Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik (Asaki) menyebut, realisasi Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia yang meningkat ke level 55,3 pada bulan Mei 2021 selaras dengan kinerja utilisasi industri keramik nasional yang juga tumbuh positif.
Di kuartal I-2021, utilisasi industri keramik nasional beradal di level 75%, kemudian kembali meningkat ke level 78% pada bulan Juni 2021. Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan stimulus harga gas US$ 6 per MMBTU untuk industri keramik sangat efektif dan hadir di waktu yang tepat.
Meski terbantu oleh stimulus harga gas untuk sektor industri, para pelaku usaha keramik masih harus menghadapi tantangan berupa efek pandemi Covid-19 dan gangguan impor. Angka impor keramik naik hingga 24% pada periode Januari—Mei 2021 yang mana didominasi oleh produk keramik asal China yang tumbuh hampir 50%.
Baca Juga: Bongkar muat alat berat dan sparepart Indonesia Kendaraan Ternimal (IPCC) melonjak
“Asaki mengharapkan atensi khusus dari pemerintah untuk penyelamatan industri keramik nasional dengan perpanjangan safeguard keramik bea masuk tindakan pengamanan (BMPT) di atas 30%. Akan sangat disayangkan jika stimulus harga gas terdistorsi oleh impor yang merajalela,” ungkap Ketua Umum Asaki Edy Suyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan, Jumat (18/6).
Selain bantuan stimulus harga gas, industri keramik yang lebih cepat pulih dan bangkit di tengah pandemi juga tak lepas dari peran aktif dan dukungan pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian.
Bentuk dukungan pemerintah terwujud pada Kamis, 17 Juni 2021, berkat terselenggaranya kegiatan business matching. Dalam hal ini, terdapat penandatanganan MoU antara Asaki dengan Real Estate Indonesia (REI) serta penandatanganan kontrak kerja sama antara anggota Asaki dengan pengembang properti yang diprakarsai oleh Kemenperin.
Hal ini merupakan salah satu terobosan luar biasa dan wujud kerja nyata dari Kemenperin untuk membantu pemulihan industri keramik dan penguatan industri keramik dalam rangka substitusi barang impor.
Kolaborasi antara Kemenperin, Asaki, serta asosiasi pengembang dan real estate Indonesia selain diharapkan menjadi titik balik kebangkitan industri keramik domestik, juga dapat membantu mengurangi defisit ekspor impor produk keramik yang mencapai US$ 1,1 miliar dalam 5 tahun terakhir.
Baca Juga: Tahun ini, segmen usaha kertas diproyeksi akan mendominasi penjualan Alkindo Naratama
“Asaki juga mengapresiasi Kementerian PUPR dan BUMN yang telah mendorong pemanfaatan produk bahan bangunan lokal seperti produk keramik, sanitary ware, genteng keramik dalam proyek infrastruktur dan properti,” terang Edy.
Dia melanjutkan, industri keramik merupakan industri strategis dengan produk yang memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) rata-rata di atas 85%.
Industri keramik siap memenuhi semua kebutuhan dan permintaan dalam negeri karena didukung oleh kapasitas produksi yang besar yakni 550 juta meter persegi per tahun, produk dengan desain dan teknologi mutakhir, harga yang kompetitif, dan keunggulan after sales service yang tidak dimiliki oleh produk-produk impor.
Selanjutnya: Diskon PPnBM 100% diperpanjang, Toyota akan berusaha penuhi kebutuhan konsumen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News