Mengenal Logam Tanah Jarang atau Rare Earth yang Bikin Geger se-Eropa
KOMPAS.com – Rare earth atau biasa disebut logam tanah jarang kini banyak diperbincangkan setelah bikin geger Benua Eropa. Januari 2023, Swedia baru saja menemukan cadangan logam tanah jarang yang sangat besar.
Penemunya adalah perusahaan BUMN Swedia, Luossavaara-Kiirunavaara Aktiebolag (LKAB). Mereka menemukan cadangan logam tanah jarang di sekitar tambang bijih besi di Kiruna yang terletak di ujung Utara negara tersebut.
Penemuan cadangan raksasa logam tanah jarang di Swedia ini diharapkan bisa mengurangi ketergantungan dari China. Beijing selama ini kerap menggunakan ‘diplomasi’ logam tanah jarang untuk menekan negara-negara Uni Eropa.
Sebagai informasi saja, Cina mendominasi pasar logam tanah jarang dengan memproduksi lebih dari 80 persen kebutuhan global dan menyuplai Eropa dengan sekitar 95 persen dari pasokannya.
Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?
Sesuai namanya, rare earth atau tanah jarang adalah logam yang langka dan hanya segelintir negara di dunia yang memilikinya.
Logam tanah jarang merupakan mineral yang bersifat magnetik dan konduktif, banyak digunakan di perangkat elektronik seperti ponsel, tablet, speaker, dan lain-lain.
Selain itu, logam tanah jarang juga dimanfaatkan untuk sektor lainnya, mulai dari bidang kesehatan, otomotif, penerbangan, hingga industri pertahanan. Banyak senjata militer canggih diproduksi dengan komponen yang harus dibuat dengan rare earth.
Sebagai perumpamaan saja, tanpa suplai logam tanah jarang, maka produsen ponsel bisa berhenti beroperasi. Rare earth permintaannya bakal semakin meningkat seiring masifnya tren kendaraan berbasis listrik.
Baca juga: Khrushchyovka, Cara Uni Soviet Sediakan Rumah Murah bagi Warganya
Namun, nyaris tak ada perusahaan di dunia yang secara khusus menambang logam tanah jarang. Ini karena rare earth adalah bijih tambang ikutan, alias merupakan hasil sampingan dari komoditas tambang lain.
Biasanya, logam tanah jarang secara tak sengaja ikut ditambang bersamaan dengan nikel, bauksit, maupun timah. Rare earth baru didapatkan saat perusahaan tambang melakukan ekstraksi atau proses pemisahan.
Penambangan logam tanah jarang hampir serupa dengan proses mendapatkan emas yang juga kerap dijadikan sebagai produk sampingan, saat perusahaan menambang logam lainnya.
Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang menguasai sumber daya logam tanah jarang, meski jumlahnya relatif sedikit. Cadangan logam tanah jarang banyak ditemukan di Bangka Belitung dan Kalimantan.
Baca juga: Daftar Lengkap UMR Jakarta 2023 dan Bodetabek
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Irwandy Arif, menjelaskan rare earth memang lebih tinggi harganya ketimbang lithium yang seringkali disebut-sebut sebagai mineral masa depan yang diincar banyak negara.
Arif yang juga Guru Besar Teknik Pertambangan ITB itu mengatakan logam tanah jarang di Indonesia diperoleh dari mineral monazit dan xenotime. Keduanya bisa diperoleh dengan mengektrak logam timah yang ditambang di Pulau Bangka dan Belitung.
“Selama ini tanah jarang belum dioptimalkan oleh perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia, belum ada yang fokus usaha di pertambangan rare earth. Hanya dianggap sebagai produk sampingan dari timah,” terang Arif dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Selain di Bangka Belitung, lanjut dia, rare earth juga banyak ditemukan di daratan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Namun jenis mineral penyusun logam tanah jarang di Pulau Borneo berbeda dengan yang ditemukan di pertambangan milik PT Timah (Persero) Tbk.
Baca juga: Daftar Lengkap UMR Denpasar 2023 dan Seluruh Pulau Bali
“Rare earth juga mudah ditemukan di Kalteng dan Kalbar, namun berbeda dengan di Bangka Belitung, di Kalimantan mineral ini berasal dari zirkonium,” jelas Arif.
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) ini berujar, logam tanah jarang adalah logam yang memiliki peran sangat strategis di masa depan. Ini karena hampir seluruh perangkat elektronik dengan teknologi tinggi, membutuhkan logam tanah jarang.
