Dulu, Mes L seperti rumah hantu yang berada di tengah-tengah kota. Bangunannya tertutupi oleh dedaunan dan sulur-sulur pohon beringin. Gentengnya telah lepas, kaca-kacanya pecah, tegelnya telah ditumbuhi rerumputan dan sesemakan tinggi.
Secara umum, bangunan ini berkesan suram dan hanya cocok dijadikan tempat ajang uji nyali. Kini, bangunan mulai menyerupai hotel mewah.
Mes L sudah telantar sejak berpuluh tahun. Tidak ada yang menyangka jika di masanya dulu, bangunan ini adalah Mes paling cantik di Banjarbaru.
Mundur lebih dari setengah abad, dulunya, bangunan ini diterangi oleh cahaya terang dan diramaikan oleh musik serta denting gelas pesta.
Jika merunut pada buku Sejarah Banjarbaru, sekitar tahun 1963, bangunan ini dindingnya dicat mengkilap dan setiap ruangannya dihiasiseni instalasi yang berkelas. Lagu-lagu mengalun dari sana dan denting piano serta petikan tali gitar saat pesta-pesta digelar oleh para ekspatriat dari Uni Soviet.
Ya, ini memang wismamilik para pekerja industri Rusia saat masa keemasan hubungan Indonesia dan Uni Soviet. Bangunan ini tadinya didirikan sebagai tempat tinggal bagi para staf dan insinyur Uni Soviet yang saat itu bekerja untuk Proyek Besi Baja Kalimantan.
Proyek industri ini menandai kerjasama bilateral Indonesia dengan negara Eropa Timur itu di bidang ekonom. Saat itu hubungan Indonesia dengan Uni Soviet memang sedang mesra-mesranya. Banjarbaru dalam hal ini menjadi homebase para ekspatriat Uni Soviet.
Mereka membangun kantor, serta pergudangan, logistic di Banjarbaru. Di hari-hari sibuk, dua buah helikopter jenis MI4 sipil lepas landas dari Banjarbaru dan menjelajah ke daerah-daerah yang diduga memiliki potensi sumber biji besi beserta cadangan energi untuk mendukung industri.
Seiring dengan itu, para staf mulai merekrut warga para pemuda sekitar untuk bekerja sebagai karyawan di proyek
itu. Optimisme menyeruak bagi Banjarbaru karena industri ini akan menjadi platform penggerak ekonomi skala besar di Banjarbaru bahkan Kalimantan Selatan.
Tapi, impian yang sudah ada di depan mata dengan cepat meredup. Di tahun 1965, peristiwa G30SPKI meletus. Perubahan politik terjadi dalam satu malam dan kebijakan berbalik arah dalam putaran yang cepat.
Di seluruh Indonesia, PKI menjadi partai yang terlarang. Para pekerja dari Uni Soviet, negara yang identik dengan komunis, akhirnya terburu-buru meninggalkan Banjarbaru.
Rencana pendirian pabrik besi baja di Kalimantan Selatan menguap begitu saja. Mes L kemudian kemudian teronggok begitu saja.
Nah, setelah lama terbengkalai, Mes L akhirnya mulai direhab di tahun 2017. Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani mengincar bangunan di pertigaan Jalan Garuda dan Jalan Merpati tersebut untuk didandani ulang menjadi tempat kongkow seniman dan budayawan sebagai alternatif dari Minggu Raya.
Pemko pun memulai pendekatan ke Lanud Sjamsudin Noor, mengingat statusnya sebagai aset TNI Angkatan Udara. Mes L kemudian mulai dibangun di tahun 2018 dengan anggaran Rp3,1 miliar.
Progres perbaikan mes L saat ini sudah mencapai 90 persen. Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani mengatakan, pihaknya sudah mempunyai rencana difungsikan untuk apa mes L nantinya.
“Kami ingin di sana jadi pusat kegiatan seni, seperti Taman Ismail Marzuki di Jakarta,” katanya kepada Radar Banjarmasin.
Taman Ismail Marzuki (TIM) atau Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki memang selama ini dikenal sebagai tempat pusat kesenian dan kebudayaan. Karena memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip dan bioskop.
Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di sana. Di antaranya, pementasan drama, tari, wayang, musik, pembacaan puisi, pameran lukisan dan pemutaran film.
Lalu apakah mes L bakal dilengkapi panggung teater? Nadjmi membenarkannya, namun hanya ada satu panggung kesenian. Itupun baru akan dibangun pada tahun depan. “Tahun ini hanya perbaikan bangunannya saja,” ujarnya.
Proyek perbaikan sendiri ditargetkan selesai pada awal Desember dan baru bisa digunakan pada pertengahan bulan. “Mudah-mudahan tanggal 15 Desember bangunan sudah diserahterimakan,” ucap orang nomor satu di Banjarbaru ini. (ris/al/ram)