BANJARBARU – Dua proyek di Kalimantan Selatan masuk dalam peta investasi nasional yang dibuat oleh Badan Koordinasi Perencanaan Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM RI). Keduanya merupakan pembangunan kawasan smelter atau pabrik pengolahan bijih besi di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Kalsel, Nafarin mengatakan, dua pembangunan kawasan smelter diketahui masuk dalam peta investasi nasional setelah pihaknya mengikuti rapat koordinasi pemetaan investasi bersama BKPM RI, Selasa (6/10) tadi.
“Kepala BKPM RI Bahlil Lahadalia menyampaikan, melalui peta investasi ini Indonesia ingin menjadi surganya investasi dunia,” katanya.
Dijelaskan Nafarin, setelah mengetahui pembangunan dua kawasan smelter masuk peta investasi nasional, Pemprov Kalsel selanjutnya melakukan studi kelayakan atau Feasibility Study (FS) untuk kedua proyek tersebut. “Kami juga selalu berkoordinasi dengan BKPM RI terkait hal ini,” jelasnya.
Berdasarkan penelusuran mereka, kawasan smelter di Kotabaru masuk dalam wilayah PT Silo yang berada di Pulau Sebuku. “Smelter mereka sudah beroperasi. Ini sudah kami sampaikan ke BKPM RI sebagai data pengembangan di kawasan itu,” ujar Nafarin.
Dijelaskannya, untuk mengembangkan investasi di smelter PT Silo tersebut, nantinya PT Sucofindo yang menjadi pihak ketiga bakal menyusun pra FS. “Sehingga 2021 investasi diharapkan sudah masuk,” jelasnya.
Sementara itu, untuk smelter di Tanah Bumbu, Nafarin menyampaikan bahwa kawasan itu sebelumnya dikelola oleh anak perusahaan PT Krakatau Steel. Namun saat ini tidak ada kegiatan di sana. “Dulu sudah beroperasi, tapi dengan kondisi bahan baku yang sangat terbatas dan harga bijih besi yang rendah akhirnya tidak lagi beroperasi,” ucapnya.
Meski begitu, dia menuturkan, pihaknya tetap mencoba supaya investasi kembali masuk di kawasan itu. “Sekarang kami sedang berusaha berkomunikasi dengan perusahaannya. Karena selama tidak beroperasi mereka sekarang ada di Jakarta,” tuturnya.
Ditanya berapa nilai investasi pengembengan dua kawasan smelter itu, Nafarin mengaku belum mengetahuinya. Sebab, pihaknya belum melakukan perhitungan.
Selain pembangunan dua smelter itu, Nafarin menyampaikan ada beberapa proyek lain yang berpotensi masuk dalam peta investasi nasional. “Ada kawasan industri di Batulicin yang sudah masuk Program Strategis Nasional (PSN). Serta, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mekar Putih yang masih diproses di nasional,” ucapnya.
Dia menyatakan, jika dua proyek itu juga masuk dalam peta investasi nasional maka programnya akan lebih mudah dijalankan. Karena dipromosikan di tingkat nasional.
Pemprov Kalsel sendiri belakangan ini sangat gencar menggaet investor. Tak tanggung-tanggung mereka juga sedang mendekati Australia, agar mau berinvestasi di Banua.
Baru-baru tadi, Pemprov Kalsel mengikuti pertemuan virtual antara Australia dengan Indonesia yang dihadiri Konsul Jendral Sydney, Kepala Indonesian Investmen Promotion Center (IIPC) Sydney, dan Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney. Serta pemerintah daerah se-Indonesia.
Pertemuan tersebut implementasi Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-A CEPA) yang bekerjasama di bidang perdagangan dan investasi.
Dalam kesempatan itu, Pemprov Kalsel diminta menyiapkan data pendukung yang dibutuhkan investor asal Australia. Sebab, ada tiga investasi yang ditawarkan Kalsel ke Negara Kangguru tersebut.
Nafarin mengungkapkan, tiga investasi yang ditawarkan Pemprov Kalsel ke investor Australia ialah pembuatan bendungan Kusan Hulu sekaligus pembangkit listrik di Tanah Bumbu. Serta, pengembangan peternakan sapi sekitar 60 hektare di Tanah Laut. Dan pembangunan pengolahan sampah menjadi energi listrik atau Waste to Energy di Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Basirih Banjarmasin.
Sementara itu, Ihwal dua pembangunan smelter yang masuk peta investasi nasional, Kepala Dinas Perindustrian Kalsel, Mahyuni menjelaskan bahwa satu di antaranya proyeknya kini memang sedang terhenti. “Yang di Kotabaru sudah berjalan. Sedangkan yang di Tanah Bumbu sempat berhenti. Mungkin ini mau dicoba lagi,” katanya.
Yang di Kotabaru, dia menyebut investasi yang sudah masuk sekitar USD165 juta dan rencananya dilanjutkan lagi. (ris/ema)