Logam tanah jarang juga bisa bersifat radioaktif, dan mengandung oksida yang tinggi.
“Rare earth banyak dipakai untuk pembuatan mobil listrik, handphone, sensor, (perangkat) komputer, super konduktor, dan berbagai keperluan militer,” ungkap Arif.
Baca juga: Daftar UMR Bogor 2023, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor
Namun yang perlu digarisbawahi, sambungnya, Indonesia tidak memiliki cadangan rare earth yang melimpah. Selain itu, logam tanah jarang juga lebih banyak terkonsentrasi di Bangka Belitung, Kalteng, dan Kalbar.
Jadi meski dioptimalkan sekalipun, produksi mineral tanah jarang di Indonesia tak terlalu signifikan di pasar global. Dan kurang bisa dijadikan sarana diplomasi sebagaimana nikel maupun timah ke negara lain.
“Jadi Indonesia sebenarnya bukan pemain besar untuk rare earth, karena cadangan logam tanah jarang Indonesia tak terlalu signifikan. Itu pun selama ini dianggap sebagai mineral ikutan dari timah,” kata dia.
Arif mencatat, negara dengan cadangan tanah jarang terbesar yakni China. Negeri Tirai Bambu menguasai 44 juta metrix ton sumber daya tanah jarang.
Baca juga: UMR Tangerang 2023: Kota Tangerang, Tangsel, dan Kabupaten
Berikutnya negara dengan cadangan tanah jarang paling besar yaitu Brasil 22 juta metrik ton, Vietnam 22 juta metrik ton, Rusia 12 juta metrik ton, dan India 6,9 juta metrik ton.
“Cadangan logam tanah jarang di Indonesia hanya sekitar 22.000 metrik ton. Selain itu, belum ada data cadangan baru yang ditemukan,” ucap Arif.
Pelaksana Tugas Badan Geologi Kementerian ESDM Saleh Abdurrahman mengatakan, penelitian dan usaha pengembangan logam tanah jarang di Indonesia sebagai komoditas prioritas tinggi yang bisa diusahakan, baru marak dilakukan dalam lima tahun terakhir.
Langkah itu termasuk juga penyusunan peta penyebaran logam tanah jarang dan invetarisasi potensi keberadaannya secara kuantitas.
Baca juga: Gaji UMR Karawang 2023, Masih Tertinggi se-Indonesia
“Badan Geologi sendiri selama ini secara rutin (melakukan pengkajian). Umumnya sebatas prospeksi untuk mencari indikasi atau sumber daya hipotetis,” kata Saleh seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Dia menyebutkan, Badan Geologi sudah melakukan eksplorasi di sejumlah daerah guna menemukan logam tanah jarang. Kegiatan ekplorasi tersebut dikerjakan dalam beberapa tahun terakhir di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa.
Berdasarkan data yang terhimpun hingga tahun 2019, tergambar sumber daya hipotetik logam tanah jarang di sejumlah pulau tersebut.
Saleh membeberkan, sumber daya hipotetik di Sumatera sekitar 23 juta ton dengan tipe endapan logam tanah jarang laterit, beserta 5 juta ton logam tanah jarang dengan tipe tailings.
Baca juga: Gaji UMR Surabaya 2023, Masih Tertinggi di Jatim
Sedangkan di Kalimantan, sumber daya hipotetik logam tanah jarang sekitar 7 juta ton dengan tipe tailings dan di Sulawesi sekitar 1,5 juta ton dengan tipe logam tanah jarang laterit.
“Sumber daya (logam tanah jarang) tersebut masih bersifat hipotetik dan tereka, jadi perlu eksplorasi lanjut,” sebut Saleh.
Dia tak menampik, kerangka regulasi dari sisi pengembangan dan pemanfaatan logam tanah jarang memang diperlukan. Mulai dari regulasi di bawah Kementerian ESDM hingga pengolahan hilir di sektor perindustrian.
“Saya kira regulasinya ikut hilirisasi, artinya harus diproses di dalam negeri untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi seperti diatur di UU Minerba,” kata Saleh.
Baca juga: UMR Jogja 2023: Kota Yogyakarta Tertinggi, Gunung Kidul Terendah
Namun, hingga sekarang, Izin Usaha Pertambangan (IUP) logam tanah jarang atau rare earth memang belum ada.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.