JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat ada satu industri smelter yang berhenti operasi di tahun ini yakni Indoferro. Berhenti karena industri yang diolahnya tidak memiliki nilai keekonomian.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Bambang Gatot Aryono mengatakan, ada tiga industri smelter yang didirikan bukan untuk memurnikan nikel. Industri ini didirikan sebelum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.
Adapun ketiga perusahaan tersebut, Indoferro bergerak pada smelter besi, Century Metallindo smelter mangan, Bintang Timur Steel smelter mangan.
Bambang mengatakan, dalam perkembangan investasi smelter, ternyata mangan sudah tidak menarik karena dinilai kurang ekonomis. Oleh karena itu Century Metallindo dan Bintang Timur Steel mengubah usahanya menjadi smelter nikel.
“Kalau dilihat per masing-masing. Yang betul-betul berhenti itu PT Indoferro Smelter. Ini karena memang smelter dalam bentuk besi,” ujarnya di Gedung Heritage, Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/12/2017).
Bambang mengatakan, Indoferro berhenti sejak 19 Juli 2017. Penyebabnya tingkat keekonomian dipengaruhi oleh harga bahan baku salah satunya adalah kokas yang memiliki porsi 40% dari total biaya produksi. Kedua, harga kokas dari rata-rata USD100 per ton pada 2015 menjadi USD200-300 per ton sejak akhir 2016.
“Indoferro sejak awal tidak di desai untuk memurnikan bijih nikel sehingga tingkat keekonomian akan berbeda dengan desain awal di mana Indoferro semula didesain untuk memurnikan bijih besi,” tuturnya.
Meski ada industri smelter yang berhenti, Bambang mengatakan, ada tiga smelter nikel yang sekarang beroperasi seperti PT Cahaya Modern Metal Industry, Macika Mineral Industri, PT Integra Mining.
“Ini semua sekarang sudah mulai pembangunan lagi. Di mana sebelumnya dihentikan 2014. Tetapi sesudah ada PP 1 2017 ini berkembang lagi. Ini sudah berkembang bahkan smelternya sudah lebih dari 80%,” ujarnya.
Di samping itu, hingga saat ini sudah ada 11 smelter yang beroperasi baik dengan statsus KK, IUPK, OP, OPK, dan IUI. Ke sebelah perusahaan tersebut yakni PT Vale Indonesia, PT Antam, PT Fajar Bhakti Lintas Nusantara (FBLN), PT Sulawesi Mining Investment (PT SMI), Gebe Sentra Industry, PT MSPI, PT Central Omega Resources (PT COR), Heng Tai, Virtu, Guang Ching.
“Ini semua sudah berproduksi,” tuturnya.
Sementara itu, masih ada 10 smelter yang sedang on progres dengan status IUP OP, OPK, IUI, seperti PT Wanatiara Persada (PT WP), First PM, PT Bumi Suksesindo (PT BSI), PT ASL, PT Huadi, PT Kinlin, PT Titan, Wang Xiang, Sambas MM, PT Ceria.
“Ini adalah melakukan perencanaan dan on progress dalam pembangunan. Beroperasi dan berporduksi. Dan ada 2 smelter yang sudah berproduksi dan ekspansi lagi ada PT Antam FBLN,” tandasnya.
Baca Juga: Ini Dia Profesi Kekinian Buat Kamu yang Suka Main Game Online
Follow Berita Okezone di Google News
(rzy)
Berita Terkait
Bagikan Artikel Ini
Berita Lainnya
© 2007 – 2023 Okezone.com,
All Rights Reserved