logo
Selamat
Logo
twitter
facebook
instagram
youtube
Senin, 1 Agustus 2022
18 Maret 2022
14:06 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti,
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Permasalahan sampah di Indonesia hingga saat ini belum menemukan solusi jitu. Setiap harinya, ada sekitar 170 ribu ton sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Penumpukan sampah-sampah di TPA pada akhirnya menggunung. TPA Bantar Gebang contohnya, gundukan-gundukan sampah di sana tingginya sudah mencapai 40 meter.
Bantar Gebang adalah salah satu contoh riil TPA menerapkan metode open dumping, di mana sampah-sampah tersebut hanya dibuang begitu saja tanpa ada perlakuan apapun.
Akibatnya, terciptalah gunung-gunung sampah yang baru. Penumpukan sampah yang tidak terpilah ini memiliki risiko yang besar.
“Resikonya besar kalau sampah tidak ditangani dengan baik. Emisi metana, cemaran air lindi, bau busuk dan potensi longsor sangat besar dari sistem open dumping,” ujar Project Officer Keadaan Iklim Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nasional Abdul Ghofar kepada Validnews, Jumat (18/3).
Open dumping ini juga bisa menyebabkan kebakaran. Pasalnya, gas metana yang dihasilkan dari tumpukan sampah organik jika terkena panas dapat memantik api. Api kemudian dapat menyebar dengan mudah jika di sekitarnya ada sampah plastik dan kertas.
“Open dumping itu metode paling sederhana dan minim usaha karena hanya menumpuk sampah di lahan terbuka,” sambungnya.
Idealnya, lanjut Ghofar, pengolalaan sampah di TPA itu menerapkan metode sanitary landfill. Di mana tersedia lubang besar untuk menimbun sampah dengan tanah agar sampah terurai kembali.
Namun untuk menerapkan sanitary landfill punya kendala, mulai dari biaya yang tidak murah, hingga soal lahan dan sumber daya manusia yang terbatas.
TPA dengan sistem sanitary landfill membutuhkan pemadatan sampah, pengurugan dan penutupan sel sampah dengan tanah dan harus dilakukan setiap hari.
Secara operasional, TPA jenis ini membutuhkan penanganan setiap hari dan sumber daya manusia yang terampil.
“Secara umum, tantangannya ada di kebutuhan lahan yang cukup luas dan anggaran yang cukup mahal dibanding open dumping dan control landfill,” ujar Ghofar.
“Butuh sedikit tambahan anggaran untuk transisi menuju TPA sanitary landfill,” sambungnya.
Namun, metode sanitary landfill adalah salah satu langkah untuk optimasi pengelolaan sampah di hilir (TPA). Cara ini efektif mengurangi emisi metana menekan risiko kebakaran dan global warming. Sanitary landfill juga dapat memperpanjang umur TPA, dan mengendalikan pencemaran air lindi.
Bagikan ke:
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on LinkedIn
Share on Whatsapp
Silahkan login untuk memberikan komentar .css-yzh6y8{transition-property:var(–chakra-transition-property-common);transition-duration:var(–chakra-transition-duration-fast);transition-timing-function:var(–chakra-transition-easing-ease-out);cursor:pointer;-webkit-text-decoration:none;text-decoration:none;outline:2px solid transparent;outline-offset:2px;color:var(–chakra-colors-orange);font-weight:700;}.css-yzh6y8:hover,.css-yzh6y8[data-hover]{-webkit-text-decoration:underline;text-decoration:underline;}.css-yzh6y8:focus,.css-yzh6y8[data-focus]{box-shadow:var(–chakra-shadows-outline);}Login atau Daftar
Tentang kami
Redaksi
Pedoman dan Siber
Disclaimer
Privacy Policy
Kontak
©Validnews 2022 All rights reserved.