa bodohnya mereka
Mereka tdk merayakannya krn di atas ilmu, bukan sekedar ikut2an, bukan semata2 ikut tradisi. Juga para sahabat yang utama spt Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali tidak merayakannya. Padahal mereka lebih pantas merayakannya drpd kita2.
Kalau memang bisa buktikan empat sahabat itu merayakannya, redaksi web muslim pun akan ikut merayakannya besar2an. Mungkin saudara bisa buktikan.
Moga Allah membimbing kita dalam meniti jalan salaful ummah.
Anda menyebut orang bodoh itu dasarnya apa? Apa dasarnya menghormati seseorang itu dengan merayakan hari ulang tahunnya? Itu tidak ada dalam Islam. Itu kebiasaan orang kafir. Sedangkan Islam ini agama yang jelas, setiap ibadah ada tuntunannya. Cara menghormati orang ada tuntunannya. Yang bodoh itu siapa? Orang yang mengikuti Al-Qur`an dan As-Sunnah atau orang yang mengikuti kebiasaan orang kafir?
Kalau yang tidak merayakan Maulid Nabi SAW adalah bodoh menurut saudara, maka sangatlah bodoh para sahabat Nabi SAW itu karena mereka tidak merayakannya padahal kata Nabi SAW ikutilah sunnah mereka? Astagfirullah…jangan tuduh sahabat-sahabat Nabi SAW tersebut seperti itu, sungguh merekalah yang paling dekat dan paling dalam cintanya kepada Nabi SAW.
yang jadi tanda tanya? apakah ustadz2,dan ulama2 yang merayakan-nya benar2 memahaminya hadits2 terkait! lagi pula setiap merayakan maulid Nabi pasti meminta dana/sumbangan ke masyarakat! apakah itu dibenarkan? dan malahan sumbangan ditentukan disetiap KK dikenakan sumbangan Rp.50 ribu! yang aneh lagi jika kita tidak ikutserta merayakan-nya, maka kita dikucilkan atau dimusuhi.
Bapak aja kalo diundang ulang tahun Rektor,Universitas atau partai datang kenapa rosulnya sendiri ga mau…. aneh
Sy juga gak datang pd acara tsb kok.
Assalamu`alaikum warohmatullah wabarokatuh
ada beberapa hadits tentang keutamaan memperingati maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.yang saya tanyakan hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan memperingati maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sohih apa tidak.Mohon pencerahannya
Jazakallah khairan
Wassalamu`alaikum warohmatullah wabarokatuh
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh, silahkan baca : http://abuayaz.blogspot.com/2012/02/hadits-hadits-tidak-jelas-andalan.html
Nabi Muhammad SAW tidak pernah merayakan hari kelahirannya, dan setiap perbuatan yg tidak ada contohnya dari Nabi Muhammad SAW (dalam beribadah-red) adalah bid’ah dan tidak akan di terima oleh Allah SWT ,artinya sia-sia apa yg dilakukannya.
mohon dibedakan antara tradisi umat Islam dengan yang bukan, terlebih yang mengatasnamakan Islam. kembalilah ke tuntunan yang benar, karena dengan begitu akan tampak jelas yang benar dan yang salah. ibadah bukanlah persoalan ‘baik’ dan ‘buruk’.
membaca shalawat
Assalamualaikum..
Sebagian besar umat Islam Indonesia merayakan Maulid, di kota maupun di desa karena sdh membudaya..sayangnya tambah kesini tambah banyak bumbu2nya, tambah menyerupai dgn “maaf Natal”sdh benar2 Tasyabbuh…
Maaf, apakah benar perayaan maulid itu adalah masalah furu’iyah?
Furu’iyyah = fikih. Masalah maulid Nabi tidak hanya masalah fikih namun juga masalah akidah.
Alhamdulillah… Terimakasih atas Ilmunya.
Sesungguhnya tidak akan berakhir perdebatan mengenai hal ini (Maulid Nabi SAW). dan karenanya keduanya (antara yang pro dan kontra) memiliki dalil dan argumen yang sudah mendarah daging.
afwan, minta izin copy paste, dengan menyertakan sumber rujukan referensi copas. Na’am. sukron wa jazaakumullahu khairan.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.
Kantor Sekretariat Yayasan Pendidikan Islam Al-Atsari (YPIA).
Pogung Rejo RT 14 RW 51 no. 412
Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I Yogyakarta, Indonesia, 55284.
YPIA | Muslimah.or.id | Radio Muslim | FKIM
Buletin At Tauhid | MUBK | Mahad Ilmi | FKKA
Kampus Tahfidz | Wisma Muslim | SDIT Yaa Bunayya
Wisma Muslimah | Rumah Tahfidz Ashabul Kahfi
© 2023 Muslim.or.id – Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah
© 2023 Muslim.or.id – Memurnikan Aqidah Menebarkan Sunnah