BANJARMASIN – Sektor unggulan industri Kalsel seperti sumber daya karet diproyeksikan akan dihilirisasi guna peningkatan perekonomian Kalsel. Potensi produksinya mencapai 15 ribu ton per bulan.
Kepala Dinas Perindustrian Kalsel Mahyuni mengatakan potensi yang dimiliki Kalsel di SDA ini sangat besar untuk tumbuhnya ekonomi. Misalnya untuk Crude Palm Oil (CPO) sawit, Kalsel setiap hari bisa menghasilkan 2000 ton per jam.
“Untuk CPO, ini sudah diolah menjadi hilirisasi industri, yakni menjadi industri minyak goreng di Kotabaru,” jelasnya di sela acara Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan (Rakortekrenbang) Urusan Perindustrian se Kalsel, kemarin.
Bahan baku ketiga adalah batubara. Cadangan batubara di Kalsel sebutnya miliatan ton. Dengan potensi tersebut, jika dihilirisasi bisa menjadi metanol dan diturunkan lagi menjadi elpiji. “Seperti diketahui, Kalsel masih ketergantungan LPG ke negara luar, dan jika bisa dioptimalkan maka bisa menurunkan ketergantungan impor elpiji,” cetusnya.
Hilirisasi batubara tambahnya, juga dapat diubah menjadi biji besi dan plastik dan juga bisa menjadi pupuk yang diolah menjadi amoniak. “Hilirisasi batubara di Kalsel yang dilakukan yakni ada smelter di Kotabaru yang mengolah biji besi. Investasinya disiapkan oleh Badan investasi nasional dan di Kalsel menyiapkan kajian jasa konsultan ke arah baja karbon dan baja paduan,” paparnya.
Penjabat Gubernur Kalsel, Safrizal mengatakan, Kalsel memiliki luas lahan yang signifikan dan potensi tanam yang cukup, sehingga harus merumuskan jenis-jenis industri yang harus diprioritaskan. Pasalnya, tidak bisa semua sektor bisa diprioritaskan, sebab akan mengurangi bahan baku. “Harus dipilah prioritas di beberapa sektor, agar bisa fokus, termasuk penetapan industri turunannya,” tegasnya.
Dia mengatakan, meski padi surplus namun untuk jagung masih kurang. Bahkan untuk industri pakan ternak hanya bisa disuplai 50 persen. Untuk itu potensi bahan baku dan tenaga kerja tekannya perlu dipetakan untuk ditetapkan sebagai skala prioritas.
Dengan adanya skala prioritas, baru dirumuskan di tingkat provinsi hingga industri yang direncanakan seperti olahan tepung tapioka atau industri turunan kelapa sawit baru bisa berskala besar. “Karena bila hanya di tingkat kabupaten/kota, tidak bisa berskala besar,” ujarnya.
Dia mengingatkan, perlu pemanfaatan bantuan permodalan yang ditawarkan perbankan, untuk menopang kemajuan usaha industri di Kalsel. “Semampu mungkin diupayakan supaya tidak ada impor atau penjualan bahan mentah. Melainkan bahan olahan yang diyakini jauh memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha di daerah,” pesannya. (mof/ran/ema)