Taliban berhasil menguasai Afghanistan setelah merebut ibu kota negara, Kabul, pada Minggu (15/8) lalu. Tak hanya pemerintahan, sumber kekayaan mineral yang belum terjamah di negara itu kini berada di tangan kelompok tersebut.
Dilansir dari CNN, Rabu (18/8), Afghanistan merupakan negara miskin. Namun, pada 2010, militer Amerika Serikat dan sejumlah ahli geologi menemukan kekayaan mineral alam yang bisa merubah kondisi perekonomian Afghanistan secara drastis dengan nilai mencapai US$ 1 triliun atau lebih dari Rp14 ribu triliun.
Pemerintah Afghanistan dijuluki ‘kutukan sumber daya alam’ karena potensi mineral yang begitu tinggi tidak mampu dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan rakyatnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejumlah mineral alam diperkirakan dapat ditemui di Afghanistan seperti besi, tembaga, hingga emas. Bahkan mineral lain yang langka dan sulit ditemukan diperkirakan dapat ditemui di Afghanistan seperti nikel, kobalt, lithium, hingga neodymium.
Seperti diketahui, dunia yang sedang ramai dengan pengembangan mobil listrik membutuhkan lithium dengan jumlah besar. Pasalnya, lithium mampu menjadi komponen baterai yang dapat diisi ulang.
Surveyor Geologi AS Mirzard dalam Science Magazine mengatakan jika Afghanistan memiliki beberapa tahun yang damai dan terbuka untuk pengembangan mineralnya, maka Afghanistan akan menjadi negara terkaya di kawasannya dalam satu dekade ke depan.
Namun, pada Maret 2021, Badan Penelitian Kongres AS menyebutkan bahwa sektor swasta mengalami kendala untuk mengembangkan bisnis di Afghanistan dengan berbagai alasan seperti keamanan, ketidakstabilan politik, institusi yang lemah, ketidakcukupan infrastruktur, korupsi, hingga sulitnya lingkungan berbisnis.
Mantan Direktur Timur Tengah dan Asia Tengah IMF Mosin Khan memperkirakan bahwa sektor swasta akan sangat mengalami kesulitan dalam berbisnis di Afghanistan.
Ia mengingatkan standar sosial, lingkungan, dan pemerintahan di kalangan pebisnis dan investor sudah sangat tinggi. Sementara, Afghanistan masih dalam kondisi sangat tidak stabil secara politik dan keamanan.
[Gambas:Video CNN]
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT