Jakarta, CNBC Indonesia – Lagi! Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan kepada para menteri kabinetnya untuk segera menghentikan kegiatan ekspor barang mentah. Sejatinya, ‘omongan’ perihal penghentian ekspor barang mentah ini sudah berulang-ulang kali keluar dari mulut Presiden Jokowi.
Alasannya, Jokowi ingin supaya industri hilirisasi di dalam negeri bisa semarak dan berkembang, sehingga nilai tambah dari produk hilirisasi dan sumber daya yang ada di tanah air bisa berlipat-lipat ketimbang RI harus menjual komoditas seperti pertambangan dalam barang mentah.
“Saya ingatkan jangan kita hanya menjadi pengekspor bahan mentah, pengekspor raw material, setop!” tegas Jokowi saat membuka acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2022, Kamis (28/04/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Nah, maka dari itu, ia meminta supaya daerah yang memiliki sumber daya pertambangan untuk bisa mendorong pelaksanaan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tersebut.
“Percepat proses hilirisasi industri di dalam negeri. Daerah-daerah yang memiliki pertambangan, dorong agar mereka bangun smelter,” perintah Jokowi.
Lalu sejauh ini, komoditas pertambangan apa saja sih yang masih diekspor dalam bentuk mentah? Lalu bagaimana dengan realisasi pembangunan smelternya?
Kementerian Investasi atau Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) menegaskan bahwa kegiatan setop ekspor bauksit ini akan dijalankan pada tahun ini juga, lebih tepatnya pada semester kedua tahun 2022 ini. Hal ini dikatakan oleh Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan.
“Insya Allah akan dilakukan pada tahun ini untuk larangan bauksit, targetnya tahun ini. Saya rasa kuartal dua kemungkinan,” kata Nurul saat ditemui di Jakarta, Rabu malam (13/4/2022).
Berapa kegiatan ekspor bauksit selama ini? Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batu Bara (Minerba), Irwandy Arif kepada CNBC Indonesia membeberkan bahwa pada tahun 2021 kegiatan ekspor bauksit mencapai 21 juta ton per tahun. Sementara penggunaan domestik hanya 3,6 juta ton.
Maka, jika dilakukan pelarangan ekspor untuk bijih bauksit maka akan jadi penumpukan bijih sekitar 17,6 juta ton. “Tapi jangan khawatir, dengan rencana smelter bauksit yang direncanakan sedang berjalan, nah kalau semua berjalan lancar tidak akan ada masalah di dalam penumpukan dari bijih bauksit ini,” terang Irwandy kepada CNBC Indonesia, Jumat (28/1/2022).
Belum diketahui, berapa sebenarnya fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit yang ada saat ini. Dan ke depan smelter tersebut akan mampu menyerap berapa banyak dari smelter tersebut.
Dalam catatan Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mengatakan butuh sebanyak lima fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit lagi untuk menyerap produksi bauksit di dalam negeri. Penyerapan melalui smelter menjadi kunci ketika pemerintah akan menyetop kegiatan ekspor bauksit dalam waktu dekat ini.
Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto menyampaikan, pelarangan ekspor bauksit tidak tepat lantaran saat ini Indonesia memiliki cadangan bauksit sebanyak 1,3 miliar metrik ton. ditambah, smelter yang masih minim untuk menyerap.
Seperti yang diketahui, sejauh ini baru ada dua smelter bauksit di Indonesia, yakni milik milik PT Well Harvest Winning Alumina dan PT Indonesia Chemical Alumina di Kalimantan Barat.
Kementerian ESDM menargetkan bisa membangun sebanyak 53 smelter sampai pada tahun 2024. Hal itu untuk mendukung kegiatan pelarangan ekspor baik nikel, tembaga, hingga bauksit dan timah.
Sayangnya dari rencana 53 smelter itu, dalam catatan MODI Kementerian ESDM sampai pada tahun 2022 ini baru terbangun sekitar 20 smelter. Adapun di tahun ini Kementerian ESDM menargetkan akan menambah 7 smelter baru. Artinya di tahun 2022 ini penyelesaian smelter baru mencapai 27 dan masih jauh dari target 53 smelter.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT