TEMPO.CO, Jakarta – Tambang tembaga di Gurun Negev Israel–situs kuno yang kemungkinan telah menginspirasi legenda tentang tambang emas Raja Salomo atau Sulaiman–telah ditelantarkan pada 3.000 tahun lalu. Saat itu, berdasarkan hasil studi terbaru yang dilakukan, tambang ditinggalkan karena tak tersisa lagi kayu pohon yang menjadi bahan baku arang untuk proses peleburan (smelting) bijih tembaga menjadi logam.
Tim peneliti dalam studi itu mempelajari pecahan arang dari tungku kuno yang ada di Lembah Timha dekat Eilat. Daerah ini adalah bagian dari Gurun Negev di mana sebuah industri tembaga yang maju diketahui pernah hidup di sana dari abad ke-11 sampai 9 SM.
Tim peneliti itu menemukan kalau kualitas kayu yang menjadi bahan baku arang di daerah itu menurun sepanjang sekitar 250 tahun, ketika tambang-tambang dan smelter-nya beroperasi. Sepanjang masa itu pula, tim penelitinya menduga, masyarakat setempat telah menebang seluruh pohon sapu putih dan akasia yang ada di kawasan itu hingga mulai menggunakan kayu dengan kualitas jauh lebih rendah, seperti batang pohon kelapa.
Pada sekitar 850 SM, industri tembaga itu akhirnya ditinggalkan, dan lokasi situs di gurun yang bersisa tidak pernah dieksploitasi lagi selama satu milenium. “Seiring waktu mereka menggunakan semakin sedikit kayu yang berkualitas baik seperti yang mereka kenal sejak awal industri itu berkembang,” kata ketua tim studi Mark Cavanagh, archaeobotanist dan mahasiswa doktoral di Tel Aviv University. “Dan kelihatannya mereka mengumpulkan kayu dari lokasi yang jauh dan semakin jauh.”
Menurut Cavanagh, Lembah Timna termasuk pusat industri tembaga pertama di peradaban kuno. Wilayahnya adalah perpanjangan dari Great African Rift yang dianggap kaya mineral, termasuk bijih tembaga.
Beberapa dari bukti yang lebih awal untuk aktivitas peleburan bijih tembaga di Lembah Timna berasal dari periode sekitar 7.500 tahun yang lalu, di masa Chalcolithic, atau periode Batuan-Tembaga, di akhir zaman Neolitik atau Batuan Baru. Periode ini 1.000 tahun lebih tua daripada kemampuan mencampur timah ke tembaga untuk membuat perhiasan perunggu yang bisa dikenakan.
Dalam riset yang hasilnya telah dipublikasi di jurnal Scientific Reports, 21 September 2022, itu Cavanagh dan timnya mempelajari fragmen-fragmen arang dari masa lalu. Tepatnya dari Zaman Besi sekitar 3.000 tahun lalu, ketika industri tembaga di Lembah Timha sedang di masa puncaknya.
Industri itu membutuhkan kayu yang dibakar dalam lubang bawah tanah dengan sedikit saja ruang udara untuk dijadikan arang. “Material ini membakar jauh lebih panas, dan lebih lama, dalam proses smelting tembaga,” kata Cavanagh dan timnya dalam hasil riset mereka.
Untuk mencari tahu tipe kayu mana yang digunakan untuk membuat arang, para peneliti menggunakan mikroskop elektron untuk memeriksa jelaga yang tertinggal dari proses smelting. Analisis mereka mengungkap struktur sel kayu yang digunakan, yang menunjukkan kalau tanaman semak sapu putih (Retama raetam) dan akasia digunakan secara ekstensif di fase awal industri tembaga di Lembah Timna.
Tapi, kualitas kayu yang jauh lebih rendah diduga telah digunakan belakangan. Hingga pada akhirnya, tambang-tambang yang ada ditinggalkan. “Sebagian alasannya kemungkinan karena sudah semakin susah menemukan kayu yang bagus di sekitar gurun itu.”
Industri tembaga di Lembah Timna tidak bangkit lagi selama sekitar 1.000 tahun, ketika bangsa Nabate dan kemudian Romawi mulai mengimpor kayu yang lebih baik untuk arang.
Cavanagh menduga kalau perburuan kayu untuk membuat arang di Lembah Timna berkontribusi kepada kondisi gurun di sana saat ini. Meski daerah itu sudah sejak awal memang sangat kering.
“Tapi, ketika Anda mulai menebangi pepohonan, Anda mulai mempersiapkan efek bola salju,” katanya. Semakin sedikit pohon berarti semakin sedikit hewan dan semakin sedikit air, “dan sebagian dari sesuatu yang hilang tidak akan pernah bisa kembali.”
Periode antara abad 11 dan 9 SM di kitab suci Israel adalah periode Raja Daud dan anaknya Salomo, atau dikenal pula sebagai Sulaiman, berkuasa di Yerusalem. Cavanagh menduga tembaga dari industri kuno di Lembah Timna yang melambangkan kemakmuran dalam lukisan di Kuil Salomo di Yerusalem–yang belakangan diterjemahkan oleh para penulis kuno sebagai emas.
Arkeolog dari Israel, Finkelstein, juga memperkirakan Daud dan Salomo hidup di abad 10 SM. Meski begitu, professor emeritus di Tel Aviv University yang tidak terlibat dalam studi Cavanagh dkk itu menilai kejayaan dan luas wilayah Kerajaan Israel dan Yudah terlalu dibesar-besarkan oleh kitab suci.
Menurut dia, berdasarkan indikasi arkeologi, wilayah kekuasaan Raja Daud dan Salomo terbatas, “Dan tidak mencapai situs tembaga di selatan.”
LIVESCIENCE
Baca juga:
Dari Kamp Palestina sampai Kanjuruhan, Manfaat Senjata Gas Air Mata Dipertanyakan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Dua pekerja tewas tertimbun dalam kecelakaan di area tambang PT Timah TBK.
Peneliti di Israel menemukan efek vaksin booster Omicron Covid-19 bagi pasien 65 tahun ke atas yang cukup efektif kurangi jumlah pasien rawat inap
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menginstruksikan polisi untuk mencopot bendera Palestina dari ruang publik.
Penangguhan kartu perjalanan istimewa (VIP) Menlu Palestina adalah balasan Israel atas upaya Palestina melibatkan Mahkamah Internasional
Mantan Direktur Eksekutif Human Rights Watch (HRW), ditolak mendapatkan fellowship dari Kennedy School karena pernah mengkritik Israel.
Status quo yang telah berusia puluhan tahun hanya mengizinkan umat Islam untuk beribadah di kompleks Al Aqsa
Ajudan tinggi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Tel Aviv agar secara terang-terangan memihak Kyiv
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan terkejut dengan reaksi keras dunia Arab atas kunjungan menteri Israel ke Al Aqsa
Umat Kristen Palestina meyakini bahwa Perjamuan Kudus Terakhir Yesus terjadi di lokasi itu.
Kunjungan Ben-Gvir ke Al Aqsa dikecam secara luas oleh negara-negara muslim, termasuk Indonesia, hingga mendapat perhatian Amerika Serikat.