Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah dana dari greenshoe option untuk stabilisasi harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) habis, sahamnya terus melorot dan sekarang sudah jauh di bawah harga IPO.
Saham GOTO ditutup ambles 6,31% di level Rp 208 dan terkena auto reject bawah (ARB) pada perdagangan kemarin, Kamis (12/5/2022).
Untuk diketahui, GOTO resmi melantai di bursa saham domestik pada 11 April 2022 dengan melepas 40,6 miliar saham setara dengan 3,43% dari modal ditempatkan dan disetor penuh di harga Rp 338/unit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Harga saham GOTO konsisten bergerak di zona merah di sepanjang minggu ini. Dengan begitu, sejak IPO nilai kapitalisasi pasar startup decacorn yang satu ini sudah kehilangan 38,5% kapitalisasi pasarnya.
Sentimen memang sedang kurang mendukung. Saham-saham teknologi global juga sedang ‘ancur-ancuran‘. Pengetatan moneter oleh bank sentral AS The Fed menjadi biang keladinya.
Anjloknya harga saham terutama sektor teknologi global juga ikut membuat IHSG hancur lebur. Bahkan apresiasi yang terjadi sejak awal tahun hampir tergerus habis menyisakan return mini kurang dari 0,5%.
Padahal sebelum libur IHSG masih memberikan gain hampir 10% atau setara dengan return tahun lalu. Koreksi IHSG juga dipicu oleh amblesnya saham GOTO mengingat sejak listing market cap GOTO berada di urutan kelima terbesar di bursa.
Namun dengan koreksi yang terus merundung saham superapps yang satu ini, bagaimana prospek bisnis GOTO ke depan dan berapa nilai intrinsiknya?
Ada beberapa catatan yang bisa dipetik dari riset Niko Margaronis analis BRI Danareksa Sekuritas. Dalam laporannya, Niko menjelaskan setelah merger dengan Tokopedia pada 2021 GoTo telah mengintegrasikan tiga lini bisnis esensial yaitu on demand, e-commerce dan fintech.
Ketiganya ini akan membuat Gross Transaction Value (GTV) GOTO tumbuh pesat. Niko memperkirakan GTV GOTO dapat tumbuh 30% secara compounding dari 2021-2025.
Lebih lanjut, Niko menjelaskan kalau segmen bisnis e-commerce dan fintech akan memberikan sumbangan positif untuk mencapai breakeven dari sisi Earnings Before Interest and Tax (EBIT) seiring dengan kemampuan GOTO untuk mempertahankan pangsa pasarnya. GOTO sendiri memperkirakan EBIT akan mulai positif pada tahun 2023.
Keunggulan kompetitif lain yang dimiliki oleh GOTO menurut Niko adalah dibeking oleh pemegang saham teknologi global yang sudah punya track record solid membangun bisnis seperti Alibaba, Alphabet, Tencent hingga Microsoft.
GOTO juga akan terus berinovasi di bidang teknologi dengan mengadopsi teknologi blockchain hingga mengembangkan metaverse.
Dalam hal valuasi, Niko menggunakan model Price to Gross Merchandise Value (P/GMV) di masing-masing unit bisnis GOTO.
Valuation multiples yang digunakan adalah 0,8x P/GMV untuk segmen on demand dan e-commerce serta 0,3x untuk segmen fintech dan didapat nilai intrinsik saham GOTO sebesar Rp 400/unit.
Apabila mengacu pada model yang dikembangkan Niko, maka harga saham GOTO sekarang sedang terdiskon hampir 50% dari harga wajarnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT